[27] Celebrity's Girl

129K 8.7K 20
                                    

Ini sudah setengah jam berlalu sejak mereka menyelesaikan ibadah cinta mereka, tapi sepertinya Emil masih belum ingin melepaskan pelukannya dari istri tercintanya itu. Sementara Ara hanya diam saja menikmati tubuh polosnya dipeluk erat oleh tubuh polos Emil. Maklum, sore tadi Ara sudah ke dokter dan semua dinyatakan baik-baik saja. Merasa merdeka, mereka bawaannya jadi mau menempel terus.

Dua jam yang lalu, Emil datang pukul sembilan malam. Tepat saat Ara selesai membereskan buku-buku pelajarannya. Selagi Emil menyelesaikan mandi, Ara membuat teh madu hangat seperti biasa. Saat Ara ingin mengambilkan pakaian untuk Emil, Emil sudah memeluknya dari belakang. Mencium leher dan tengkuk Ara dari sudut yang ia bisa. Lembut dan menggoda. Mengajak Ara untuk kembali melakukan ibadah cinta untuk pertama kali setelah mengetahui Ara hamil. Ara gugup bukan main saat Emil mulai menelusuri tubuhnya. Apalagi ketika Emil berbisik pelan di telinga Ara dengan suara seraknya, "Kayaknya malam ini aku nggak perlu baju deh, Sayang." Merinding Ara mendengarnya.

Malam ini Emil begitu lembut, semua jadi terasa seperti yang pertama kali. Begitu selesai dan saling mengucapkan cinta dan terima kasih, Emil langsung menarik Ara dalam rengkuhannya. Memeluk Ara dengan cara protektif dan posesif, tanpa bicara apa pun. Hal ini membuat Ara yang lelah jadi mengantuk. Ara menggeliat sedikit dan menguap. Gerakan kecil dari Ara itu membuat Emil terkekeh.

Dijauhkannya sedikit wajah Ara dari dadanya. "Udah ngantuk ya, Sayang?" tanya Emil sambil mengelap sudut mata Ara yang sedikit berair akibat menguap. Ara mengangguk dengan cara yang menurut Emil menggemaskan. Membuat Emil kembali terkekeh pelan. Lalu Emil kembali mendekap Ara. Menciumi puncak kepala Ara dengan sayang.

"Ra," panggil Emil. Tangan Emil bergerak mengelus rambut dan punggung Ara pelan. Ada sayang dan cinta di setiap ujung jari Emil yang menyentuh kulit lembut Ara.

"Hmm," gumam Ara untuk membalas panggilan Emil. Matanya sudah terpejam. Kepalanya sudah sepenuhnya bersandar di dada Emil dengan nyaman.

"Apa pun yang terjadi nanti sama kita, kamu harus tau," bisik Emil pelan namun tegas. "Aku cinta dan sayang banget sama kamu, Ra. Juga sama calon anak kita," lanjut Emil dengan mata lurus menerawang.

Sementara Ara sudah di ujung batas sadarnya, ia hanya mengangguk kecil. Itu pun untuk semakin membenamkan dirinya dalam pelukan Emil.

"Aku cinta dan sayang sama kalian," ucap Emil sebelum mencium kening Ara yang sudah terlelap.

---

"Ciee ... si ndut mukanya seger banget hari ini," ledek Dhea pada Ara yang duduk di antara dirinya dan Tata. Saat ini mereka sedang berada di aula untuk menyaksikan penyerahan estafet kepengurusan OSIS lama dengan OSIS yang baru. Idho baru saja menyelesaikan sambutannya sebagai Ketua OSIS yang hari ini akan menyerahkan jabatannya kepada Ketua OSIS terpilih.

"Idih, mukanya malah merah. Pipi Ara kayak bakpau baru mateng ih." Dhea malah makin semangat meledek Ara yang mukanya sudah merah padam. Bagaimana tidak memerah dan malu? Diledek seperti itu 'kan membuat Ara ingat apa yang terjadi semalam. Saat dirinya dan Emil saling mengucap cinta dengan sentuhan fisik.

"Eh, tapi bener deh Ra," Tata yang dari tadi diam jadi ikut berceloteh. "Kayaknya emang lo tambah gemuk. Perut lo tambah buncit, pipi lo juga jadi chubby," imbuh Tata bahkan dengan mencubit kedua pipi Ara yang lebih montok sekarang ini.

Ara meringis, lalu mengusap kedua pipinya yang baru lepas dari cengkraman Tata. "Aku lagi doyan makan aja. Perbaikan gizi," sahut Ara kalem. Ada benarnya sih, Ara memang sedang doyan makan. Apa saja dimakan, asalkan bersih dan sehat. Bobotnya bahkan sudah naik lima kilogram. Ara happy saja karena itu menandakan calon anaknya berkembang dalam rahimnya. Walau dalam hati kecilnya, ada perasaan takut bahwa dirinya akan ketahuan kalau sedang hamil.

Suara tepukan yang gemuruh di aula SMA Mandala Mandiri membuat Ara tersadar dari lamunannya. Di depan sana, Idho sedang bersalaman sambil berfoto dengan Kepala Sekolah dan penerusnya. Rupanya Idho sudah resmi menanggalkan jabatannya.

Satu per satu siswa SMA Mandala Mandiri keluar dari aula, dan berhamburan ke sana-ke mari. Saat ini memang sudah memasuki jam istirahat. Pelajaran yang sebenarnya baru akan dimulai setelah jam istirahat nanti.

Ara baru saja akan memasuki kelas bersama kedua sahabatnya, karena Tata lupa membawa uang jajannya, saat sebuah panggilan meneriakkan namanya. Ketiga sahabat itu menoleh dan melihat Idho yang setengah berlari menghampiri mereka. Sadar Idho hanya ingin bicara dengan Ara, Tata dan Dhea lebih dulu memasuki kelas.

"Hai, Ra," sapa Idho sambil mengatur napasnya.

"Hai, Dho," balas Ara. Ara menunggu satu menit sampai napas Idho kembali normal.

Idho berdeham sebagai pembukaan obrolannya dengan Ara. "Pulang sekolah nanti, bisa bicara sama aku nggak, Ra?" tanya Idho agak salah tingkah.

"Lah? Ini kita lagi bicara, kan?" tanya Ara balik. Ya memang, mereka sedang bicara, bukan?

Idho menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maksud aku, aku mau ngajak kamu ke kafe atau ke mal mungkin, terus kita ngobrol di sana. Soalnya ada yang mau aku omongin ke kamu. Bisa, kan?"

Ara terlihat berpikir, sementara Idho menunggu dengan harap-harap cemas.

"Oke, abis pulang sekolah ya," jawab Ara akhirnya disambut senyum kelegaan dari Idho.

Huft, kayaknya aku tau nih, Idho mau ngomong apa. Mungkin aku harus lebih tegas kali ini.

---

Selamat malam semuanya. Aku update CG-nya ya. Mumpung belum pulang kampung. Untuk Daun Muda Reta, tinggal sedikiiit lagi. Kalo sempet aku update malam ini juga, kalo nggak sempet, diusahain besok pagi.

Oke deh, selagi bisa, aku minta maaf ya. Selamat lebaran.

---

Salam,

rul

Celebrity's GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang