Harris's PoV
Sakit.. hanya itu saja yang bisa kurasakan. Tetapi, untungnya kami terjatuh dihamparan pasir pasir. Jika tidak, aku rasa aku sudah tak bernyawa lagi saat ini. Akupun bangkit dan mendapati Alina yang sedang meringis. Roy, Kevin dan Grey merekapun sama meringis menahan sakit. Aku mendongak keatas dan melihat ke arah sosok yang membuat kami menjadi seperti ini.
"Mereka tidak salah! Kenapa mereka juga jadi korban?!" Teriakku geram ke arahnya. Dia tertawa jahat disana.
"Mereka telah melakukan tindakkan yang salah Harris." Alex mengarahkan senjata robot itu tepat didepan wajahku.
Pluk
Pluk
Aku menoleh, "khanza.." lirihku. Bagaimana mungkin dengan nekadnya Khanza melempar kerikil tepat di wajah Alex?! Apalagi rencana yang ia buat? Tapi, kau tak boleh berfikir negatif Harris. Senjata itu menjauh dariku dan mengarah ke tepat didepan Khanza.
"Bunuh aku! Aku capek. Gara gara kau aku jadi penghianat!" Khanza menatap tajam kearah Alex.
Dor..
Senjata itu lolos meluncur tepat diperutnya. Aku terkejut, aku menghampiri Khanza yang tersungkur. Banyak darah bercucuran dari perutnya dan mulutnya.
"Zha . Zha.. bangun za. Kau kuat." Teriakku mengguncangkan tubuhnya.
"Ha-ris ... ma-af-kan-aku.. uhuk .." khanza terbatuk dan memuntahkan darah.
"Aku.. tak se . Harusnya.. melakukan in....ni." khanza memejamkan matanya.
"Zha kau kuat. Zha bangun!" Aku mengecek denyut nadi dilehernya. Tidak! Khanza sudah tiada.
"Sudah dramanya?" Ucap Alex sambil menguap. Aku hanya menatapnya tajam. Alex turun dari robot itu.
"Well, aku lebih memilih untuk membunuhmu dengan tanganku sendiri. Sepertinya itu lebih tragis." Kulihat Alex menyeringai padaku.
Bugh,
"Tak semudah itu jerk." Grey meninju Alex dari samping. Alex menyeka darah yang mengalir diujung bibirnya.
"Kau ingin bermain main denganku?" Kulihat Alex menggerakkan tangannya kebelakang tubuhnya. Ia seperti mengambil sesuatu.
Author's PoV
"Kau ingin mencari ini?" Ucap Roy dari belakang sambil memperlihatkan pistol yang ia pegang.
"Berikan padaku." Alex mencoba melangkah tuk mengambil pistol itu. Namun, Roy menodongkan pistol itu dan membunyikan pelatuknya.
"Sial." Umpat Alex. Tak mau kalah, Alexpun mengambil sesuatu dari saku celananya. Dipencetnya tombol itu dan ..
Duarr
Pistol itu meledak. Percikan darah menyebar kemana mana. Semua terkejut melihatnya. Roy kini tlah hancur berkeping keping. Alex berhasil memusnahkannya.
Tbc? Vote ;)