Ley's PoV
"Hm hm hm.. hm hm hm." Aku bersenandung kecil mendengarkan lagu di ponselku.
"Dorr.."
"Iiish.. Resya. Kau mengagetiku." Aku cemberut masam. Resya hanya tertawa terbahak bahak.
"Maaf Ley. Haha kau lucu sih nyanyi nyanyi gak jelas begitu. Haha. Ohya aku ada kabar." Resya mencabut aerophoneku.
"Resya.. emang ada apa sih?" ucapku geram.
"Ada anak baru dikampus kita. Dan dia sangattttt tampan. Ayo ikut aku Ley." Resya menarik tanganku dan membawaku keluar dari kelas.
"Resya gak usah tari tarik juga kali. Aku bisa jalan sendiri. Memang dimana sih?" Tanyaku.
"Itu." Resya menunjuk ke sekerumunan mahasiswi sedang berkumpul mengitarinya. Resya menarikku kembali. Mendekatkan aku pada kerumunan itu dan menerobos masuk. Sontak aku terkejut. Bagaimana tidak?! Pria dihadapanku ini sudah tak muncul dihadapanku selama 3 tahun bak dia sudah ditelan bumi. Dan sekarang, ia ada disini? Membuat rasa itu muncul kembali dihatiku dengan rasa yang bersamaan dengan Harris?!
"Alex.." panggilku lirih.
"Ley." Dia melemparkan senyum padaku.
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Resya menunjukku dan Alex secara bergantian.
"Dia temanku."
"Dia mantanku." Ucap kami secara bersamaan. Gawat. Akupun menginjak kaki Alex. Mengisyaratkan padanya agar tak mengucapkannya.
"E-eh iya iya. Dia temanku." Ucap Alex kepada Resya. Aku berbalik dan berlari menghindari suasana awkward ini.
"Leyla tunggu." Panggil Alex. Panggilan itu aku abaikan. Aku terus berlari. Aku malas berdebat dengannya. Dia telah menyakitiku sama halnya dengan Harris. Kenapa aku selalu jatuh cinta pada seseorang yang tak mengerti akan perasaanku?! Aku berlari menaiki tangga. Hanya diataplah aku bisa tenang. Diatas kampus ini aku bisa menenangkan pikiranku. Aku frustasi akan hal yang selalu terjadi. Tapi, aku sadar kalau ia hanya mantanku. Aku gak berhak untuk marah padanya.
"Leyla ..." panggil seseorang dibelakangku. Suara Alex. Itu Alex.
"Ya?" Aku berbalik. Dia berjalan mendekatiku.
"Apa kabar?" Tanyanya sambil melangkah maju menuju dinding pembatas.
"Baik. Kau?" Tanyaku menetraliasikan suaraku.
"Tidak." Aku mengernyit.
"Setelah mendengar kabar bahwa mantanku dengan cepatnya melupakanku dan menjalin hubungan dengan penyanyi islam itu." Alex memandang ke langit langit. Aku hanya bisa tertawa.
"Haha apasih coba. Katamu cepat huh? Apakau tak tahu berapa lama aku menunggu kabarmu agar kau kembali lagi? Haha" ujarku sedikir bercanda. Tapi, dalam hatiku itu benar.
"Ley.." Alex berbalik dan menatapku lekat.
"Kau ingat janji kita?" Ucapnya
Janji?
Flashback on
Aku menangis tersedusedu. Aku tak percaya ia akan memutuskan hubungan denganku karena dia akan pindah ke Indonesia. Apakah sebegitu harusnya dia memutuskanku karena alasan itu?
"Ley maafkan aku. Tapi aku janji tiga tahun kedepan aku akan menemuimu lagi. Dimanapun kau berada. Dan aku akan melamarmu detik itu juga." Alex menggenggam tanganku.
"Tapi kenapa harus putus lex?" Tanyaku. Aku tak bisa menerima kenyataan pahit ini.
"Kata ka Alina, masa shs adalah masa dimana kita bebas. Aku ingin fokus pada pelajaranku selama di indonesia. Dan kau juga ya? Aku akan kembali nanti. Karena aku mencintaimu." Alex menangkup wajahku.
Tunggu, tadi Alex menyebut ka Alina? Kenapa ka Alina selalu membuatku tak pernah merasakan kasih sayang yang utuh?! Aku akan membalasnya. Ya!.
Flashback off
Sekarang, aku tlah membalas ka Alina dengan membunuhnya. Ak-
"Kau ingat?" Tanya Alex membangunkanku. Aku hanya mengangguk.
"So, didetik ini juga aku akan melamarmu." Alex berlutut dihadapanku. Menggenggam tanganku erat. Alex mengeluarkan sebuah kotak merah dari sakunya. Dibukanya kotak itu dan terkejutnya aku. Ternyata ia tak main main dengan janjinya. Ia mengambil benda itu dari kotak merah itu. Dipakaikannya benda itu di jari manisku. Ya, benda ini adalah cincin. Cincin silver yang anggung dengan hiasan bunga yang bertaburkan berlian disana.
"Ta-tapi-"
"Harris?" Potongnya. Aku hanya mengangguk. Aku tak bisa pungkiri bahwa aku dan harris menjalin hubungan. Ini sungguh sulit. Aku .. aku mencintai dua pria saat ini. Memang awalnya aku sudah menghilangkan perasaanku pada Alex. Tapi, setelah ia kembali dan janji itu..... aku bisa membuktikan betapa setianya dirinya. Tapi ...
Aku melepaskan cincin yang ada dijari manisku. Aku berikan cincin indah ini kedalam genggamannya.
"Aku tak bisa Alex. Aku sudah punya Harris. Persetan dengan janji itu. Aku gak bisa menerima kamu lagi." Aku berbalik dan berlari. Air mataku tak bisa lagi kubendung. Air mata ini lolos dari kelopak mataku. Aku memang gadis cengeng dan payah. Aku memang bodoh.
Drt..drt..
Author's PoV
"Harris, Harris, dan Harris. Ley berpaling dariku karenanya. Ini semua tak bisa dibiarkan." Pria itu mengepalkan tangannya. Rahangnya mulai mengeras. Dan tatapannya seperti ada api didalamnya.
"Kupastikan, dua hari akhir ini adalah hari tetakhirmu."
Tbc? Cuma minta vote aja :3