--keesokan harinya-.di kampus-
"Ley. Ayo ikut aku." Roy menarik tanganku.
"Apa sih Roy. Gak usah narik narik juga kali." Aku hanya bisa mengikuti langkahnya. Roy bergerak cepat membawaku ke halaman sekolah ini. Saat sampai, aku tersentak melihat apa yang aku lihat. Dekorasi indah berwarna pink menghiasi taman ini. Banyak kulirik sebagian orang berselfie ria disini. Apakah ada pesta?
"Tuan putri sudah datang Harris." Teriak Roy yang akupun tidak tahu teriakannya kearah mana. Tunggu, tadi dia menyebut Harris?. Roy menyenggol bahuku. Mengisyaratkan agar aku menoleh kedepan. Akupun mengikuti perintahnya.
Didepanku, kini aku melihat pria yang sedang memunggungiku diatas panggung. Pria itu berbalik perlahan lahan.
"Harris .." gumamku. Roy menarikku. Mengantarkanku mendekat pada sosok pria didepanku. Roy mundur melepaskanku seorang diri disini. Dihadapan Harris.
Harris menatapku lekat. Aku tak tahu apa arti tatapan itu. Kulirik kekanan dan kekiri, hampir seluruh mahasiswa mengitari kami.
"Harris, ada apa ini?." Bisikku padanya. Harris hanya tersenyum. Harris menggenggam tanganku.
"Ley, aku tahu kau marah padaku. Tapi Ley, aku tak bisa membohongi diriku sendiri bahwa aku sangat rindu padamu.."
"Harris, ada apa?.semua orang menatap kita." Bisikku lagi.
"Semuanya akan menjadi saksi Ley. Hari ini juga, detik ini juga, aku ingin meminta sesuatu kepadamu. Boleh?"
"Silahkan saja Harris." Ucapku canggung.
"Kau bisa melihat kearah kananmu?" Aku menoleh kesamping kanan. Aku melihat ada kotak besar disana. Seperti kotak harta karun. Aku hanya mengangguk.
"Pintaku adalah,, bukalah isi kotak itu." Dengan ragu, aku berjalan kearah kotak itu. Didepannya, aku sedikit ragu tuk membuka isi kotak itu. 'Jangan bom, jangan bom.' Batinku. Dengan satu tarikan, aku menariknya keatas. Kulihat didalam kotak besar ini.
Kosong?
Aku mencoba untum melihat lebih kebawah. Aku terkejut melihat isi kotak besar ini. Isinya adalah kotak kayu yang kecil berwarna silver dengan hiasan bunga disisinya. Aku sedikit berjinjit untuk mengambil kotak itu. Setelah aku mendapatkannya, aku membuka kotak itu dengan satu tarikan. Aku melihatya dengan penuh takjub. Aku hampir tak percaya atas apa isi dari kotak keci ini.
"Would you be mine?" Aku berbalik dan mendapati Harris sudah dibelakangku.
"Ha-haris ..." aku tak bisa mengatakan apapun. Aku gugup. Aku fikir ia tak mencintaiku. Aku fikir ia tak serius dalam hubungan ini.
"Would you be mine mis Leyla Tanlar?" Ucapnya lagi. Oh God?! Aku harus jawab apa? Ijin pingsan ya tuhan. Ini diluar naluriku.
"Terima. Terima. Terima." Terdengar suara para mahasiswa. Aku tak sadar dan malu karena dilihat banyak orang.
Kupandangi kembali wajah pria dihadapanku ini. Aku mencintainya sungguh. Tapi, mengingay kejadian kemarin saat bersama Alex,.. aku jadi takut jika suatu saat nanti ia pergi meninggalkanku seperti Alex.
"Ley.." lirihnya. Aku langsung memeluknya.
"Yes Harris, yes .."
Author's PoV
Semuanya bertepuk tangan ria. Harris memakaikan cincin dari kotak kayu itu kejari manisnya Ley.
"Ini hari terakhirmu jung." Sahut salah satu pria dibelakang kerumunan para mahasiswa.
Tbc