17

443 42 0
                                    

Author's PoV

Ley tak bisa berfikir dengan jernih. Rasa percayanya dengan haris seakan akan hilang di telan bumi. Ley terasa ambruk. Dia tak dapat berfikir jernih lagi. Yang hanya bisa dilakukan oleh Ley hanyalah berlari dan terus berlari. Ley tak tahu harus berpihak pada siapa. 'Siapa tahu ini hanyalah akal akalan Alex' Batin Ley. Leypun berbalik dan mulai melangkah untuk kembali. Tetapi, baru dua langkah ia kembali berfikir 'Harris menembakku dan melamarku saat didepan banyak orang. Apakah benar itu popularitas?' Ley berbalik dan melangkah maju kembali untuk berlari. Selama diperjalanan, Ley selalu terngiang ngiang oleh bayangan Harris saat pertama kali mereka bertemu, senyumannya, dan semua yang pernah terjadi sampai saat ini.

Langkah Ley berhenti saat ia melihat pondok kecil didepannya. 'Ada pondok dipulau keci ini?' Batin Ley. Dengan ragu, Ley beranjak perlahan lahan menuju pondok itu. Saat Ley hendak memasukinya..

Duarr..

Ley tersentak dan menoleh kearah sumber suara. Ley terkejut mengingat kalau -... 'Harris?' Batin Ley. Dengan cepat, ia berlari ketempat asal dimana disana terdapat Harris dan Alex. Dengan air mata berlinang yang terus disekanya oleh sikutnya.

Ley menghentikan langkahnya. Ia sudah sampai ditempat. Dengan nafas yang terengah engah, Ley melirik kesana kemari. Mencari keberadaan Harris dan Alex. Sayangnya, Ley telat. Mereka sudah tidak ada ditempat. Ley menjerit frustasi. Ia terfikirkan oleh dua temannya yang berada dalam mobil.

Ley's PoV

"Roy, Khanza." Aku mengetuk ngetuk pintu mobil. Sadar tak ada jawaban, aku membuka pintu mobil dan Yak! Mereka tak ada. Kemana mereka? Oh tidak! Aku terjatuh. Aku tak tahu lagi harus apa. Aku mengeram frustasi. Aku kesal dengan suasana ini. Jujur, aku mencintai Harris. Tapi, apakah dia mencintaiku? Bagaimana bila yang dikatakan Alex itu benar?

Drt..drt.

Terkejut, aku masuk kedalam kursi pengemudi. Aku mengambil sebuah ponsel di dashboard. 'Ponsel Khanza' batinku. Aku membuka lockscreenya. Rasa terkejutku semakin bertambah saat aku melihat siapa yang memanggilnya.

'Alex'

Dengan ragu, aku menggeser tanda yang berwarna hijau.

"Kau dimana?! Aku sudah mendapatkannya. Aku tunggu kau dipondok. Bawa mereka kemari!"

Tut..tut. sambungan telepon terputus.

'Pondok? Mereka?' Batinku.

Author's PoV

Ley berlari cepat menuju pondok yang ia lihat tadi. Setelah sampai, ia ragu tuk memasukinya. Selangkah demi selangkah ia berjalan. Ia memikirkan cara bagaimana ia masuk tanpa ketahuan. Beruntungnya, Ley menemukan sebuah jendela yang terbuka lebar. Senyum merekah diwajahnya. Iapun beranjak ke jendela itu sambil mengendap endap. Diliriknya masuk kedalam jendela itu. 'Tak ada siapa siapa'batin Ley. Ia mengendap endap untuk masuk kedalam. Menelusuri ruang demi ruang yang ada. Ley berhenti tepat dipintu yang bertuliskan 'die'. Ia curiga akan hal itu.

Tap

Tap

"Sebentar lagi aku akan memilikinya seutuhnya." Muncul seringaian dari sosok pria yang sedang berjalan menuju pintu itu. Ley berusaha untuk sembunyi agar tidak ketahuan. Ley membelalakan matanya saat ia tahu sosok yang sedang berjalan menuju pintu itu.

Sreett

Pintu itu terbuka dan pria itu masuk. Ley Mengikuti langkah pria itu. Ia mengintip dari luar pintu. Ia semakin tersentak dengan apa yang ia lihat.

"Harris,.. ka a-"

"Ekhem."

Tbc? Vote ;)

Nothing 2 (Harris J)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang