Ara diam saja saat Bi Isa memanggilnya berkali-kali. Tidak mendapat tanggapan dari Nyonya Mudanya, Bi Isa pun mendekat, dan menyentuh pundak Ara.
Ara terkesiap karena sentuhan ringan Bi Isa. Tentu saja Ara melamun, karena itu ia kaget dengan kehadiran Bi Isa.
"Maaf ya, Mbak. Saya ngagetin Mbak Ara ya?" ujar Bi Isa jadi merasa tidak enak.
Ara menggeleng pelan lalu tersenyum. "Nggak kok, Bi. Akunya aja yang lagi keasyikan nonton TV. Ada apa, Bi?"
Bi Isa ikut menoleh lurus, ke arah televisi yang menayangkan foto Emil dengan seorang perempuan yang baru saja keluar dari sebuah restoran mewah. Nikita Abigail, nama perempuan itu. Perempuan 23 tahun yang sangat cantik. Model yang sedang naik daun dan mulai merambah dunia perfilman. Terlihat anggun dan dewasa.
Beda banget sama aku, ujar Ara dalam hati. Ia memandangi layar televisi, kemudian memerhatikan dirinya sendiri. Ara memakai atasan baby doll berwarna kuning, dengan rok abu-abu sekolahnya yang belum sempat diganti. Sedangkan Nikita Abigail memakai gaun mewah berwarna hitam. Cocok sekali dengan tubuhnya yang langsing, dan seksi.
"Kami memang sedang dekat. Untuk ke depannya belum tahu. Didoakan saja ya," ujar Nikita Abigail saat diwawancara oleh wartawan yang meminta klarifikasi tentang foto di depan restoran itu. Nikita Abigail tampak tersenyum ramah pada wartawan yang mengerubunginya. "Ya, Emil orang yang baik, perhatian, sejauh ini kami sudah 'klik'. Lagipula kami sama-sama single, kan?" tutur Abigail lagi.
"Gosipnya Mas Emil lagi ya, Mbak Ara?" tanya Bi Isa, matanya memandang majikan kecilnya sendu. Bi Isa sudah sering mendapati Ara yang harus menghadapi gosip tentang Emil di luar sana.
Ini memang bukan kali pertama Emil digosipkan dengan seorang perempuan cantik. Mulai dari kalangan selebriti, anak pengusaha, anak politikus, sampai dengan anak menteri pernah menjadi daftar gosip bersama Emil. Namun, sebelum-sebelumnya gosip itu selalu berakhir tanpa bekas, karena tidak pernah ada bukti yang menunjukkan kedekatan Emil dengan perempuan-perempuan itu. Baru kali ini saja, sampai ada gambar yang membuktikan bahwa Emil berinteraksi dengan seorang perempuan.
"Paling itu perempuan ngaku-ngaku doang, Mbak. Kayak yang dulu-dulu, bohongan aja," lanjut Bi Isa berusaha menghibur Ara.
Bohong. Berita yang selama ini dikeluarkan memang kebanyakan hanya kebohongan yang diciptakan dengan sengaja. Bahkan agensi, produser film, atau media sendiri yang menyebarluaskan gosipnya. Entah untuk menaikkan rating, menambah jumlah penonton atau pendengar, juga kadang memang sengaja dihembuskan untuk mempertahankan eksistensi Emil atau perempuan yang sedang digosipkan dengannya. Semuanya hanya permainan.
Emil akan dengan senang hati memberi tahu dan menjelaskan siapa yang menyebarkan gosip itu pada Ara. Ara akan memercayai Emil. Karena selama ini, tidak ada yang bisa membuktikan kebenaran beritanya. Selama ini, belum tentu selamanya.
"Semoga, ya Bi," bisik Ara lirih, sebelum mengambil ponselnya dan menekan nomor ponsel seseorang.
---
Malam ini seperti biasanya Emil pulang malam. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.21 saat Emil memasuki ruang tamu rumahnya. Ia letakkan begitu saja koper bajunya di lantai ruang tamu.
Rumahnya sebagian sudah gelap. Kalau sudah seperti ini, biasanya Ara sudah ada di kamar. Emil tahu betul rutinitas Ara. Setelah makan malam, biasanya Ara akan belajar di ruang tengah, kalau sudah mengantuk, barulah ia pindah ke kamar.
Jadi, tidak ada alasan lain untuk Emil tidak langsung menuju kamar tidur mereka. Pagi tadi, ia bahkan bangun sebelum subuh. Gifar sudah menjemputnya pukul setengah lima. On air di radio di siaran pagi yang dimulai pukul enam, adalah alasan mengapa Emil tidak sempat berpamitan pada Ara yang masih tidur lelap. Belum lagi seharian ini ia sibuk dengan wawancara dengan berbagai macam media cetak, dan syuting taping untuk acara talk show, yang menyebabkan ia tidak bisa menghubungi Ara. Rindunya sudah memuncak, padahal belum 24 jam ia tidak mendengar suara dan melihat wajah Ara.
Ara memang ngangenin.
Wajah Emil langsung cemberut saat dilihatnya Ara tidak berada di ranjang mereka. Ranjang mereka bahkan masih mulus seperti belum dituduri setelah pagi ini dirapikan Ara. Selimut masih terlipat di salah satu ujung kasur. Ara belum tidur, itu kesimpulan Emil.
"Sayang," panggil Emil. Mendadak perasaannya jadi tidak enak karena tidak ada satu suara pun yang menanggapi panggilannya. Selama ini, pilihannya hanya ada dua ketika Emil memasuki kamar mereka. Ara belum tidur dan menyapanya, atau Ara sudah tidur di ranjang mereka, kemudian otomatis terbangun karena kedatangan Emil. Tapi, di mana Ara?
Emil membuka pintu kamar mandi mereka, kosong. Perasaannya semakin tidak enak. Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Kakinya melangkah keluar kamar, memeriksa tiap sudut rumah dan memanggil-manggil nama Ara. Yang ia dapati hanya kekosongan. Selama itu juga ia mendengarkan panggilan pada ponselnya yang selalu dialihkan ke kotak suara.
"Mutiara, kamu di mana?" bisik Emil bertanya-tanya, penuh rasa khawatir.
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...