Ley PoV
"Hi Ley." Sapa sang pangeran pujaan hati yang sedang duduk dimeja bersiap untuk sarapan. Well, kalau kalian ingin bertanya mengapa sang penyanyi Harris Jung ada disini, biar kujelaskan. Harris berada disini untuk sementara waktu. Itu menjelaskan betapa aku sangat beruntung memilikinya. Dia rela bolak balik London-NYC. Awalnya ia berminat untuk menetap disini bersamaku. Tapi, aku melarangnya. Karena, bagaimana dengan karirnya? Apakah dengan seenaknya ia meninggalkannya demi aku? Aku bukan orang yang seperti itu. Tapi, aku mencintainya. Sangat ...
"Hi." Jawabku cuek. Aku duduk disamping mom
"Ley, kamu cuek sekali." Tegur mom sambil memberiku roti yang sudah diberi selai coklat. Yummy, aku suka sekali coklat *-*
"Biasa tante, tadi di-" aku menginjak kakinya dengan kakiku. Aku melotot padanya meminta agar ia tak melanjutkan perkataannya. Karena ... itu sangat memalukan ew.
"Kenapa dia Harris?" Aduh, mom kepo sekali sih-,-
"Tadi di-"
"Tadi aku dijahili kecoa sama bang Je ini mum." Ucapku berbohong. Kulirik dia hanya tertawa kecil. Lucu?! Hah?!
"Dasar anak muda." Kami semua tertawa bahagia namun, jujur sih bagiku ini tidak lucu.
"Mom, Ha min dua adalah hari kelulusanku. Mum dan dad hadir ya plis. Dan tentu saja kau Je." Ucapku sarkas kepada Harris. Dia hanya terkekeh.
"Pasti sayang. Mom dan dady mu pasti datang." Mom mengunyah rotinya.
"Um,.mum aku rasa.. aku malas sekolah." Ucapku saat rotiku habis.
"Kenapa?" Mom mengernyitkan dahinya.
"Aku malas, lagipula disekolah hanya free class." Ucapku sambil menautkan jari jariku.
"Jika daddymu tahu, kau akan dihukum Ley." Mom mencubit hidungku dan beranjak membereskan piring piring kami dan membawanya ke tempat untuk mencuci piring.
"Tapi mum, um sekarang kan dad lagi di NZ." Ucapku sedikit berteriak karena jarak kami.
"Kau tak malu merajuk seperti iti didepan Harris." Aku melirik seseorang didepanku yang menatapku sambil terkekeh.
"Huh, baiklah baiklah.. aku berangkat." Aku beranjak dari ruang makan dan berjalan menuju pintu keluar disusul Harris.
"Kau mau ikut aku kesekolah lagi?" Tanyaku membalikkan badanku saat sudah didepan pintu.
"Aku bosen." Ucapnya datar dan melaju duluan kedepan. Aku berbalik mengikutinya.
"Harris, kamu gak tahu perasaan aku. Aku selalu dibuli. Mereka bagaikan hatersku Je, mereka selalu membicarakanku dibelakang. Mereka pikir aku memakai trik magic agar bisa jadian denganmu." Jelasku. Dia berhenti melangkah.
"Haha, kau tak suka dengan hatersku? Walaupun mereka haters, tapi bagiku mereka adalah motivasi. Dan biasanya yang membicarakanku adalah fans beratku hihi. Lagipula, siapa yang ingin mengikutimu kesekolah lagi?aku hanya bosan." Dia tertawa renyah. Yah, sangat renyah-,-
--
Aku menghentakkan kakiku kesal. Pagi ini Harris membuatku sangat frustasi. Bagaimana tidak? Pikirkan saja sendiri-,-. Aku melangkah gontai diantara lorong lorong sekolah ini."Ley." Panggil seseorang dari belakang. Akupun berbalik. Kulihat pria yang memanggilku itu berlari kearahku.
"Huh, kau Ley kan?" Tanyanya.
''Ya. Um, kau?" Tanyaku mengernyitkan dahiku. Dia mengulurkan tangannya.
"Aku Kevin. Aku murid pindahan dari Indonesia." Dia memberiku senyuman. Akupun membalas uluran tangannya dan membalas senyumannya.
"Kau mau kekelas?"
"Iya."
"Kebetulan kita sekelas. Bareng?" Tanyanya dan berbalik. Aku pun berbalik dan menganggukkan kepalaku. Kami melangkah maju kedepan.
"Baydewey. Kau tahu tentangku?" Tanyaku penasaran. Dia murid pindahan dan dia tahu aku Ley dan ia tahu aku sekelas dengannya:?
"Hahaha kau terkenal Ley. Berita tentangmu penuh di Indonesia karena kau berpacaran dengan Harris." Kevin terkekeh.
"Ohya? Um, apa kau juga akan membuliku?" Kevin tertawa terbahak bahak. Hey! Lucu?!
"Jelas tidak Ley. Haha aku ini fans Harris yang baik. Dan dengan senang hati aku pindah kesini demi bertemu denganmu." Ucapnya.
"Bertemu ku? Bukan Harris?"
"Yaps." Aku terdiam. 'Dia fansku atau harris sih?!?' Batinku.
"Um, kalau boleh. Bisa kita berteman?" Ucapnya. Aku menoleh kearahnya.
"Kau tahu namaku dan aku tahu namamu. Berarti kita berteman." Ucapku dan kembali memandang kedepan. Ia terkekeh.
"Oh iya ya" kevin menggaruk tengkuknya yang kurasa tak gatal. Mungkin.
Kami berjalan terus dan akhirnya kami sampai didepan kelas. Kami masuk bersamaan.
"Aduh, vin pintu ini tak cukup untuk kita berdua." Ucapku geram. Bagaimana tidak?! Kami terjepit dipintu kecil ini. Kevin terkekeh dan mundur. Aku melangkah maju dan duduk dikursiku.
Sebentar..
Ada yang mengganjal ..
.
.
.
.
Bukankah kelas 3 shs dua hari lagi kelulusan? Mengapa ia pindah :?"Bukan urusanku." Aku mengeluarkan gadgetku dan memainkannya.
Tbc?