"Kak, kak, nanti sebelum ketemu Om Emil, temenin Lika beli es krim dulu ya. Lika mau es krim dua rasa. Cokelat sama stroberi," oceh Alika yang berada di pangkuan Ara.
"Lika kan semalam badannya sempat anget. Es krimnya nanti aja ya, Sayang." Kania yang menjawab permintaan Alika.
Ara memang sedang dalam perjalanan menuju tempat Emil akan launching album bersama Kania dan Alika.
"Yah, Mamiii," rengek Alika. "Badan Lika udah nggak panas, Mam. Lika mau es krim," rengek Alika dengan badan mengehentak-hentak masih di pangkuan Ara.
"Gimana kalau nanti kita makan roti aja. Alika udah pernah cobain roti rasa nanas belum?" Ara mencoba membujuk Alika.
Alika memutar kepalanya, sedikit mendongak ke atas untuk menatap Ara. "Emang roti nanas ada, Kak?"
"Ada dong." Ara mengangguk yakin sambil membelai rambut Alika yang hari ini memakai bando berwarna pink.
"Lika mauuu!" seru Lika semangat.
Sepertinya bujukan Ara berhasil. Ara tahu betul kalau Alika ini seperti hanya kenal dua rasa, cokelat dan stoberi. Cukup mengulik rasa penasaran Alika dengan rasa baru. Maka Alika dengan mudah teralihkan.
"Ra, kamu tau nggak apa yang aku pikirin?" tanya Kania dari kursi pengemudi. Senyumnya sumringah, sambil bersenandung pelan mengikuti lagu yang diputar di music player.
Kening Ara mengernyit mendengar pertanyaan Kania yang belum jelas arahnya. "Nngg... apa Kak?"
"Kamu tuh udah cocok jadi ibu."
Glek. Ara kesusahan menelan ludahnya sendiri.
---
Ara, Kania, dan Alika mengikuti langkah Gifar. Setelah sampai di salah satu mal besar tempat Emil akan launching album, mereka bertiga janjian dengan Gifar di toko roti. Gifar menjemput mereka agar akses ke VIP guest lebih mudah.
Mereka berempat memasuki sebuah restoran melalui pintu yang ditunjukkan Gifar. Pintu itu memang ditujukan untuk pengunjung VIP restoran pada hari-hari biasa.
"Kalian mau ketemu dulu sama Emil?" tanya Gifar sebelum mereka benar-benar memasuki ruang khusus yang sudah diatur sedemikian rupa untuk acara Emil.
"Emang masih sempet?" Kania balik bertanya. Acara memang akan berlangsung kurang dari setengah jam lagi. Tentu saja waktu-waktu seperti ini digunakan Emil dan pihak penyelenggara untuk menyempurnakan acara nanti.
"Kalo sepuluh menitan mah masih sempat, Kak," jawab Gifar santai, tentu saja Gifar yang paling tahu apa yang dilakukan Emil di detik-detik akhir menjelang acara seperti ini.
"Nggak apa-apa nih, Mas? Bukannya malah ganggu ya?" Ara yang kali ini bertanya. Menyuarakan pikiran bahwa mungkin saja Emil sedang sibuk atau sedang bersama banyak orang yang tidak dikenal dan mengenalnya.
"Nggak apa-apa kok, Ra. Emil justru lagi sendirian kalo menjelang acara mau dimulai gini," jawab Gifar meyakinkan. "Yuk, Alika Om Gifar gendong." Gifar pun menyambut tubuh Alika dan kembali menunjukkan jalan menuju ruangan pribadi Emil yang sudah disiapkan crew.
Ara membaca kertas bertuliskan nama suaminya yang tertempel di sebuah pintu bercat putih. Gifar, Alika, dan Kania yang masuk terlebih dahulu ke dalam ruangan itu. Dari dalam sudah terdengar suara Alika yang berteriak memanggil nama paman kesayangannya dan meminta diturunkan pada Gifar.
Ara baru saja ingin menyusul mereka bertemu dengan pria yang paling dicintainya. Tapi sebuah panggilan menghentikan langkahnya dan membuat tubuhnya kaku.
"Ara?"
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...