38

182 19 2
                                    

"Harris, apa yang kau lakukan huh?" Ros mengerucutkan bibirnya.

"Hihi. Nothing aku hanya selfie lalu-"

"Mempostingnya ke instagram, right?" Potong Ros.

"Itu kebiasaanku."

"Yah, aku tahu."

Mereka-Ros dan Harris sedang berada dalam perjalanan menuju kediaman tuan Tanlar. Ros meminta Harris untuk menemaninya menemui ayah kandungnya yang selama ini ia cari. Diperjalanan, tak banyak topik pembicaraan selain mengomentari kebiasaan Harris yaitu selfie.

"Apakah masih jauh?" Tanya Harris.

Ros mengangkat kedua alisnya.

"Loh?! Mana aku tahu, petunjuk jalannya kan kau. Aku hanya mengikutimu."

"Oiya, lupa hhe." Harris menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu.

"Bagaimana gak fokus, kau selalu memandang ponselmu. Jangan bilang jika kau terjerumus oleh virus pokemon? Hayooo ngaku?!" Tanya Ros tajam.

"Kalau iya apa kau akan menceramahiku huh? dan kalau tidak, kau akan senang karena aku tidak bermain pokemon??" Tanyanya tajam menusukata Ros. Mereka masih dalam keaadaan berjalan.

"Kenapa aku harus melarangmu? Itu hak mu dan kau bebas. Aku tak peduli apa yang kau mainkan. Pokemon, valak, dora, ataupun hati seseorang, itu bukan urusanku!"

"Apa apa? Apa kata terakhirmu itu hati?" Reflek, Ros menutup mulutnya dan tanpa mereka sadari, dihadapan mereka ada tembok dan al hasil ..

Dughh

"Aw!"

"Sialan!"

"Argghhh, ini semua karna kau Harris!" Ros memegang pelipisnya yang memerah karena tertabrak dinding.

"Ini bukan salahku! Kau yang menatapku tajam membuatku tak fokus!" Ketus Harris tajam.

"Arghh, pokonya ini salahmu!"

"Salahmu!"

"Kamu!"

"Kamu!"

"Kamu!"

"Ekhem, maaf.."

Ros dan Harris terhenti dan menoleh kebelakang. Mereka saling tatap menatap melihat seseorang yang berdiri diantara perdebatannya tadi. Merekapun menelusuri dinding rumah yang ditabrak tadi 'Tanlar's House'.

"Ayah.."

Tuan Tanlar mengerutkan alisnya dan menatap mata Harris dengan mengangkat alisnya. Ros berlari memeluk tuan Tanlar lekat. Ia membenamkan wajahnya dibalik dada bidang tuan Tanlar.

"Ley...."

Dug

Dug

Dug

Dug

Dug

Ros mendengar detak jantung tepat ditelinganya. Tak sengaja, air matanya tumpah membanjiri pipinya. Ros mengeratkan pelukannya dengan tuan Tanlar yang membalas pelukannya. Mereka berdua menangis pilu dengan isakan yang menggambarkan sakit seperti tertusuk pisau dari jarak yang sangat jauh. Sesekali, tuan Tanlar mengelus puncak rambut Ros dan menciumnya.

"Ley...."

Ros melepaskan pelukannya dan mendongak. Ia semakin mengeluarkan air matanya.

"Aku Ros. Hiks, aku Ros a- ayah.." Ros membenamkan wajahnya diantara kedua telapak tangannya.

"Harris, apa maksudnya? Aku tak mengerti. Ja-jadi kau ini orang lain bukan Ley? Bagaimana bisa?! Aku hanya mempunyai 2 anak. Mereka adalah Alina dan Ley. Walaupun mereka sudah tiada, bukan berati kau bisa meluluhkan hatiku untuk menganggapmu sebagai anakku? Aku tidak mau membuatmu sakit hati. Tapi, mungkin hanya kebetulan kau sangat mirip Ley. Tapi hal in-"

"Akan kuceritakan." Potong seseorang di belakang mereka.

"Nyonya Dea?" Ucap Tuan Tanlar

--
tbc
hey, part selanjutnya akan aku jadikan last episode. bagaimana pendapat kalian? Apakah terlalu pendek?atau menggantung?

yah, aku harap part selanjutnya bukanlah part terakhir.

semoga kalian suka. happy reading :)

Nothing 2 (Harris J)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang