(another update! sorry for any typos, i haven't edited this. but, enjoy xx)
●●●
Brianna's POV
Sesuatu terjadi, aku yakin itu. Keanehan gerak-gerik Leeona membuatku menjadi khawatir. Terlebih lagi tatapan para penyihir yang seakan-akan seperti menusukku. Ada sesuatu di tatapan mereka yang membuatku ingin pergi dari tempat ini. Aku tidak mengerti kenapa aku merasakan ini.
"Shit!", umpat Leeona di sampingku membuatku menatapnya heran. Dia melihat ke sekelilingnya dan menatap semua penyihir yang belum juga berhenti menusukku dengan tatapan mereka.
"Leeona, ada apa?"
"We have to go"
"What? Ada apa?"
"I'll tell you later, now we have to go"
Kata-kata Leeona yang tergesa-gesa membuatku menutup mulutku dan mengikutinya dengan perasaan panik yang mulai kurasakan. Dia menggenggam tanganku kuat dan menarikku dengan pelan membuatku semakin mempercepat langkahku. Sweater dan scarf yang kukenakan sekarang sudah tidak berarti karena aku merasakan dingin di sekujur tubuhku membuatku bergidik. Tatapan-tatapan yang kuterima masih bisa kurasakan, bahkan semakin bisa kurasakan. Rasanya seperti sesuatu mendorongku, mengganggu privasiku. Aku merasakan itu dipikiranku dan ditubuhku.
"Tubuhmu dingin, apa kau baik-baik saja, Bri?", tanya Leeona.
"Aku baik-baik saja, hanya merasa lebih dingin dari se- umph!"
Ucapanku terpotong saat tiba-tiba sesuatu menahan kaki kananku membuatku terjatuh dengan keras. Pelipisku yang mendarat menampar tanah terasa sangat sakit. Menguatkan dugaanku kalau pendaratanku dihalangi sebuah kerikil yang melukai pelipisku. Pandanganku pun buram untuk beberapa detik sebelum kembali jernih dan aku tersadar kalau tubuhku bergerak.
"Brianna!"
Aku mengangkat kepalaku dan melihat Leeona berlari kecil ke arahku. Tanganku mencoba menggapai sesuatu di tanah agar aku tidak terus terseret oleh sesuatu yang tidak terlihat untukku. Saat tanganku menyentuh akar pohon, aku langsung berpegangan pada akar itu kuat-kuat.
"Hold on", gumam Leeona sambil mengambil sesuatu dari jubah yang dikenakannya. Dia mengeluarkan belati kecil berwarna emas dan memotong sesuatu yang melingkar di kakiku. "Cepat, kita harus pergi dari sini"
Leeona mengulurkan tangannya untuk menolongku dan kami berlari keluar dari desa para penyihir itu. Begitu aku dan Leeona berhasil menembus pintu dimensi sihir, aku langsung bersandar pada lututku untuk menarik napas panjang.
"Are you okay?", aku hanya mengangguk pelan. "You're bleeding. C'mon"
Leeona mengeluarkan sapu tangan kecil dari jubahnya dan memberikannya padaku. Aku mengusap pelipisku dengan sapu tangan dan benar saja, darah langsung menodai sapu tangan itu. Aku menutup lukaku dengan sapu tangan selama perjalanan agar darahku tidak mengalir ke daerah lain di wajahku.
Perjalanan menuju rumah Zi tidak jauh setelah menembus pintu dimensi sihir, hanya sekitar 3 menit perjalanan. Tapi, perjalanan singkat itu pun membuatku kehabisan banyak energi. Kepalaku pun mulai terasa pusing akibat terjatuh tadi. Leeona harus memelankan jalannya agar aku bisa mengikutinya tanpa harus menyeret kakiku. Dan begitu kami sampai di teras rumah Zi, Christian yang sudah bisa mendeteksi keberadaanku langsung membuka pintu rumah dan mengangkatku.
"Apa yang terjadi?", tanya Phil pada Leeona yang tidak biasanya terlihat sama lelahnya denganku.
"Salah satu dari mereka mencoba menghalangi Brianna pergi. Mereka melakukan sihir murahan, menggerakkan akar pohon untuk menarik Brianna", jawab Leeona dengan kesal.
![](https://img.wattpad.com/cover/12666520-288-k727001.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love War
VampirBrianna Keegan Autenberry. Dia tidak pernah tau tentang hal yang berada di kegelapan. Hal yang bersembunyi di balik gelap agar tidak tertangkap saat mengikutinya. Dia tidak pernah tau kalau dia akan tertangkap. Dan dia tidak pernah tau akan seperti...