Benang Merah [CG - MK]

87.8K 4.3K 80
                                    

Ini ada sedikit cerita super pendek dari Ayah Emil dan Bunda Ara. Mereka nongol lho di Mama Kecil.

---

"Nda, ada tawaran iklan sekeluarga nih," ujar Emil pada Ara yang sedang menemani kedua anaknya. Keiko sedang mengerjakan PR dari sekolahnya, sedangkan Kenzo yang berusia dua tahun sedang mencoret-coret sesuatu di kertas kosong. Mereka sedang di ruang keluarga, di atas karpet dengan meja kecil untuk anak-anak. Sementara Emil baru saja tiba satu jam lalu setelah dua hari tidak pulang karena urusan pekerjaan di luar kota. Emil duduk di sofa, tepat di belakang istrinya.

Ara terlihat berpikir. "Ayah terima iklan itu?" tanya Ara sambil menoleh ke belakang sekilas.

Emil mengalungkan lengannya di leher Ara, sambil sesekali mencium rambut Ara. Dua hari sudah membuat kangennya menumpuk pada sang istri. "Belum. Namanya juga sekeluarga, makanya Ayah tanya dulu sama Bunda dan pasukan kecil," ujarnya sambil merujuk pada dua bocah yang sudah mulai ribut.

Si bungsu mulai mengganggu kakaknya karena Keiko serius sekali mengerjakan PR. Kenzo mulai mencari perhatian. Lama-lama kalau diperhatikan, mereka ini seperti Emil dan Ara. Emil juga dulu seperti itu kalau Ara terlalu asyik belajar.

Emil melepas rangkulannya. "Ken, sini menggambar sama Ayah," ujar Emil mencari perhatian Kenzo agar tidak mengganggu Keiko.

"Ken, sama Ayah dulu mainnya. Kalo Kakak udah selesai, baru Kakak temenin main," Keiko lama-lama sebal juga, karena tugasnya jadi tidak selesai-selesai lantaran adiknya yang membawa spidol berwarna hijau ingin meninggalkan jejak pada buku tulis Keiko.

Kenzo manyun. Ayahnya malah menarik dirinya dari kakak cantiknya. Kenzo kan baru belajar mengenal warna di PAUD-nya. Makanya bawaan Kenzo mewarnaiii terus. Tapi, tawaran ayahnya menyenangkan juga untuk dituruti. Akhirnya, Kenzo menghampiri ayahnya yang sedang mencarikan kertas kosong untuknya.

Kenzo duduk di samping ayahnya. Ia memerhatikan ayahnya yang menggambarkan sebuah pohon. Lalu, Kenzo dengan tidak sabar mulai memberi warna pada pohon yang dibuat ayahnya.

"Jadi, gimana Nda?"

"Hm?" Ara yang sedang menemani si sulung menyahut tanpa menoleh.

"Soal iklan itu."

"Ehm ... Bunda rasa nggak apa-apa asal konsepnya bikin anak-anak tetap santai dan nggak tertekan dengan suasana syuting."

---

"Yah, boleh minta ke pak sutradaranya nggak, susunya nggak usah masuk set. Bunda nggak kuat nyium baunya," ucap Ara pada Emil dengan suara parau.

Hari ini adalah hari syuting. Ara sudah setuju, Emil sudah menyampaikannya pada Gifar. Setalah kesepakatan tercapai, inilah harinya keluarga Emil Arka menjalani syuting iklan pertama mereka. Bukan di rumah mereka, melainkan di rumah sewaan yang diset sedemikian rupa sehingga terlihat sangat cozy.

Syuting sempat ngadat karena anak-anak. Pertama, Kenzo yang tidur siang lamaaa sekali. Kemudian, saat Kenzo sudah ready, giliran Keiko yang ngambek. Minta minum soda, tapi dilarang sama Emil, ayahnya.

Setelah berhasil membujuk dua bocah itu, giliran bundanya yang ogah syuting. Ogahnya hanya karena satu alasan. Ara benar-benar tidak kuat menghidu aroma susu putih yang menjadi salah satu properti. Mau bagaimana lagi, namanya juga biskuit berbahan susu, walaupun tidak disuruh minum, aromanya tetap tercium Ara. Itulah yang membuat Ara tidak tahan.

Sampai-sampai Ara muntah. Untung sempat ke kamar mandi. Emil juga mengikuti Ara sampai ke kamar mandi. Khawatir karena Ara jadi tiba-tiba tidak suka bau susu. Biasanya juga Ara doyan minum susu. Apalagi waktu hamil Keiko, Ara ...

"Sayang, kamu terakhir haid kapan?" tanya Emil antusias.

Ara yang baru saja membasuh di sekitar mulutnya langsung menunjukkan tampang syok. "Ya ampun, aku terakhir haid dua bulan yang lalu!"

"Kamu mungkin hamil adiknya Ken, Sayang!" Emil lebih berseru lagi. Kelihatan banget senangnya, karena ada kemungkinan istrinya sedang hamil anak ketiganya. "Ayo, kita ke dokter."

"Eh, kita kan lagi syuting. Selesaikan dulu syutingnya." Biasa deh Ara. Wanita paling taat peraturan. Kalau aturannya kerja, ya berarti kerja.

"Tapi, kamu ... " protes Emil.

Ara mengisi jari-jarinya di antara jari-jari Emil dan tangan mereka otomatis terbelit. "Nggak apa-apa, aku kuat kok syutingnya, asal nggak ada susu. Abis syuting selesai kita cek pakai test pack dulu ya. Besok baru ke dokter, mumpung kamu libur."

Emil ragu. Maunya langsung saja menculik Ara ke klinik ibu dan anak terdekat, supaya dapat kepastian apakah istrinya sedang mengandung atau tidak. Cuma mau bagaimana lagi, apa kata nyonya saja.

"Oke."

---

"Wah, dari mana aja sih kalian? Malah berduaan di kamar mandi! Kamar mandi orang woy, jangan dinodai," semprot Gifar pada bintang utama syuting hari ini.

"Ara abis muntah. Nggak tahan nyium bau susu," jawab Emil malas menjelaskan pada manajernya yang berisik itu.

"Nah, kebetulan. Baru gue ngasih tau kalian. Anak-anak tuh ngabisin susu buat properti. Semuanya. Tuh, liat."

Emil dan Ara melihat ke arah dua anak kecil yang sedang sibuk menyusun kotak susu yang sudah kosong menjadi tower.

"Kak Kei sama Kak Ken, tau aja adiknya nggak suka bau susu. Diabisin semua," bisik Emil pada Ara. "Kalo bisa nggak usah pakai susu ya. Atau diakalin deh, dari mana kek gitu warna putihnya, yang penting jangan susu."

"Lha? Emang kenapa?" heran Gifar.

"Insya Allah, anak ketiga, bro." Dengan bangga Emil mengelus perut Ara, membuat Gifar bete.

"Udah tiga aja, gue satu pun belom," gerutu Gifar. "Nasib."

"Nikah sana makanya!"

---

Salam,

rul

Merah-merah untuk syuting biskuit yang bungkusnya warna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Merah-merah untuk syuting biskuit yang bungkusnya warna merah.

Merah-merah untuk syuting biskuit yang bungkusnya warna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pipinya Ara saat adiknya Kenzo empat bulan.

Celebrity's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang