Seharian ini Emil merasa tubuhnya terlalu dipaksa untuk bekerja. Hingga badannya terasa pegal semua. Apalagi ia baru sampai di rumah pukul satu dini hari. Hampir semua lampu di dalam rumahnya sudah dimatikan. Karena itu Emil meneruskan langkahnya menuju kamarnya.
Tapi Emil sedikit kecewa karena istri cantiknya sudah terlelap di bawah selimut mereka. Emil melangkah dengan pelan menghampiri Ara. Memerhatikan wajah damai Ara yang sedang tidur.
"Yaah, istriku beneran udah tidur ya," bisik Emil pelan sambil menyingkirkan poni yang menutupi dahi Ara.
Sebentar saja, Emil memerhatikan Ara. Sudah jadi rutinitasnya melakukan hal itu. Kemudian Emil mendekatkan wajah mereka, mencium kening Ara dengan sayang sebelum melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Setelah menyegarkan dirinya dengan 'mandi bebek' air hangat, Emil keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk yang melilit pinggangnya.
Sedikit terkejut saat melihat ranjangnya kosong, dan hanya ada lipatan pakaian rumahan Emil beserta pakaian dalamnya. Emil tersenyum seraya memakai pakaian yang sudah disiapkan Ara, istrinya. Tepat saat Emil menyelesaikan memakai pakaian rumahnya, pintu kamar mereka terbuka.
"Kok bangun?" tanya Emil sambil melemparkan handuk basahnya ke arah jemuran handuk yang berada dekat pintu kamar mandi.
Ara tidak menjawab, malah memutar matanya bosan karena ia tahu lemparan Emil akan meleset dan handuknya malah jatuh di lantai. Kebiasaan banget, gerutu Ara dalam hati.
Ara menghampiri untuk memungut handuk itu dan menjemurnya dengan benar. Baru setelah itu menghampiri Emil yang sudah duduk santai di ranjang.
"Kebangun karena suara air kayaknya," jawab Ara sekedarnya. "Minum dulu." Ara menyerahkan gelas dengan uap yang sedikit mengepul. Teh madu hangat kesukaan Emil.
Emil menerimanya dan meminumnya. "Makasih, sayang," katanya sambil meletakkan gelas itu di nakas di samping tempat tidurnya. "Sini." Emil merentangkan tangannya yang disambut Ara dengan menyusupkan tubuhnya dalam dekapan Emil.
Tangan Emil bergerak pelan mengelus rambut sampai punggung Ara. Sementara Ara merebahkan kepalanya di dada kanan Emil. Seperti yang biasa mereka lakukan. Tapi malam ini sepertinya tidak seperti biasanya. Ara yang biasanya mengantuk dengan perlakuan Emil, kali ini malah sama sekali tidak mengantuk. Mungkin karena dia sudah tidur beberapa jam sebelumnya tadi.
Tangan Ara bergerak di atas perut berotot Emil. Hanya untuk mengetes, apakah suaminya itu sudah tidur atau belum.
"Kok nggak tidur sih, Ra?" tanya Emil yang ternyata belum tidur.
Ara mengangkat kepalanya, melihat Emil yang meskipun belum tidur namun matanya terpejam. "Nggak tahu. Udah nggak ngantuk."
Mata Emil langsung terbuka cerah. Ada kilatan di mata itu mendengar jawaban Ara. Padahal Ara hanya menjawab polos apa adanya, tapi entah mengapa di telinga Emil seperti ajakan untuk melakukan hal yang dihalalkan untuk suami-istri.
"Kamu beneran nggak ngantuk?" tanya Emil penuh semangat. Tubuhnya sudah mulai bergeser untuk berpindah di atas tubuh Ara.
Ara tahu betul apa yang diinginkan suaminya. Jadi ia hanya mengangguk malu-malu, toh dia memang sudah tidak mengantuk lagi.
Tanpa basa-basi Emil langsung memulai apa yang memang sudah menjadi keinginan mereka. Mencium bibir Ara dengan segenap keinginan yang biasa dinamakan gairah. Membuat Ara sedikit kelabakan karena Emil agak terburu-buru dan begitu bersemangat. Ya ampun Emil, padahal kan semalam persis di jam segini mereka melakukannya.
Emil masih bersemangat mencium Ara, kali ini ke seluruh wajah Ara dengan tangan yang tidak bisa diam. Nakalnya tangan Emil.
Sampai di puncak kepala Ara, Emil mencium dengan penuh perasaan dan sarat doa. "Bismillah. Semoga apa yang kami lakukan adalah ibadah dan menjadikan keluarga kami sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah."
"Emil," panggil Ara dengan suara pelan nyaris tidak terdengar.
"Kenapa, Ra?" tanya Emil sedikit takut. Jangan sampai Ara lagi red day. Bisa mandi lagi nanti.
Ara meletakkan kedua tangannya di atas bahu kokoh Emil. "Ehmm... Itu. Pilku abis."
Lega. Yang penting bukan masalah si bulan yang datang. Emil pun bergerak ke pinggir ranjang untuk membuka laci nakas dan mengambil satu kotak kecil berwarna merah fanta. Mengeluarkan satu bungkusan dari dalamnya dan merobeknya. Aman, ada pengaman.
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...