Tiga Puluh Lima

2.6K 193 15
                                    

Juni 2012

Shilla merapikan kembali ujung bajunya yang terlipat, ia memberikan helm yang berada ditangannya kepada sosok didepannya.

Shilla tersenyum. "Makasih karena udah mau nganterin."

Pria itu mengangguk. Nama pria itu Bian, sosok yang baru ditemuinya tadi sore, karena terlibat kencan ganda dengan teman satu kosnya. Tasya.

"Kayaknya Tasya belum pulang," ucap Bian.

"Mungkin Ridho ngajak dia jalan jalan dulu," sahut Shilla.

Shilla melambangkai tangan, berharap pria itu mengerti bahwa ia lelah dan ingin segera masuk.

"Kita bisa ketemu lagi?" Tanya Bian.

Shilla diam sejenak, lalu menggeleng.

"Gue gak tertarik sama lo," jawab Shilla.

Shilla bisa melihat tatapan kecewa dari Bian.

"Mungkin setelah beberapa kali ketemu, lo bakal tertarik, lo tipe gue," tandas Bian.

Shilla mencengkram dress selututnya. "Kalau cuma sekedar tipe, lo bisa cari yang kayak gue dimana pun."

Shilla menggeleng pelan. "Sorry, lo bukan orang yang gue cari."

****

"Untuk kalian yang mempunya wajah sendu, mungkinkah tengah merindukan seseorang?"

Shilla mendengarkan pembawa suara radio yang tengah bertanya pada para menikmatnya. Termasuk Shilla.

Sangat, ucap Shilla dalam hati.

"Tidakkah kalian berfikir berapa banyak hari yang kalian gunakan untuk merindu?"

"Tiga tahun lebih?" Gumam Shilla.

"Lalu, mengapa tak temui saja?"

"Karena kalian takut bahwa semuanya telah berubah? Bahwa sosok itu bukan lagi yang kalian kenal?"

"Ya," gumam Shilla.

******

"Lagi?"

Tasya berteriak, ia menyuapkan sesendok puding coklat kemulutnya, lalu menghampiri Shilla yang tengah merebahkan diri dikasur.

Shilla mengangguk lemah. "Tas please banget jangan dibahas."

Tasya menggeleng. "Gak bisa, masalahnya Bian itu ganteng banget Shill."

"Dan bisa bisanya lo tolak dia?"

"Wah lo luar biasa banget Shill," ucap Tasnya dengan kesal.

"Luar biasa," ucap Shilla pelan lalu menutupi wajahnya dengan bantal.

"Yang luar biasa juga bisa dilupain," ucap Shilla lagi.

"Apa?" Tanya Tasya.

Shilla bangun dan memeluk gulingnya. "Gak, gue ngelantur."

Tasya menghela nafas berat. "Kenapa sih Shill? Bian baik kok."

"Ya emang baik,"

"Terus kenapa?"

Shilla memijat keningnya. "Lo tau jawabannya, terus kenapa masih nanya?"

Tasya berdecak. "Lo lagi nyari orang, dan orang itu benci sama lo, Shilla mungkin aja cuma lo yang masih gak bisa move on, sedangkan dia udah dari dulu."

Shilla mengangguk pelan. "Gue cuma kangen aja."

"Gue ikut semua kencan buta sama siapapun mahasiswa ITB, gue berharap bisa ketemu dia,"

After SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang