Ara baru saja ingin menyahuti ucapan Idho ketika ponselnya berbunyi. The GAH calling.
Ara menutup buku menunya dengan cepat. Lalu menoleh pada Idho yang duduk di hadapannya. Memberi senyum 'permisi' pada Idho yang ternyata memerhatikannya.
"Halo," sapa Ara saat menjawab panggilan Emil.
"Kamu di mana?"
Ara sedikit mengerutkan kening mendengar suara Emil yang datar dan dingin. Ini hampir tidak pernah terjadi. Emil selalu bicara lembut dan hangat padanya. Bahkan, dalam keadaan kesal pun Emil selalu bisa menahan diri.
"Aku lagi di kafe," jawab Ara jujur. Mana pernah Ara berpikiran untuk bohong pada Emil. Toh kalau Ara bohong pada Emil, suaminya itu dengan mudah akan mendeteksinya. Semacam lie detector naluriah.
"Di kafe mana, sama siapa?" tanya Emil masih dengan mode cool: on.
"Di The Caffe In. Kafe deket sekolah. Ini sama temen aku."
"Temen yang mana? Namanya siapa? Cewek atau cowok?"
Kok, Ara jadi merasa diinterogasi ya sama pertanyaan-pertanyaan Emil? Ara menengok ke arah Idho yang sedang bicara pada pramusaji yang datang untuk mencatat pesanan. Sepertinya Idho meminta pada perempuan muda berseragam cokelat itu untuk datang lagi nanti.
"Temen sekolah, dia cowok, namanya Idho." Ara mengecilkan sedikit suaranya saat menyebut nama Idho. Tidak ingin menarik perhatian Idho dengan menyebut namanya.
Sementara itu, Ara juga bisa mendengar helaan napas dari seberang telepon. "Kamu ke ruko sebelah, ada Gifar di mobil. Kamu ke sana, tunggu aku di mobil sama Gifar. Sekarang." Walaupun nadanya masih dingin, Ara bisa menilai kadar 'suhu' dari suara Emil sudah menghangat, tidak sedingin sebelumnya.
Ara sebenarnya heran, kenapa Emil memintanya ke ruko sebelah. Ada Gifar di sana, kata Emil. Apa Emil tahu di mana posisi Ara sekarang, tapi di mana sebenarnya Emil?
Sekarang. Ara jadi terkesiap, sadar sambungan teleponnya belum usai.
Harus sekarang banget ya? Tanya Ara dalam hati sambil melirik Idho yang sedang memerhatikannya. Idho terlihat menunggu, ekspresinya juga bercampur dengan penasaran dan cemas. Ara jadi merasa tidak enak pada Idho. Tapi, mau bagaimana lagi?
"Oke," ucap Ara akhirnya sebelum menyudahi pembicaraan dengan Emil.
Idho tahu benar arti tatapan yang ditunjukan Ara. Senyum yang sekarang dikulum Ara adalah senyum pemakluman dan minta maaf.
Selalu begini ujungnya, batin Idho sedikit kesal.
"Aku harus pulang, Dho. Maaf ya, aku lagi-lagi terpaksa batalin janji makan sama kamu," ujar Ara tak enak hati.
Ara baru saja akan berdiri saat Idho menahan tangannya. "Aku antar ya, Ra."
Ara merasa tidak nyaman dengan cekalan di tangannya, dan hal itu disadari oleh Idho yang segera melepas tangannya. "Nggak usah, Dho. Makasih tawarannya. Aku pulang duluan, ya."
Setelah itu, Idho hanya bisa memandangi Ara yang berjalan menuju pintu kafe diiringi suara teriakan gadis-gadis di sudut kafe yang lain.
---
Ara menunduk saja semenjak mobil yang dikendarai oleh Gifar melaju. Setelah dua jam dibuat menunggu Emil yang baru selesai syuting, Ara harus menerima kebawelan Emil yang seperti tidak ada putusnya. Kuping Ara sampai panas dibuatnya.
"Mutiara, pokoknya aku beneran nggak suka kamu cuma pergi berduaan sama cowok begitu. Kalo dia macem-macem ke kamu gimana?" Emil tampak menahan kesal, khawatir, sekaligus gusar. "Aku nggak mau terjadi apa-apa sama kamu dan calon anak kita, Ra."
Lakinya lebay, komentar Gifar yang hanya bisa tertahan di ujung lidahnya. Bayangkan betapa bosannya Gifar dengan keributan kecil yang terjadi di belakangnya.
Beda lagi dengan Ara yang merasa sudah tidak tahan. Jadilah, isakan kecil Ara mengisi mobil van berwarna hitam itu. Ara mengangkat kepalanya untuk menatap Emil. Air mata sudah membentuk aliran kecil di sepanjang pipinya.
"Kamu marah sama aku?" tanya Ara dengan suara bergetar.
Yaelah ... lakinya lebay, bininya drama. Lagi, Gifar hanya bisa menahan kegondokan untuk dirinya sendiri.
Emil panik melihat Ara yang menangis. Diusapnya air mata Ara dengan sayang. "Nggak, Ra. Aku nggak marah. Aku ... aku cemburu, Sayang."
Ara yang mendengar pengakuan suaminya malah tambah menangis. Ia merasa bersalah sudah membuat Emil cemburu. Dipeluknya Emil dengan erat. "Maaf ya, aku udah bikin kamu cemburu. Aku janji nggak akan pergi berduaan lagi sama Idho atau cowok lain," bisik Ara dalam dekapan Emil.
Kalo nggak digaji sih, gue ogah ngeliat adegan FTV begini. -Gifar
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
عاطفيةAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...