Ley's PoV
"Ley bangun."
"Ley bangun."
"Ley bangun."
"Ley bang-"
"Huh, huh, huh." Astaga apakah aku tertidur? Rasanya aku serasa sedang dikejar kejar seseorang. Jantungku berdetak kencang tak karuan. Ada apa ini? Dan dimana aku?
"Kau lebih bejat daripada seorang mafia."
What? Aku menoleh kekanan dan kekiri. Tadi aku mendengar suara Harris. Tapi, dimana?
Aku beranjak dan berlari menuju asal suara itu. Aku fikir bahwa ini semua hanya mimpi. Aku tak tahu jika aku bangun hal ini akan terjadi lagi. Akhirnya aku sampai. Aku masih ingat tadi kami berhenti disini. Dan itu dia mobilnya. O ow mobil itu sudah tak terbentuk lagi. Tapi, mengapa tadi aku disana ya? Sudahlah, bukan seharusnya tuk bertanya. Sekarang saatnya kau harus mencari keberadaan temanmu.
"Aaa." Aku cepat cepat menutup mulutku. Aku tak percaya dengan apa yang aku lihat. Sebuah tangan. Aku terkejut. Tangan ini hanya sampai karpalnya saja. Tubuhnya? Dan ini tangan siapa?! Oh tidak.!
Aku berjalan sambil berjinjit untuk menghindari organ organ dan darah berceceran karena banyak sekali organ organ terpental disini. Tapi, dengan ini aku akan tahu diman teman temanku berada. Aku bergidik geli melihat sebuah otak manusia bisa ada disini. Yiak! Jijik sekali. Apakah organ organ yang kulihat tadi....... omaygat omaygat. Eh,? Apakah aku menginjaknya? Aku menoleh kebawah dan mendapati kalau aku menginjak .... kaki? Oh tuhan kaki ini masih tersambung dengan pemiliknya dan sepertinya tubuh ini utuh. Aku menelusuri siapa pemilik kaki ini. Oh tidak... jangan jangan.. aku membalikkan badannya.
"A-a-apa.." aku memeluk ka Alina. Pemilik tubuh ini ka Alina. Dia sudah meninggalkanku dengan luka tembakkan di pelipisnya. Wajahnya tertutupi oleh darah yang mengalir. Bajunya dipenuhi oleh darah yang memuncrat.
"Ka.. hiks, bangun hiks.. ka.. aku sangat menyayangimu..hiks, maafkan aku.." aku tlah kehilangan ka Alina untuk yang kedua kalinya. Aku tlah kehilangannya. Ini semua karenaku. Apakah masih ada korban lain selain ka Alina? Kenapa ini semua harus terjadii ya tuhan?
"Kau gila!" Aku menoleh kearah suara itu.
"Harris.." lirihku. Tangisku semakin menjadi. Alex mencondongkan pistol kearah Harris tepat didepan jantungnya. Mereka tampak saling pandang memandang. Apakah aku akan kehilangan seseorang yang kusayangi lagi? Walaupun mereka tak menyayangiku?
"Bersiaplah.. dalam hitungan 5 kau akan mati. 1...." hah apa? Benar! Alex akan membunuh Harris! Oh tidak aku tidak mau itu terjadi. Akupun beranjak dan berlari menuju mereka.
"2 ...." harris, kenapa kau tak pergi saja? Apakah kau ingin mati? Lalu aku bagaimana?
"3..." jangan dulu jangan dulu..
"4..." sebentar lagi Harris. Aku akan sampai...
"5..."
Dorr...
Sretttt...
Tbc? Vote ;)