[EXTRA PART - TERAKHIR]

157K 8.5K 129
                                    

"Kei mana, Sayang?" tanya Emil pada Ara yang sedang duduk dan menggendong bayi yang sedang lelap. Emil meraih bayi tersebut dalam gendongannya. Bayi gembul nan lucu itu memang hobi tidur, tidak peduli dirinya sedang berada di tengah-tengah pesta sekali pun.
Omong-omong, pemandangan Emil yang sedang menggendong bagi terlihat seksi sekali lho. Seksi yang berwibawa. Istilah zaman sekarang daddyable.

"Sama Mas Gifar. Katanya mau ambil puding," jawab Ara seraya mengambil sapu tangan dari tas tangannya. Dengan telaten, Ara mengelap wajah Emil yang berkeringat. Emil baru saja diminta tampil dadakan di acara pernikahan ini.

Emil senang-senang saja mendapat perhatian dari istrinya. Tanpa dimintai tolong atau disuruh, Ara tahu apa yang harus dilakukannya. Perhatian kecil Ara inilah yang membuat cinta Emil semakin besar. Sekarang, yang membuat Emil tidak senang adalah kalau Gifar sedang dekat dengan anak-anaknya.

Seperti sekarang, Gifar pasti tidak bisa menolak keinginan Keiko untuk mengambil apa saja. Bukan hanya puding, pasti Keiko akan meminta chocolate fondue atau minum soda. Gifar mana bisa menolak keinginan Keiko.

Gerakan kecil dari bayi yang ada dalam gendongannya membuat Emil menunduk. Mata bayi berusia empat bulan itu terbuka perlahan dengan mulut manyun. Rupanya Kenzo terbangun.

"Eh, Ken udah bangun ya, Nak," ujar Emil lalu mencium kening putra kebanggaannya. Kepalan tangan Kenzo yang menggeliat mengenai pipi ayahnya.

Kedua tangan Kenzo bergerak-gerak menggapai udara, pertanda anak itu ingin bangun. Jadi, Emil mendudukkan Kenzo di pangkuannya. Ara mencium pipi Kenzo saat melihat anaknya yang sedang bersandar di dada Emil. Kenzo tersenyum senang mendapat ciuman dari ibunya.

Wajah Kenzo sangat mirip Ara, walaupun perilakunya sama persis seperti ayahnya. Sama-sama genit ke Ara!

"Ken!" Suara bersemangat itu mengalihkan pandangan mereka. Keiko yang hari ini tampak cantik dengan gaun batik dan sepatu flatshoes setengah berlari menghampiri orang tua dan adiknya. Keiko berdiri di depan Kenzo yang juga tampak bersemangat melihat kakaknya. "Ken, tadi Kakak makan puding dong, Kakak juga makan stroberi pakai cokelat air mancur. Terus, Kakak minum Fanta. Nih lihat, lidah Kakak merah," celoteh Keiko pada Kenzo. Kenzo bertepuk tangan mendengar cerita kakaknya, seolah ingin membalas ucapan Keiko, Kenzo bergumam tidak jelas.

Gifar yang berdiri di samping Keiko hanya menggaruk kepalanya dan mengalihkan pandangannya dari pelototan Emil. Sudah Emil duga akan seperti ini. "Kakak, kemarin kan baru sembuh dari sakit tenggorokan. Kok makan cokelat dan minum soda?" tanya Emil lembut.

Keiko yang tadinya asyik mengajak Kenzo bercanda pun menoleh ke arah ayahnya. "Nggak boleh ya, Yah?" tanya Keiko takut-takut.

"Bukannya nggak boleh, Kak. Tapi Kakak baru sembuh. Obat sirupnya aja belum habis. Kakak kurangin yang manis-manis, minumnya juga air putih aja ya, Nak."

Keiko menganggukkan kepalanya. "Maafin Kei ya, Ayah."

Emil mengangguk sebelum mengecup dahi Keiko yang berponi. Ara mengulum senyum haru melihat bagaimana suami dan anaknya berinteraksi. Sementara Gifar, sang tersangka utama, justru menunjukkan wajah bosan. Sudah biasa menghadapi drama keluarga bahagia ini.

"Ken sama Om aja yuk," ujar Gifar menunduk untuk mengambil bayi di pangkuan Emil. Kenzo tersenyum lebar begitu tubuhnya diangkat. "Kita hunting cewek-cewek cantik."

"Cewek-cewek cantik?" Pertanyaan bernada protes itu bukan berasal dari Emil maupun Ara, melainkan dari perempuan yang baru saja datang dan berdiri di samping Gifar. Tata bersedekap dengan mata tajam mendelik pada Gifar. "Ra, ambil lagi deh anak lo, entar ikutan error lagi. Ngajarin yang nggak bener ni om-om."

Bukan Ara yang kembali mengambil Kenzo dari gendogan Gifar, melainkan Emil. "Bener, Ken sama Ayah aja, jangan sama Om Gifar."

Wajah masam Gifar tercetak jelas. Tata sama Gifar selalu begitu setiap bertemu. Tidak pernah akur.

"Setelah ini bersiap-siap teman-teman dari mempelai untuk foto bersama, Ara beserta keluarga, serta Tata dan pasangan," ujar suara pembawa acara yang memandu jalannya pesta resepsi Idho dan Dhea ini.

"Ah, waktunya foto sama pengantin." Ara berdiri dengan menggandeng tangan kecil Keiko. Emil sudah bersama Kenzo dalam gendongannya. Lalu keluarga kecil bahagia itu melangkah menuju pelaminan, meninggalkan Tata dengan ...

Pasangannya?

Tata reflek menoleh ke arah Gifar, satu-satunya orang yang berada di dekatnya saat ini. Bersamaan pula dengan Gifar yang melirik ke arah Tata. Entah kenapa, wajah mereka tiba-tiba saja memerah.

Gifar berdeham untuk membasahi tenggorokkannya yang mendadak kering. Lalu berkata pelan pada Tata, "Mau gue temenin?"

---

FIN
---
Ini dia keisenganku setelah lama nggak nulis. Tiba-tiba aja muncul ide dan keinginan menulis Emil-Ara. Setelah ini aku bakal beralih ke cerita lain, tapi entah yang mana. Sampai jumpa lagi.

---

Salam,
rul

Celebrity's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang