Harris's PoV
"Ley, ayo lanjutkan perjalanan kita."
Ley? Aku menoleh kearah pintu. Aku melihat dua wanita yang sedang bediri namun menghadap kearah belakang. Aku tak bisa melihatnya langsung. Tadi, gadis yang satunya mengatakan Ley?. Apakah benar gadis yang memakai dresa berwarna peach selutut itu Ley?
Bakk
"Eh sorry bro. Ngelamun aja sih, kena bola kan." Sahut Nash dari belakang. Sakit sih, huh tapi ini salahku sendiri make ngelamun padahal lagi main basket.
"Boys lanjutkan saja permainannya nanti aku nyusul." Aku melangkah pergi dari tempat. Mengambil jaketku yang ada dikursi. Masih dengan pakaian basketku, aku melangkah pergi mengikuti dua perempuan itu. Mereka berjalan mengitari sekolah ini. Mereka berjalan menaiki tangga. Aku ikut mengendap endap dari belakang. Aku mencoba keluar dari tangga. Dan ternyata.. ini adalah atap sekolah ini. Aku tak menyangka melihat pemandangan London yang begitu indah dari sini. Aku kembali kepada tujuan awalku. Aku melihat salah satu gadis itu memeluk gadis didepannya dengan penuh girang. Wajah gadis itu... aku mengenalnya. Yak! Benar saja dugaanku. Itu Ley. Sedang apa ia disin- oh aku tahu. Ley pernah memberiku pesan bahwa ia akan sekolah disini. Gadis yang bersama Ley beranjak pergi meninggalkan Ley sendiri. Salju perlahan lahan turun menyentuh wajahku. Akupun cepat cepat bersembunyi agar gadis itu tak melihatku mengikutinya. Setelah gadis itu pergi, aku beranjak mendekati Ley.
"Res, kau kembali? Bukankah kau kedinginan?" Aku memakaikannya aku jaket yang aku bawa.
"Res, sudah kubilang aku sudah biasa dengan salju. So, aku tak akan kedinginan. Udah kebal hihi." Aku tertawa kecil mendengarnya memanggil nama Resya. Oh ternyata nama gadis itu Resya.
"Ley.." aku mencoba memegurnya. Dia berbalik.
"Hai." Sapaku padanya. Dia menatapku dengan pandangan yang tak bisa aku artikan. Dengan cepat, ia memelukku erat. Aku ragu untuk membalas pelukannya. Entahlah. Perlahan lahan , tangankupun bergerak untuk membalas pelukannya. Aku mendengar isakan dari gadis yang aku cintai ini.
"Maafkan aku. ... Maafkan aku Harris." Lirihnya. Aku tak tahu harus mengatakan apa. Aku hanya bisa termenung atas perlakuannya. Kata kata yang ia keluarkan membuat aku kembali teringat saat hari kelulusannya. Aku melepas pelukannya lembut. Aku menatapnya. Ley tampak mengeluarkan air mata. Tanganku tergerak kewajahnya. Menghapus butiran butiran bening yang berjatuhan dari kelopak matanya. Ley masih menatapku dengan pandangan yang tak bisa kuartikan. Akupun memegang bahunya.
"Salju makin lebat. Ayu masuk." Aku menggenggam tangannya dan membawanya masuk menuruni tangga dan menuju kantin.
"Kau mau pesan apa? Biar ku pesankan." Aku menanyakannya.
"Terserah." Jawabnya.
"Oke.. tunggu sebentar ya Ley." Akupun pergi beranjak untuk memesan makanan.
Ley's PoV
Apakah aku baru saja bermimpi? Jika ia, tolong bangunkan aku dari mimpi yang tak bisa diartikan ini god. Aku menatap lekat punggungnya dari belakang. Pria itu sedang memesankan makanan untukku. Aku masih mengingat kejadian tadi. Mengapa ia tak mengucapkan apapun bahkan ia mengalihkan topik pembicaraan. Apa dia sudah tak mencintaiku? Aku sudah mengatakan maafku padanyan. Tapi, ia menghiraukannya. Dia tak tahu betapa aku sangat merasakan nyeri didadaku.
Pria itu kembali dengan membawakan makanan ringan dan coffe. Pria itupun duduk didepanku. Kami hanya menghabiskan makanan kami dalam keadaan hening.
"Harris, apakah kau marah padaku?" Tanyaku mencairkan suasana.
"Aku tak ingin membahas itu." Ucapnya cuek sambil meneguk coffe miliknya.
'Hey, apakah kau fikir aku ini senang akan hal itu?' Batinku.
"Um, ba- baiklah.. ta-tapi, aku aku apakah kau masih mencintaiku Harris?" Tanyaku gugup.
"Untuk apa kau tanyakan itu Ley? Jelas aku sangat mencintaimu Ley. Maafkan aku akhir akhir ini aku tak membalas pesanmu. Aku hanya ingin sendiri." Ucapnya.
"Sendiri? Sendiri katamu? Lalu aku ini apa? Apakah aku hanya bonekamu yang selalu dicampakkan jika tak dibutuhkan Harris?" Ucapku sedikit membentak.
"Maafkan aku." Harris menggenggam tanganku. Namun, aku tepis.
"Perasaan kita berbeda. Aku cewek dan kamu cowok. Kamu gak akan bisa merasakan betapa sakitnya aku ketika kau campakkan aku." Aku mulai terisak lagi.
"Ley.." ia mengusap air mataku. Aku menepis tangannya.
"Aku ingin merasakan rasanya sendiri dulu. Seperti mu. Maaf." Aku beranjak dan pergi meninggalkannya. Akupun meletakkan jaket yang menempel pada bahuku di meja. Dengan perasaan yang menggantung ini, aku seperti jatuh kedalam jurang yang aku buat sendiri. Apakah dia tidak pernah peka ? Hatinya terbuat dari apa? Ataukah ia tak mencintaiku lagi? Apakah aku mengalami cinta bertepuk sebelah tangan?
Tbc