Sore ini, aku menghabiskan waktu dengan Ros. Ia mengajakku berkeliling di kota pensylvania ini. Aku masih memikirkan sebenarnya Ros itu siapa dan,. Um, mengapa ia mirip sekali dengan Ley?
Flashback on
"Disini sejuk ya Ley.." ucapku saat kami berada diatas gedung dan melihat pemandangan dari ataas gedung ini. Ley memang pandai mencari tempat.
Ley menatapku tajam. Ia menyilangkan kedua tangannya didepan dadanya.
"Ini adalah sepersekian ratusnya kai memanggilku Ley, Harris. Huft." Dia menyender pada dinding dibelakangnya dan memainkan kuku kuku jarinya.
Aku tersadar dan maju satu langkah kedepan memegang pagar pembatas.
"Maaf, aku tak terbiasa. Habis kau mirip sekali dengan Ley." Aku tersenyum sendiri melihat awan awan dilangit yang menggambarkan wajah Ley.
Aku mendengar suara langkah kaki mendekat. Aku menoleh dan mendapati tangan seseorang memegang bahuku.
"Memang siapa dia Ley? Wah, beruntung ya dia bisa dekat denganmu sampai sampai wajahku terbayang akan wajahnya haha." Aku hanya Tersenyum.
"dia .. dia teman terbaikku." Jawabku. Ia melepaskan tangannya dari bahuku.
"Wah, beruntung ya dia bisa menjadi teman dekat artis seperti kau. Baik lagi. Dan.. um, sepertinya tidak arrogant hehe." Dia menggaruk tengkuknya yang kurasa tak gatal.
"Aku merindukannya."
"Kenapa kau tak datangi saja dia? Lalu setelah ketemu, kau peluk dia. lalu, setelah itu kau ajak dia main. Lalu-"
"Dia sudah di surga." Potongku.
"Ups, maaf." Aku hanya mengangguk.
"Um, Harris sepertinya kau jarang merawat dirimu ya?" Aku mengernyit. Maksudnya apa? Aku mandi tiap hari ko.
"Ung, maksudku.." aku menatapnya penuh tanda tanya.
Tangannya bergerak kearahku. Perlahan lahan tangan itu seperti ingin menghampiri wajahku.
"Ini yang aku maksud." Dia menjambak rambutku lembut.
"Aku tak suka rambut ikal ini. Ini terlihat gondrong. Apa kau tidak ingin potong rambut? Sepertinya akan keren. Haha." Dia mengambil tangannya kembali.
"Benarkah?"
"Ya!" Potong rambut gak ya? Tapi sepertinya dia benar juga. Rambutku memang agak panjangan sih.
"Mau aku antar?" Tawarnya.
"E-eh, bagaimana dengan paparazi itu?" Aku tidak mengelak. Ini benar. Aku takut banyak sorotan kamera nantinya -_-
"Tenang aja, mereka bukan monster. Ada Ros disini." Dia menunjuk dirinya membanggakan diri.
"Tapi Ley.." dia menutup mulutku seketika.
"Eits, mulai sekarang, kau harus terbiasa memanggilku Ros. Aku tidak menyuruhmu melupakan Ley. Tapi, sekarang dan disini hanya ada aku. Ros." Ucapnya.
"Ugh, baiklah. Maaf Ley eh maksudku Ros."
"Okeey, sekarang waktunya kita mengubah gaya rambutmu. Siap?" Aku hanya mengangguk dan ia menarik tanganku.
Kami berdua turun dari gedung dan berjalan mengendap endap menuju salon. Kami masuk kedalam salon kecil di pinggir kota ini. Salon Beauty R ini sangat kecil dan seperti kurang terawat dari luar. Namun, setelah aku memasukinya, suasana didalam sini sungguh nyaman dan adem dekorasinya juga lumayan.
"Taraaaa.. ini adalah salon langgananku. Ayo duduk. Biar dia mengurus rambutmu." Ros menunjuk seseorang disampingnya yang sedang memegang gunting dan sisir. Uh, okelah babay rambutku :'v
-15 mins ago-
"Ros .." aku menegur Ros yang tengah asik membaca sebuah tabloid.
"Eh, sudah toh? Wahhh .. kau tampak lebih keren dari sebelumnya.." aku melihat mata di wajahnya berbinar. Sekeren itukah? Padahal rambutku masih dengan model yang sama haanya saja ini agak pendek.
"haha. Biasa aja." Aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. Iseng haha.
Drt..drtt..
Aku mengambil ponsel dalam sakuku. Ada panggilan dari Kevin rupanya.
"Harris. Kau dimana? Kau membuat kami panik. Cepat kembali. Kita akan ke hotel. Dan mempersiapkan konsermu besok." Ups, aku lupa. Aku melirik jam ditanganku. Dan yak! Aku sudah 2 jam pergi haha. Sudahlah..
"Aduh, iya iya maaf. Aku akan segera kembali."
Tutt..tutt.
Sambungan telepon terputus.
"Kau ingin pulang?" Tanya Ros tiba tiba.
"Sepertinya." Jawabku.
"Mau Aku antar?" Tawarnya.
"Hum, boleh juga. Sekalian aku ingin memperkenalkanmu pada teman temanku." Ros hanya tersenyum.
Kami pun berjalan kembali menuju stadion sambil berhati hati. Yak, aku takut jika aada fans atau paparazi yang tiba tiba mendatangiku dan membuat jalan penuh haha.
10 menit dalam perjalanan, kamipun sampai di belakang stadion. Rencananya kami akan melewati pintu belakang untuk masuk. Jelas saja! Jika masuk lewat pintu depan bisa habis aku dikeroyokin jjs sama paaparazi. Memikirkannya saja sudah membuatku gimana... gitu haaha.
Triluitt.. triluit..
"Sebentar." Ros mengambil ponsel dari saku celana denimnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponselnya.
"Ya hallo."
"..."
"Tapi,.."
"..."
"Ugh, oke baiklah." Ros menutup ponselnya dan menghampiriku.
"Har, maaf aku tak bisa menemuo teman temanmu. Aku aada urusan. Lain kali saja ya. Bay." Ros berlari menjauhiku.
Eits, sepertinya ada yang lupa? Tapi apa? Oh iya?! Aku lupa menanyakan nomor ponselnya. Ugh, siapa tahu saja jika kami tidak bertemu kembali kan masih ada nomor yang bisa dihubungi-,- dan yak aku disini hanya 4 hari. Aku sangat penasaran dengannya. Berada didekatnya seperti berada di dekat Ley.
"Ros..." ugh, telat. Dia sudah menjauh.
Flashback off
Tbc? Vote ;)