Mungkin sudah seumur hidup Ara ia mengenal Emil. Emil adalah sahabat kakaknya semanjak sekolah dasar. Pertama kali Emil mengenal Ara ketika Gamal –kakak Ara- dengan gaya pamer khas anak kecilnya memberi tahu bahwa ia baru saja mendapatkan adik perempuan yang lucu dan cantik. Emil penasaran. Ia hanya punya kakak, dan tidak punya adik, juga belum pernah melihat bayi yang masih merah. Saat itulah Emil bertandang ke rumah Gamal untuk melihat adik perempuannya yang baru tiga hari lalu kembali dari rumah sakit.
Emil ingat betul bagaimana lucu dan cantiknya bayi mungil itu. Sangat kecil dibanding dirinya yang sudah berseragam putih-merah. Ara begitu kecil. Matanya belum benar-benar terbuka, hanya mulutnya yang terkadang sedikit terbuka. Emil terpukau dengan baby Ara. Tangan Emil bergetar ketika pertama kali menyentuh kulit tangan Ara yang sangat lembut. Senyum Emil terbit saat melihat mulut kecil Ara terbuka karena menguap. Ditempelkannya ujung telunjuknya untuk menutup mulut Ara.
"Gamal," panggil Emil pada sahabatnya yang berdiri di sebelahnya tanpa melepas pandangannya pada Ara.
"Apa?" Gamal yang juga sedang mengagumi adiknya, menyahut panggilan Emil.
"Boleh nggak, suatu saat nanti adik kamu buat aku?"
Gamal menoleh, tidak suka dengan pertanyaan Emil. "Kok gitu?"
"Kita jagain adik kamu sama-sama." Sekali lagi senyum Emil terkembang karena kedipan kecil di mata Ara.
Sementara Gamal tampak berpikir, mempertimbangkan tawaran Emil. Menjaga adiknya bersama-sama? Bukankah dua lebih baik daripada satu? "Oke deh," jawab Gamal kemudian.
---
Selalu ada Emil dalam perkembangan hidup Ara. Emil turut mendengarkan sendiri suara pertama Ara yang menyebutkan kata 'Bubu' untuk memanggil ibunya. Begitu juga saat ayah Ara membantu Ara kecil berjalan, Emil menjadi saksinya. Bersama Gamal, Emil membantu Ara belajar mengendarai sepeda pertamanya.Begitu juga momen saat Ara menangis ketika ia mulai masuk SD dan diganggu teman sekelasnya.
"Kamu yang namanya Rudi?" tanya Emil kala itu pada bocah ompong dengan nada mengintimidasi.
Bocah yang dipanggil Rudi itu mengangguk ketakutan pada Emil yang berbadan jauh lebih besar darinya. Apalagi saat itu Emil memakai seragam putih-biru.
"Kenapa kamu gangguin Mutiara?" tanya Emil lagi, menahan geraman kesal kala mengingat bagaimana kemarin Ara mengadu padanya karena Rudi menarik-narik rambutnya hingga kedua kuncir buatan ibunya terlepas.
"Maaf, Bang," cicit Rudi sambil menunduk. "Saya cuma bercanda."
"Kamu kan udah sekolah. Emangnya kamu mau jadi anak laki-laki yang baik atau nakal?"
"B-baik, Bang."
"Laki-laki yang baik nggak boleh bikin anak perempuan nangis. Kalau kami bikin anak perempuan nangis, berarti kamu bandel. Ngerti?"
"I-iya, Bang. Saya ngerti."
Emil berbalik, memanggil Ara yang berdiri tak jauh dari mereka. "Ara, sini."
Ara melihat pada teman sekelasnya yang bernama Rudi, menunduk penuh penyesalan dan ketakutan. Melihat Ara diam saja, Emil menghampirinya, membawa tangan mungil Ara dalam genggamannya untuk mendekati Rudi.
"Sekarang, kamu minta maaf sama Ara. Dan janji nggak akan menjahili Ara ataupun anak perempuan yang lain," perintah Emil pada Rudi.
Rudi mengangkat kepalanya. Menatap Ara yang berdiri di samping Emil dengan tangan saling menggenggam. "Maafin aku ya, Ra. Aku janji nggak akan nakal lagi sama kamu atau temen-temen yang lain," ucapnya tulus.
Ara menatap Emil sebentar dan ketika melihat Emil menganggukkan kepalanya, Ara baru membalas ucapan Rudi. "Iya, aku maafin."
Kemudian Emil menyuruh Rudi untuk masuk ke dalam gedung sekolahnya. Setelah melihat bocah itu menjauh, Emil kembali melihat Ara. Tangan mereka masih saling menggenggam. "Ara sayang, nggak boleh sedih lagi ya. Mulai sekarang, kalau ada yang nakal sama kamu, kamu bilang ke Kakak. Oke?" tanya Emil sambil mengusap kepala Ara sayang dengan tangannya yang bebas.
Ara tersenyum, memperlihatkan dua gigi ompongnya. Manis sekali, batin Emil.
"Iya. Makasih ya, Kak Emil."
"Kamu masuk gih. Kakak juga mau ke sekolah."
Ara menganggukkan kepalanya dengan semangat sebelum melepas genggaman tangannya pada Emil dan memasuki gedung sekolahnya. Sementara Emil tersenyum melihat Ara berlari kecil dengan kuncir rambutnya yang bergoyang ke kanan dan kiri. Begitu Ara sudah tidak terlihat, ia melihat jam tangannya. "Alamat terlambat deh gue."
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...