"Guys!" teriak Alex tiba-tiba membuat aku dan Christian melepaskan pandangan kami pada peti ini.
"C'mon" Christian berdiri lalu mengangkat peti itu dan mengikutiku menuruni tangga. Aku berlari kecil ke arah belakang rumah tempat suara itu berasal. Begitu aku dan Christian sampai di sumber suara, aku tidak melihat Alex, yang kulihat hanya lantai kayu yang sudah rusak.
"What the hell, Lex? You broke the wooden floor!" aku berlari ke arah lubang di lantai itu dan mengintip ke dalam. Pandanganku lalu tertuju pada Alex yang sedang mengangkat kepalanya untuk melihatku.
"Yeah, yeah, it's not my fault. I heard 'creek' when I stepped on it and I tried again, and yeah, I fell" dia mengusap kedua tangannya secara bersamaan dan matanya melirik ke arah kiri yang berarti dia sedang berbohong.
Aku memicingkan mataku padanya dan menatapnya tajam. "You were not just step on it, right, Lex?"
"Ermm, ye- no" jawabnya malu sambil memberikanku senyuman bersalahnya yang rasanya selalu membuatku ingin menghabisinya.
"You broke the damn floor, you d-"
"We broke the stairs" potong Christian dengan tenang. Aku menatapnya tajam beberapa detik sebelum kembali menatap Alex yang sekarang sudah tersenyum mengejekku.
"But we found something" belaku yang mendapat dua decakan dari Christian dan Alex. Aku hanya memutar bola mataku pasrah.
"Siapa bilang aku tidak menemukan sesuatu?" aku mengangkat kedua alisku dan Alex menyuruhku dan Christian masuk ke sana. Aku menatapnya seperti dia sudah gila karena dia memintaku masuk ke sana, ke tempat gelap dan dalam. Apa dia gila menyuruhku melompat ke sana?
"Di sana ada tangga, bodoh" dia menunjuk bagian tepi lubang itu dan aku langsung melihat sebuang tangga. Aku tidak mengerti kenapa ada tangga di sini, satu-satunya hal yang masuk akal adalah tempat ini memang dibuat khusus.
Aku mengangguk dan secara hati-hati menuruni tangga. Bayangan tangga ini yang sudah tua dan bisa saja rusak mengisi pikiranku, dan aku harus menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghapus pikiran itu sampai akhirnya kakiku berpijak lagi pada tanah. Christian menyusulku dengan melompat ke dalam dengan mulus tanpa ada suara sambil memegang peti itu di tangannya.
"Di sini sangat gelap" gumamku sambil merentangkan tanganku untuk mencari sesuatu. Aku tidak bisa melihat apapun kecuali Christian dan Alex karena memang benar-benar gelap. Aku juga tidak tau apa di sini ada saklar atau tidak karena memang aku baru tau kalau ada ruangan ini di bawah rumah Nanny.
"Ikuti aku" ucap Alex sambil berjalan entah kemana. Christian menghampiriku dan melingkarkan tangan kirinya ke pinggangku untuk menuntunku ke tempat yang Alex maksud. Aku mempercayakan semuanya padanya dan berpegangan dengan erat. Dia tau aku tidak suka dengan kegelapan dan itu membuatnya beberapa kali mengusap pinggangku dengan lembut agar aku merasa tenang.
"Ini, lihat ini"
"Aku tidak bisa melihat apa-apa" gumamku kesal. Tapi tidak lama aku mendengar suara saklar dan lampu remang langsung menerangi ruangan. Aku membiasakan mataku dengan cahaya yang sedikit ini dan mulai melihat apa yang Alex ingin tunjukkan.
Pandanganku langsung tertuju pada dinding yang dipenuhi tulisan-tulisan dan gambar. Itu akan biasa saja kalau dia menulis dan menggambar sesuatu yang lain, tapi ini tidak.
"Keegan, goddess, light, darkness, blood, heir" bacaku pelan dan aku melangkah ke depan untuk membaca tulisan yang lain. Aku melangkahkan kakiku lebih dekat.
Creek. Dan mataku membaca tulisan terakhir itu. Keningku berkerut begitu lagi-lagi aku mendengar suara 'creek' dari lantai yang rusak itu. Tapi ada sesuatu yang aneh di sini. Akhirnya, aku menginjak lantai itu lagi sambil membaca kata terakhir di dinding itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love War
VampiriBrianna Keegan Autenberry. Dia tidak pernah tau tentang hal yang berada di kegelapan. Hal yang bersembunyi di balik gelap agar tidak tertangkap saat mengikutinya. Dia tidak pernah tau kalau dia akan tertangkap. Dan dia tidak pernah tau akan seperti...