Aku membuka mataku dan yang kulihat hanya hitam. Gelap. Aku tidak tau aku di mana dan kenapa aku bisa di sini. Tapi tidak lama pelan-pelan aku seperti melihat cahaya datang dan mendekat dan aku merasakan mataku benar-benar terbuka.
Dada seseorang langsung berada di hadapanku dan sebuah tangan memeluk pundakku agar mendekat ke arahnya. Aku tersenyum karena aku tau siapa orang itu. Pelan-pelan aku mengangkat wajahku dan berhadapan dengan Christian, dia tersenyum ke arahku dan mencium keningku. Dia terlihat tenang tapi aku tau dia masih khawatir.
"Hey"
"Hey" suaraku sangat serak dan tenggorokanku terasa sakit. Christian mengangkat dirinya sedikit untuk mengambil gelas berisi air mineral dan suatu obat. Aku mengambilnya dan meminumnya.
"Better?"
"Yeah, thanks"
"Y'know, I'm sor-"
"Kenapa kau minta maaf? Itu bukan salahmu" aku memotongnya karena aku sudah tau apa yang akan dia katakan dan menurutku itu bodoh. Kenapa dia meminta maaf? Seharusnya cairan itu yang meminta maaf karena sudah membuatku sakit dan lelah seperti ini.
"Tapi paling tidak seharusnya aku bisa menolongmu" suaranya tidak berdaya dan aku memutar bola mataku.
"It's okay, sekarang aku tidak apa-apa" aku mencium rahangnya lalu kembali meletakkan kepalaku di dadanya. Aku baru sadar kalau rahangnya adalah satu dari sekian banyak hal yang sangat menarik di dirinya. Menurutku cowok dengan rahang tegas itu sangat menarik.
"Kenapa kau tersenyum?"
"Nothing" Christian berdecak dan mengangkat wajahku membuatku menatapnya.
"Tell me or I tickle you" mataku terbuka lebar karena itu dan Christian hanya tersenyum karena dia tau aku pastinya akan memilih pilihan pertama.
"Fine"
"So?"
"Aku hanya berpikir kalau rahangmu merupakan satu dari sekian banyak hal yang menarik darimu" jawabku terus terang membuat senyum lebar muncul di bibirnya. Mata biru lautnya terlihat lebih berkilau dan itu terlihat adorable untukku.
"Benarkah?"
"Yeah. Menurutku cowok-cowok yang mempunyai rahang tegas itu menarik" setelah aku mengucapkan itu ekspresi senangnya hilang dan dia terlihat sedikit kesal dan..............cemburu?
"What now?"
"Aku hanya tidak suka dengan kenyataan kalau cowok lain bisa dengan mudah menarik perhatianmu hanya dengan rahang tegas mereka" gumamnya pelan yang jelas sekali terdapat nada cemburu di sana. Aku tertawa pelan lalu menepuk pipinya pelan.
"So? Aku sudah ada satu di sini, kenapa aku harus mencari yang lain?" tanyaku bercanda mencoba menaikkan moodnya. Aku tau aku berhasil saat dia kembali tersenyum.
"Am I the only one, uh?" tanyanya dengan nada bercanda juga, tapi aku bisa mendengar nada serius.
"Of course. Now, now, am I the only one?" balasku yang membuat wajah Christian berubah dari playful menjadi serius. Dia menatapku dalam dan tangannya terangkat untuk menangkup wajahku.
"You know you are, Brianna" jawabnya pelan. Well, sepertinya ini bukan topik untuk bahan bercandaan baginya. Sebenarnya tanpa aku harus menanyakannya, aku tau jawabannya.
"I know" aku mengangkat tubuhku sedikit dan menciumnya. Dia tersenyum dan balas menciumku. Dia melakukannya lebih lembut dari biasanya tapi justru itu membuat ciuman ini terasa lebih romantis dan intim.
"Bri!" teriakkan yang tiba-tiba datang membuatku meloncat dan menjauh dari Christian. Well, sebenarnya tidak terlalu jauh karena tangan Christian di pundakku masih mendekapku erat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love War
VampirBrianna Keegan Autenberry. Dia tidak pernah tau tentang hal yang berada di kegelapan. Hal yang bersembunyi di balik gelap agar tidak tertangkap saat mengikutinya. Dia tidak pernah tau kalau dia akan tertangkap. Dan dia tidak pernah tau akan seperti...