Tiga Puluh Dua

2.5K 202 5
                                        

Aku tak punya puisi lagi.
Tak punya suatu yang dapat kuungkapkan.
Segalanya telah kau dengar.

Baik rasaku, baik lukaku.
Semua telah terlihat dimatamu.

Sekarang giliranmu.
Entah ingin pergi atau bersabar menungguku.

****

Februari 2009


Shilla menatap Kevin yang duduk disamping ranjangnya, pria itu kini sibuk menatapnya dengan alis berkerut seolah tidak suka pada dirinya.

"Iya aku salah," ucap Shilla pada akhirnya.

Kevin masih menatap Shilla dengan pandangan tidak suka, pria itu memeras handuk yang terendam di baskom berisi air hangat dan meletakannya dikening Shilla.

"Kenapa gak minta jemput aja?" Tanya Kevin.

Shilla mengerucutkan bibirnya. "Aku gak mau ngerepotin."

Kevin hanya diam mendengar ucapan Shilla, pria itu hanya menatap Shilla tanpa berkata apa apa, dan itu membuat Shilla bingung.

"Aku tau kamu lagi les jam segitu, dan aku sumpah males banget kalau harus nunggu hujan reda."

"Jadi?" Tanya Kevin.

Shilla tersenyum risih. "Jadi aku terobos hujan."

Kevin mengangkat handuk yang berada dikening Shilla, lalu memegang kening gadis itu dengan telapak tangannya. "Kamu lebih milih sakit, ketimbang ngerepotin aku."

"Kalau gitu besok aku bakal ngerepotin kamu terus, minta kamu anter jemput, minta kamu temenin belanja, minta kamu temenin makan, temenin ke salon, temenin beli buku, minta kamu -"

"Oke," sahut Kevin.

"Oke?" Tanya Shilla.

"Oke. Aku gak keberatan." Tandas Kevin.

Shilla membulatkan matanya, ditatapnya Kevin dengan pandangan takjub. "Wah, kamu luar biasa gak mau kalahnya."

"Oh ya?"

"Bodo ah."

Kevin tersenyum, lalu menarik selimut Shilla dan menyelimuti gadis itu sampai hampir menutupi wajah. "Lima belas menit lagi aku latihan futsal."

"Kalau gitu berangkat sekarang dong,"

"Nanti aja,"

"Kenapa?" Tanya Shilla.

"Kamu tidur dulu baru aku pergi," tandas Kevin.

Shilla tertawa kecil mendengar ucapan Kevin. "Kamu sang pangeran baik hati."

"Dan tampan?"

Shill tertawa kembali. "Dikit."

Shilla membenarkan posisi tidurnya, lalu menarik selimutnya lebih tinggi lagi. "Kasih aku cerita negeri dongeng biar aku cepet tidur."

"Dongeng?"

"Iya,"

"Puteri kerajaan atau seekor kelinci putih?" Tanya Kevin

"Hmm... puteri kerajaan."

Shilla menatap Kevin bersiap siap mendengarkan cerita pria itu.

"Cinta atau keluarga?" Tanya Kevin.

Shilla mengerucutkan bibirnya. "Kamu gak bisa langsung mulai aja ya? Hah? Oke cinta."

Kevin tertawa. "Oke satu lagi."

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang