"CUT! Break!"
Cukup satu teriakan dari pria yang memegang toa, maka puluhan orang yang berada di ruangan itu langsung membubarkan diri. Begitu juga dengan Gemilang Arka Hadijaya, Sang Bintang utama dalam ruangan itu.
Gerakannya terburu-buru memasuki mobil van hitam pribadinya. Begitu sudah di dalam mobil, ia langsung merogoh tas kecil yang selalu dibawa kemana-mana olehnya. Ponsel putih yang terbungkus case berwarna biru langit itu adalah tujuan utamanya mengapa ia terburu-buru meninggalkan lokasi syutingnya.
Satu panggilan cepat ia tekan, dan dengan tidak sabar menunggu seseorang yang dihubunginya menjawab panggilannya.
"Halo."
Emil, langsung tersenyum mendengar suara di seberang sana. "Hai, sayang. Lagi apa?"
"Habis makan siang. Kamu udah makan?"
Emil menggeleng, meski tak ada yang bisa melihatnya. "Aku males makan kalo bukan buatan kamu," keluh Emil dengan suara lemah, cemberut. Kalau para grupies Emil melihat ekspresinya yang menggemaskan seperti itu, bisa dipastikan akan terjadi kehebohan mendadak.
"Jangan gitu dong. Maaf ya, tadi pagi aku kesiangan."
Suara kekehan Emil yang membalas ungkapan permintaan maaf itu. "Harusnya aku yang minta maaf. Kan semalam aku yang minta tambah." Cengiran bahagia terlihat jelas di wajah Emil membayangkan apa yang dilakukannya semalam dengan seseorang yang diteleponnya kini.
"Emil! Kok malah jadi ke sana sih?"
Emil kembali tertawa, kali ini bahkan sampai terbahak. Ia bisa membayangkan rona merah di pipi putih tembam itu. Menjadi kegemarannya untuk membuat pipi itu selalu memerah. "Abis gimana dong, aku kangen."
"Ih, gimana sih? Semalem kan udah. Terus, tengah malem kamu bangunin aku buat itu lagi."
"Wait, wait, kok malah kamu sih yang jadi ke sana? Aku kan nggak ngomongin soal semalem, Ara sayang."
Emil lagi-lagi tergelak. Pikirannya sudah dipenuhi wajah merah padam Ara. Pasti cantik sekali, pikirnya.
"Udah ah. Aku mau solat zuhur dulu. Kamu jangan lupa makan siang dan solat zuhur."
Senyum Emil mengembang menggantikan tawanya saat mendengar perhatian yang selalu diberikan Ara. "Siap, jenderal cantik. Cinta kamu, Mutiara."
"Cinta kamu, Gemilang."
Begitu panggilannya terputus, Emil menatap wallpaper ponselnya. Gambar seorang perempuan muda berkaca mata yang sedang cemberut. Ada pensil kayu yang terselip di telinga kanannya. Rasanya Emil gemas melihat gambar itu. Gambar Mutiara, yang Emil bisa ingat jelas kapan ia mengambil gambar itu. Saat Mutiara sedang sibuk dengan kertas-kertas, Emil datang dan mengganggunya. Gadis itu kesal, dan kesempatan itu tidak disia-siakan Emil dengan mengambil gambarnya.
Emil baru akan mencium layar ponselnya ketika jendela mobilnya diketuk. Malas-malasan Emil membuka automatic lock door. Pintu mobilnya terbuka dan seorang pria yang usianya tidak jauh dari Emil menatapnya kesal. Gifar, manajer sekaligus asisten pribadinya, berdiri sambil menenteng sebuah kotak berwarna putih-merah.
"Lo tuh ya, gue cariin kemana-mana nggak taunya semedi di mobil. Nih makan siang lo," ujarnya mengangsurkan kotak makanan dari restoran Jepang terkenal tersebut.
Dahi Emil mengernyit melihatnya. "Buat lo aja, Far," sahut Emil menjauhkan kotak makanan itu. "Cariin gue nasi kotak dari katering aja," lanjutnya santai sambil keluar dari mobil.
Gifar hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah artisnya itu. Masakan Jepang ini adalah kiriman dari produser yang membiayai syuting video klip yang sedang mereka jalani. Tentu saja Gifar tahu, bahwa Emil pasti akan menolak masakan Jepang itu, karena lidah Emil sudah sangat terbiasa dengan bekal makanan Indonesia banget yang selalu dibuat oleh Mutiara. Yah, kecuali kalau hari-hari tertentu dimana Mutiara terlambat untuk membuatkan bekal untuk Emil. Dan Gifar sangat tahu apa alasannya.
"Eh iya, Far. Musholanya di mana?" Pertanyaan Emil membuyarkan lamunan Gifar.
"Gue juga belom tahu sih. Tapi kayaknya ada beberapa kru yang mau solat ke arah sana. Di sebelah kanan gedung studio A."
Emil hanya mengangguk kemudian meninggalkan Gifar yang sudah berbinar-binar menatap masakan Jepang yang memang sudah siap berpindah ke perutnya.
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...