[16] Celebrity's Girl

140K 10.5K 41
                                    

"Iya, Ara di sini," ujar Gina kalem menanggapi kepanikan menantu kesayangannya. Di sampingnya, Adi –suaminya-, menaikkan sebelah alisnya, lalu bertanya tanpa suara menyebutkan nama Emil.

Gina menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan suaminya. "Tadi siang Ara telepon ayah, katanya kangen dan pengen ketemu sama ayah dan ibu. Terus, Ayah minta tolong supir untuk jemput Ara. Habis isya Ara sampai."

Gina terdiam mendengarkan suara Emil. "Mungkin Ara tidur, soalnya setelah makan malam, Ara langsung masuk kamar. Katanya capek." Gina kembali diam, menyimak yang Emil ucapkan. Menantunya sudah tidak terdengar panik lagi seperti sebelumnya, sekarang nada lega yang terdengar. "Sebentar ya, Ibu liat dulu ke kamarnya," lanjut Gina, kemudian beranjak meninggalkan suaminya yang sedang asyik menyimak siaran berita malam.

Sambil menuju ke kamar putri kesayangannya, Gina kembali melanjutkan pembicaraannya dengan Emil. "Maafin Ara ya Emil, karena tidak izin dulu ke kamu mau ke Bandung. Padahal Ayah tadi tanya ke Ara, katanya sudah dapat izin dari kamu."

Gina membuka pintu kamar yang ditempati Ara, dilihatnya putri kesayangannya sudah bergelung dalam selimut. Ponsel Ara tergeletak dalam keadaan mati di meja nakas. Pantas saja Emil panik setengah mati dan mengira Ara menghilang. "Aranya sudah tidur. Kelihatannya Ara memang kecapekan," ujar Gina, sambil memandangi Ara yang sudah pulas.

Gina kembali keluar kamar karena Emil meminta istrinya itu tidak perlu dibangunkan. "Ara bilang Kamis-Jumat ini di sekolahnya hanya pendalaman materi, kalau kamu mengizinkan, biar Ara di sini dulu, sampai akhir pekan." Wanita yang masih terlihat cantik di usia akhir 40-an itu kembali menghampiri suaminya. "Iya, nanti Ibu akan bicarakan dengan Ara. Kamu jangan khawatir, Ara pasti baik-baik saja. Kamu juga jaga diri, jaga kesehatan ya, Nak. Iya, assalammualaikum."

"Anak-anak kenapa, Bu?" tanya Adi ketika Gina sudah meletakkan ponselnya di meja.

Gina bersandar di dada Adi. "Emil juga nggak tau, Yah. Ara nggak bilang apa-apa, malah nggak izin juga mau ke sini."

Adi mendecak pelan. "Paling ngambek, Bu. Besok Ibu kasih tau ya ke Ara. Nggak baik ngambek ke suami, apalagi sampai pergi tanpa izin suami."

Gina mengangguk paham. Jiwa kekanakan Ara pastilah masih ada. Usianya masih begitu muda. Sudah menjadi seorang istri, dari selebriti terkenal lagi. Wajar Ara masih perlu dibimbing.

---

Ara ada di Bandung. Bersama dengan kedua orang tuanya. Informasi itu membuat Emil lega. Setelah panik karena ia tidak tahu siapa yang harus dihubungi kalau Ara tiba-tiba menghilang seperti sekarang. Ia sempat menghubungi keluarganya, yang justru diomeli Kania, dan mendapat nasihat dari mamanya. Setelah itu? Siapa lagi yang bisa Emil hubungi? Emil bahkan sama sekali tidak tahu nomor ponsel teman-teman Ara, tidak tahu tempat Ara nongkrong, dan tidak tahu apa yang dilakukan Ara ketika di luar rumah. Dalam hati Emil mencatatat, setelah kejadian ini ia harus membuat daftar panjang nama, alamat, dan nomor telepon teman-teman Ara.

Emil mengusap wajahnya kasar, lalu membanting tubuhnya ke ranjang. Ia tidur menyamping, memandangi sisi kosong tempat istrinya biasa tidur. Malam ini, mungkin sampai malam berikutnya Emil harus tidur sendiri. Sedih dan kesal rasanya membayangkan tidak ada yang bisa dipeluknya saat tidur. Bahkan ini sudah hampir 24 jam sejak tengah malam kemarin ia mendengar suara Ara. Seharian ini kegiatannya sangat padat, sampai-sampai ia tidak sempat menghubungi Ara.

Mengingat itu, Emil mengecek ponselnya. Melihat daftar panggilan masuk. Ara menghubunginya sampai tiga kali siang tadi. Mungkin Ara menelepon untuk meminta izin darinya. Ia jadi menyesal karena bisa-bisanya ia lupa menghubungi Ara.

Tangannya kembali menggeser layar ponselnya, memeriksa jadwal kegiatan yang sudah disusun Gifar dan tim manajemennya. Jadwalnya bahkan sudah diatur hingga dua bulan ke depan. Emil membanting ponselnya kesal. Lalu tidur telentang melihat langit-langit kamar. Besok pagi-pagi sekali ia ada jadwal di acara musik pagi yang berlokasi di Bekasi. Tidak mungkin ia nekat hampir tengah malam begini pergi ke Bandung untuk bertemu Ara. Walaupun sangat ingin, tapi ia juga punya tanggung jawab pada pekerjaannya.

Ara, Ara, Ara.

Kenapa Ara tidak memberi tahu kalau ingin ke Bandung? Kenapa tidak meninggalkan pesan satu pun? Kenapa tiba-tiba?

---

Seperti biasa, aku update antara hari Kamis-Minggu. Makasih kalo ada yang nungguin cerita Emil-Ara. Btw, selama bikin cerita ini aku nggak punya gambaran physically  mereka. Kalian ada?

Salam,

rul

Celebrity's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang