Chapter 30

20.2K 903 43
                                    

Pertanyaan itu terlontar dari mulutku. Aku menatap Nikolas lekat-lekat dan melihat perubahan ekspresinya secara drastis. Senyum yang awalnya ada di wajahnya bahkan matanya menghilang seketika pertanyaan itu didengarnya.

"I'm sorry, Brianna"

What?

"Why? Ada apa?"

Nikolas mengulurkan tangannya dan membuka kepalan tangannya. Sebuah batu hitam yang sangat menarik langsung terlihat. Aku melihatnya tanpa berkedip dan mengulurkan tanganku untuk mencoba menyentuhnya. Tapi, belum sempat jari-jariku menyentuh batu itu, Nikolas langsung mengepalkan tangannya kembali dan menariknya.

"Don't, it's dangerous" gumamnya pelan sambil menatapku dengan ekspresi yang tak bisa kuperkirakan.

"Batu apa itu?" tanya Christian yang sedaritadi lebih banyak diam.

"Ini serpihan batu milik Zeud, The Son of Erebus, atau kau lebih mengenalnya dengan Black Shadows" Nikolas menggoyangkan tangannya yang menggenggam batu itu perlahan.

"Zeud memiliki sebuah tongkat bermata batu hitam yang bisa membantunya melemahkan lawannya, witches, werewolves, dan beberapa vampire. Efeknya seperti yang kau rasakan, Brianna. Kau tertarik dengan batu ini dan rasanya kau ingin menyentuhnya. Tapi kalau kau sudah menyentuhnya, akan ada perubahan dalam dirimu secara perlahan yang akan membuatmu lupa akan dirimu sebenarnya"

Mataku melebar mendengar penjelasannya dan tanpa sadar aku mengepalkan tangan kananku yang hampir saja menyentuh batu itu.

"Semuanya tidak akan terjadi kalau saja aku tidak menyimpan serpihan batu ini"

"Apa yang terjadi?" tanyaku dan Christian bersamaan. Aku mengalihkan pandanganku ke arah Christian dan dia melakukan hal yang sama. Dia memberikanku senyuman khasnya sebelum kembali menatap Nikolas.

"Saat itu kerusuhan terjadi di desa tempatku tinggal. Aku dan lima temanku memimpin perang. Kupikir itu hanya penggembala liar lagi yang membuat kerusuhan di desaku, tapi yang datang ternyata Zeud dan pengikutnya. Kelima temanku tidak bisa melawannya karena mereka masih cukup baru walaupun keahlian perang mereka hebat. Dan akhirnya akulah yang memimpin perang dan Zeud menjadi lawanku.

Tak pernah aku berpikir aku akan berhadapan dengan Zeud. Aku mengambil sebuah pedang pemberian seorang penyihir yang dulu sempat kutolong. Pedang itu adalah satu-satunya pedang yang dapat melukai Zeud, jadi senjataku satu-satunya hanyalah pedang itu.

Awalnya ada keraguan di diriku untuk melawannya, tapi begitu aku melihat rasa takut di mata Zeud saat dia melihat pedangku, aku tau kalau pedang yang kupegang adalah kelemahannya. Aku berhasil melukainya dan membuatnya menjatuhkan tongkat yang dia pegang. Mata batu yang ada di tongkatnya pecah. Dan dalam seketika Zeud dan pasukannya menghilang"

Nikolas menggelengkan kepalanya setelah dia selesai bercerita. Penyesalan yang tertera jelas di wajahnya membuatku semakin ingin tau apa yang terjadi selanjutnya.

"Aku mengambil satu serpihan batu hitam itu sebelum mengajak penduduk yang tersisa meninggalkan desa dan membakar habis desaku" Nikolas mengepalkan tangannya dan menghembuskan nafas berat sebelum melanjutkan ceritanya.

"Saat perjalanan meninggalkan desa itulah aku bertemu dengan Thaliana, my mate"

"Nanny" gumamku tanpa sadar membuat Nikolas mendongak dan kembali menatapku. Dia tersenyum sedih karena mengingat Nanny. Hatiku terasa seperti teremas saat aku mengingat mimpiku yang menampilkan masa lalu Nanny dan Nikolas. Dia pasti sangat terluka saat harus melepaskan Nanny.

"Dia sangat menawan dengan gaun putihnya. Penyihir paling menawan yang pernah kutemui. Dia tau aku dan kelompokku yang lain sedang mencari tempat dan pada akhirnya dia yang mengenalkanku dengan kota bawah tanah itu.

Love WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang