(read the footnote down below! x || sorry for typos)
●●●
Suara daun-daun kering dan ranting-ranting yang terinjak memenuhi seluruh hutan. Pohon-pohon semakin lebat dan rapat, tidak meninggalkan celah untuk sinar matahari menembusnya. Udara pun berubah menjadi semakin dingin semakin kita menuju ke atas.
"Almost there", gumam Leeona yang mulai terlihat lelah. "Sudah lama aku tidak melakukan perjalanan ini membuatku lupa betapa melelahkannya ini"
"Tidak begitu melelahkan", jawab Christian dengan senyuman meledek di bibirnya. Aku dan Leeona menatapnya dengan tajam dan memukul lengannya bersamaan.
"C'mon"
"What?", tanyaku bingung saat tiba-tiba Christian berhenti di depanku dan berjongkok.
"Naik ke punggungku"
"Ah, no. Aku bisa melakukannya. Perjalanan tidak jauh lagi, bukan?"
"Nah, not really. Aku bilang kalau kita hampir sampai hanya utuk menyemangati diriku sendiri", jawab Leeona membuatku dan Christian menatapnya dengan tajam. Dia hanya tertawa pelan dan melanjutkan perjalanan.
"Hop on. Sudah jelas perjalanan masih panjang dan kau lelah"
Aku menurutinya karena memang aku merasakan kakiku seperti ingin lepas dari tubuhku. Aku melingkarkan tanganku di leher Christian, dan kakiku di pinggangnya. Dia meletakkan kedua tangannya yang berkaitan di bawah bokongku.
"You like this, don't you?", bisikku di telinganya.
"Apa yang kau bicarakan?", jawabnya berpura-pura.
"Your hands are squeezing the life out of my butt", ucapku dengan perlahan sambil menyentuhkan bibirku di rahangnya. Tubuhnya langsung bergetar perlahan dan bulu di tangannya berdiri. Dia berhenti melakukan apa yang dia lakukan dan berjalan dengan diam.
"You guys are so cute. Mates", ucap Leeona dengan nada meledek. Aku menatapnya dan aku merasakan tiba-tiba auranya berubah.
"Have you found your mate, Leeona?", tanyaku membuatnya diam dan berhenti berjalan. Christian juga berhenti berjalan beberapa langkah di belakangnya.
"I have actually", gumamnya pelan dan kembali berjalan.
"Benarkah? Kenapa kau tidak memberitauku? Apa dia tinggal di desamu juga?"
Pertanyaanku dibiarkan begitu saja, tidak terjawab. Aku pun tidak melanjutkannya lagi karena keadaan berubah menjadi canggung. Leeona yang lebih merasa tidak nyaman akhirnya mempercepat langkahnya agar kita sgera sampai ke tempat tujuan dan keluar dari suasana ini.
Entah berapa jam sudah terlewati, hari semakin gelap dan udara semakin dingin. Aku tetap bergantung di punggung Christian dengan selimut tebal di punggungku. Dia memakaikanku itu saat dia merasakan tubuhku mulai menggigil. Dan untuk Leeona, dia memakai jubah hijau tebal yang menutupi seluruh tubuhnya.
Sejak terakhir aku melontarkan pertanyaan kepada Leeona, tidak ada lagi yang berbicara. Seakan-akan pertanyaan itu memutuskan segala pembicaraan dan menghalangi siapa pun untuk bicara. Tapi pada akhirnya, Leeona lah yang memecah keheningan yang canggung ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love War
VampirBrianna Keegan Autenberry. Dia tidak pernah tau tentang hal yang berada di kegelapan. Hal yang bersembunyi di balik gelap agar tidak tertangkap saat mengikutinya. Dia tidak pernah tau kalau dia akan tertangkap. Dan dia tidak pernah tau akan seperti...