Part ini berisi interaksi antara istri dan anak-anaknya Triadi Mahendra. Selamat menikmati.
---
"Kak, perasaan kamu makannya soto mie terus?" tanya Gina Aprilisa pada anak sulungnya yang sedang membuka bungkusan soto mie Bogor. Seketika uap panas dan wangi harum masakan berkuah nan lezat itu memenuhi indra penciuman siapa pun yang berada di ruang makan tersebut. "Padahal Ibu bikin capcay lho, Nak."
Gamal yang sedang melipat plastik bekas bungkusan soto mie itu langsung meringis mendengar ucapan ibunya. "Iya Bu, nanti capcaynya aku makan juga. Cuma sekarang aku makan ini dulu ya Bu. Aku juga heran, bawaannya pengen makan ini terus," sahut Gamal sementara tangannya masih sibuk menambahkan sambal dan perasaan jeruk nipis. "Maklum lah Bu, di Jepang nggak ada soto mie," lanjut Gamal sebelum mulai menyantap makanannya.
Gina hanya diam, duduk di hadapan putra kesayangannya. Sudah cukup lama tidak bertemu, putranya masih tetap sama, jago makan. Apalagi sejak kemarin, makanan yang masuk ke dalam perutnya hanya soto mie. Menurut Bi Isa, ini sudah yang kelima kali Gamal makan soto mie sejak kedatangannya ke rumah Emil-Ara pagi kemarin.
"Perasaan kamu nggak begitu suka perasaan air jeruk. Tumben, Kak," ujar Gina sambil menyodorkan tisu pada Gamal karena beberapa cipratan kuah soto keluar dari mangkuk.
"Kak Gamal ngidam kali, Bu," celetuk Ara yang datang dengan membawa semangkuk sayuran dengan kuah yang masih mengeluarkan uap.
Berbeda dengan kakaknya, Ara asyik dengan masakan sang ibu. Pagi tadi, Ara sudah 'rewel' meminta ibunya untuk memasak capcay. Ara makan dengan lahap, ini masih siang, tapi Ara sudah tiga kali menyantap semangkuk capcay, walaupun tanpa nasi.
"Enak aja. Yang hamil kan kamu, kenapa jadi Kakak yang ngidam?" protes Gamal setelah menelan suapan sotonya.
"Lagian Kakak pengennya makan soto mie terus. Kayak aku waktu itu kepengen omelette buatan Emil terus. Jadi seminggu full aku tiap sarapan dibikinin omelette sama Emil," cerita Ara sambil mengipas mangkuknya yang masih mengepulkan asap.
"Huuu... ngerepotin orang aja. Pake minta dibuatin sarapan segala," ledek Gamal.
Ara cemberut mendengar ledekan kakaknya. "Ih, ini kan bukan maunya aku, tapi maunya anak aku, Kak," kilah Ara tak terima.
"Alesan tuh, biar bisa manja-manja sama Emil." Gamal masih meledek Ara yang membuat adik satu-satunya itu semakin keki. Gamal tertawa ringan, lalu menelan habis semua yang ada di mangkuknya. Dalam sekejap mangkuk itu bersih tanpa sisa.
"Udah, udah. Ribut kok sambil makan sih?" Gina menengahi kedua anaknya. Sudah lama ia tidak melihat interaksi seperti ini. Hatinya terasa begitu hangat. "Emil udah makan, Ra?" tanya Gina mengalihkan pembicaraan.
Ara menggeleng. "Masih di ruang baca sama Mas Gifar. Aku nggak berani masuk, kayaknya yang mereka obrolin serius banget."
"Ngomongin soal Jepang kali," ujar Gamal ringan tanpa maksud apa-apa.
Nyatanya, Ara yang duduk di sebelahnya, langsung terpaku. Kepalanya menunduk menatap makanan yang belum disentuhnya. Padahal Ara sudah berusaha untuk memahami keputusan yang sudah dipilih suaminya, tapi tetap saja berat rasanya.
Elusan hangat mendarat di kepalanya. Ara menoleh, mendapati Gamal, yang masih dengan tampang kekenyangan dan mulut yang kepedasan, membelai rambutnya dengan sayang. "Kan ada... Kakak di sana. Ibu juga, bakalan ikut untuk sementara waktu. Kamu tenang... aja ya," ujar Gamal berusaha menenangkan, walaupun terdengar aneh karena ucapannya terputus-putus karena ia sedang kepedasan.
Ara menatap Gamal, kemudian beralih pada ibunya yang sudah berpindah duduk di sisinya yang lain. Gina merengkuh Ara dalam pelukannya. Dibelainya rambut Ara dengan tangan kurusnya. Diam-diam Gina menahan tangisnya. Entah apa yang diraskan Gina sekarang. Semuanya bercampur aduk. Sebisa mungkin Gina menyembunyikan emosinya, ia tidak ingin anaknya merasakan kekalutan yang lebih dari ini. Gina harus membuat anaknya yang masih belia itu selalu dalam keadaan yang aman dan nyaman. Demi anaknya, demi calon cucunya.
"Makannya dilanjut ya, Nak. Biar Ibu yang suapin."
---
Kalian jadi baper atau laper?
---
Salam,
rul
KAMU SEDANG MEMBACA
Celebrity's Girl
RomanceAra hanyalah seorang gadis biasa-biasa saja. Usianya baru 17 tahun. Pelajar, dan punya dua sahabat yang sangat populer di sekolah. Yang mereka tidak tahu adalah bahwa Ara sudah bersuami. Emil selalu dielu-elukan kemana pun langkahnya berpijak. Seora...