Sejak mulai mengenal Ara, maka sejak itulah setiap momen penting dalam hidup Emil selalu berhubungan dengan Ara. Emil sendiri tidak tahu mengapa ia begitu terikat dengan Ara. Tidak bisa dipungkiri oleh Emil kalau dirinya selalu terpengaruh pada setiap gerak-gerik Ara.
Bukan Emil tidak pernah ada perasaan takut terlalu ketergantungan pada Ara. Emil sempat merasakannya. Karena itu, pernah suatu ketika, ia mencoba melepaskan diri dari Ara, tepatnya ketika baru beberapa hari menginjak bangku kelas IX.
Kejadian saat ia melabrak Rudi di depan sekolah Ara sebenarnya adalah hari ketujuh setelah Emil memutuskan untuk menghindar bertemu dengan Ara. Kalau saja sehari sebelumnya Ara tidak datang ke rumahnya dengan diantar oleh Bi Isa –pekerja di rumah Ara- maka besar kemungkinan Emil akan berusaha lebih keras lagi untuk menahan diri tidak bertemu dengan Ara. Tapi ternyata, ia gagal saat melihat Ara yang demi ingin bertemu dengannya sampai minta diantar Bi Isa ke rumahnya. Dan alasannya...
...
"Kak, hari Senin nanti aku sekolah di SD dong," ucap Ara dengan riang sambil memperlihatkan baju putih-merah yang sebentar lagi resmi ia pakai. Saat itu Emil sedang bertandang ke rumah Gamal setelah pulang ekskul.
Emil tersedak minumannya sendiri saat melihat betapa imut dan menggemaskannya Ara yang menggunakan seragam putih-merah.
"Masih SD aja bangga. Huu," ledek Gamal yang saat itu duduk di samping Emil menyaksikan Ara berputar memainkan rok merahnya.
Emil lebih memilih diam dan kemudian pamit untuk pulang padahal ia baru saja sampai. Di rumah, keadaannya tidak juga lebih baik. Pikiran Emil begitu dipenuhi bayangan Ara dengan seragam putih-merahnya. Ara terlihat begitu bahagia saat memamerkan seragamnya. Bahkan, hingga malam datang, saat seharusnya Emil memikirkan strategi untuk menarik minat siswa baru pada ekskul futsal pimpinannya, senyum Ara lah yang justru terbayang.
Esok paginya, Emil menyumpahi dirinya sendiri saat terbangun dalam keadaan celananya sedikit basah. Ini pasti karena Emil tidak berhenti memikirkan Ara bahkan sampai terbawa mimpi. Mimpi yang menurutnya tidak masuk akal. Dalam mimpinya, kemeja putih Ara jadi begitu ketat dan transparan, dan rok merahnya berubah menjadi sangat mini sampai saat angin bertiup, celana dalam pink Ara terlihat. Benar, Ara adalah objek mimpi basah pertama Emil. Karena itulah, Emil menghindari bertemu Ara. Ia takut pikiran 'dewasa' yang baru pertama itu membuatnya menjadi seseorang yang nakal. Tapi semua runtuh begitu saja saat Ara muncul dengan mata memerah menahan tangis di depan pintu rumahnya.
---
Satu minggu. Itu adalah rekor terlama Emil tidak bertemu atau berkomunikasi sama sekali dengan Ara. Selalu ada saja alasan bagi Emil bertemu dengan Ara. Entah itu membawa urusan Gamal atau sampai yang terang-terangan karena memang ingin menemani Ara bermain atau belajar. Selebihnya Emil tidak pernah lagi menghindar dari Ara. Apalagi saat mengetahui ada anak laki-laki yang menjahili Ara. Emil kesal bukan main.
Satu hal yang tidak bisa dipungkiri Emil remaja. Sebagai remaja, dengan rasa ingin tahu yang berlebihan terhadap lawan jenis, Emil juga mengalami fase PDKT dan jadian. Dari teman sekelas hingga kakak kelas. Emil memang playboy. Tepatnya, Emil punya kesan playboy. Karena dalam sejarah cinta monyetnya, Emil hanya tahan berpacaran tidak lebih dari sebulan. Bahkan, dengan pacar pertamanya, Edies, hubungan mereka berakhir di kencan pertama.
"Besok, kita jadi kan nonton sama makan di Sixty Mal?" tanya Edies saat pertama kali dirinya makan bersama Emil di kantin SMA Senegara setelah resmi jadian kemarin siang.
Emil menyeruput es jeruknya sebelum mengangguk. "Jadi dong."
Yang tidak Edies sangka-sangka adalah esoknya Emil datang ke tempat janjian mereka sambil menggandeng gadis kecil berbando merah.
"Nggak apa-apa kan kalau aku ajak Ara di date kita hari ini?" tanya Emil santai. "Dia ini adiknya Gamal, yang sekelas sama kamu itu lho. Tapi kamu tahu kan, Gamal sakit. Ternyata dia DB, dan tadi pagi dia dibawa ke rumah sakit. Berhubung ortunya harus ngurusin Gamal, ya udah aku ajak aja Ara ke sini. Nggak apa-apa kan?" tanya Emil sekali lagi.
Edies syok. Jadi dengan terpaksa ia hanya mengangguk saja. Anggukan yang menjadi penyesalan untuk seterusnya. Karena selama kencan mereka, Emil hanya terus menggandeng Ara. Emil lebih banyak meladeni pertanyaan-pertanyaan curious Ara tentang ini-itu dari pada mengajak Edies bicara. Emil memilih nonton film animasi Disney karena Ara memintanya. Emil mengajak makan di MCDonald's karena Ara sangat menginginkan mainan dari bonus Happy Meal. Semua yang mereka lakukan atas dasar karena kemauan Ara. Bahkan terakhir, Emil lebih memilih mengantar Ara ke rumah sakit tempat Gamal dirawat dari pada mengantar Edies pulang. Cukup tahu saja. Edies memutuskan hubungannya dengan Emil keesokan harinya.
---
Salam
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...