Hai, it's been months. You can skip this and go right to the story, but I just wanna tell you guys that I appreciate you all so much. The comments, the votes, the messages, even the (kind) critics. Love War has come a long way. I mean, if you re-read the story, you maybe will notice that my style of writing has changed a bit. That's because I've read a lot of books since the first time this story came out. Now I'm a little more careful to write this story. It's hard for me to be satisfied by my own writing, that's why it takes so so so long for me to finish a single chapter. I'm still learning, and I hope you understand. Love War is my baby, and Christian & Brianna are my favourite characters I've ever made ever since I started writing. I want this story to be great, that's why I take a lot of effort to it. This chapter isn't long, and I hope you like this because I've spent days editing this chapter. xx
•••
Brianna's POV
"Kau masih memikirkannya"
Aku tersentak dari pikiranku. Mataku langsung tertuju pada Christian yang ternyata berlutut di depanku. Tangannya menangkup wajahku dan mengusap pipiku dengan lembut. Aku menutup mata, menikmati perasaan tenang yang langsung menyusup ke tubuhku.
"Aku tidak pernah berpikir aku akan berada sedekat ini dengan tempat itu", gumamku pelan, mengutarakan inti pikiranku padanya.
Setelah aku menyadari kalau rumah pohon ini terletak tidak jauh dari Creekland, aku mengalami panik selama beberapa saat. Aku tidak tau pasti kenapa aku bisa tiba-tiba seperti itu. Jantungku memompa darah terlalu cepat ke seluruh tubuhku, dan kondisiku yang baru saja kehilangan darah memperparah semuanya. Tubuhku tiba-tiba saja terjatuh. Untungnya Christian sangat sigap dan dia langsung menopang tubuhku. Dia melakukan kerja yang sangat baik dalam menenangkanku.
Sekarang, aku sudah di kamar dan masih dalam proses penenangan. Christian langsung membuatkanku secangkir coklat panas begitu dia melihat ada persediaan coklat di dapur, dengan tujuan untuk membuatku lebih tenang. Tapi, aku masih merasa tubuhku kaku dan ada ketegangan yang kurasakan.
"Kau ingin ke sana?", tanya Christian. Pertanyaan itu membuatku langsung membuka mata dan menatapnya. Napasku memburu saat itu juga. "Hey, tidak sekarang. Kita bisa melakukannya lain waktu kalau kau sudah siap, okay? Calm down"
Mendengar itu, aku langsung menganggukkan kepala. Aku mengulurkan kedua tanganku lalu melingkarkannya pada leher Christian. Aku menariknya mendekat dan memeluknya. Dia menghela napas berat sebelum membalas pelukanku dengan pelukan yang lebih erat. Dia tau aku sangat membutuhkan dirinya untuk menenangkanku saat ini, dan itulah yang dilakukannya.
"You were pretty shaken up. Lebih baik kita beristirahat sekarang. Kita punya beberapa jam sebelum makan malam"
Christian, tanpa melepaskan pelukannya, langsung mengangkat tubuhku dan memposisikanku di tempat tidur. Dia menempati tempat di sebelahku sebelum menyelimuti tubuhku dan tubuhnya. Aku kembali mendekat ke arahnya dan memendam wajahku di dadanya.
Pikiranku terus berlarian memikirkan tempat itu, tempat yang mungkin menjadi awal dari semuanya. Saksi bisu akan apa yang sebenarnya terjadi padaku. Apa Leeona mengetahui tempat itu dan apa yang pernah terjadi di sana? Aku mungkin akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini setelah makan malam nanti. Rasa penasaran ini akan memakanku hidup-hidup kalau aku tidak mendapatkan jawabannya. Aku harus menanyakannya. Tunggu. Suara apa itu.
Aku menjauhkan wajahku dari dada Christian yang nyaman, lalu menatapnya. Mataku langsung menangkap dirinya yang sedang menatapku sambil tersenyum. Senyumanku langsung merekah begitu teringat memori-memori dulu, awal aku mulai dekat dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love War
VampirBrianna Keegan Autenberry. Dia tidak pernah tau tentang hal yang berada di kegelapan. Hal yang bersembunyi di balik gelap agar tidak tertangkap saat mengikutinya. Dia tidak pernah tau kalau dia akan tertangkap. Dan dia tidak pernah tau akan seperti...