The Fact of Story - 02

1.8K 193 47
                                    


Ini berbeda. Perbedaan besar di dalam hidupnya mulai terasa detik ini. Hanya melihat kamarnya saja Abyan tertegun.

Sebuah ruangan yang sangat besar hanya untuk dikatakan kamar tidur. Bagi Abyan, kamarnya dulu sudah cukup besar. Tapi ini bahkan dua kali lebih besar. Sebuah kamar minimalis tampak sudah di desain sebaik mungkin. terdapat rak-rak buku beserta lemari-lemari pakaian tepat di samping pintu masuk.

Perlu melewati 3 anak tangga untuk mereka menuju ranjang kabin setinggi 50 cm dengan sprai berwarna biru tua yang sudah bersinggah di tempatnya berhadapan dengan TV Flat berukuran 46 inchi. Di sisi kanan dan kirinya sudah di temani dengan meja beserta lampu tidur.

Senang ...

Mungkin bukan kata yang tepat. Karena kenyataannya tidak ada yang terasa istimewa untuknya. Dia sangat mengetahui kehidupan mewah Sang Papa yang merupakan Jenderal Polisi ternama.

Jadi baginya hal ini sudah biasa, dia sudah menyangka jika rumah yang dulu juga sempat dia tempati akan berubah menjadi lebih besar dari perkiraannya.

Tapi satu hal yang tidak pernah diharapkan oleh Abyan. Penyambutan yang dilakukan oleh Ziya. Wanita ini terlihat luar biasa dimatanya. Ziya masih tampak muda, tapi terlihat sungguh dewasa. Dan kamar ini. Dia yakin Ziya lah yang mendesainnya. Ziya lah yang menyiapkan semuanya.

Karena mustahil jika itu Alvi. Memikirkannya saja mungkin Alvi tidak akan pernah dan tidak akan sudi lebih tepatnya.

Abyan berdiri diam saat Ziya tepat berada di hadapannya dengan beberapa kertas di tangannya.

"Ini ambillah."

Abyan menaikkan alisnya, dan perlahan mengambil kertas tersebut.

Cukup dengan melihatnya saja Abyan sudah tau jika ini adalah formulir biodata siswa.

SMA PELITA HARAPAN

Sebuah nama sekolah tertulis jelas di bagian KOP formulir tersebut.

"Mulai besok, kamu akan mulai sekolah disana. Semuanya sudah kakak urus. Jadi kamu tinggal bawa ini saja dan temui kepala sekolahnya. Untuk seragam juga udah ada di lemari kamu."

Lagi -- ?

Abyan semakin terpaku menatap kilauan manik mata kebiruan dengan lensa yang melengkapinya.

Ziya kini beralih menuju koper Abyan yang sudah berada di ranjang. Dia mulai membukanya untuk membereskan pakaian yang berada di dalamnya.

"Tidak usah kak, biar aku aja," cegah Abyan.

Abyan dengan cepat menghentikan tangan cekatan milik Ziya yang mulai mengeluarkan satu persatu pakaiannya. Membuat Ziya tersenyum manis melihat tingkah Abyan yang masih tampak canggung padanya.

Namun dengan cepat, Abyan berhasil mengalihkannya. Dia berjalan menuju jendela kaca yang terbuka. Tubuhnya bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang dilipat, dan pandangannya yang terus lekat menatap ke luar halaman.

"Sudah kakak bilang, jangan terlalu canggung. Nggak perlu malu. Kalo mau minta sesuatu, kamu bisa minta sama kakak, ataupun bik sari di dapur. Dan kalo kamu mau cerita, kakak juga bisa jadi temen cerita yang baik kok. Kalo-kalo aja ada yang gangguin kamu, atau ada gadis yang kamu suka. Kamu juga bisa ceritain itu ke kakak."

Ziya pun tampak melipat tangannya sembari duduk di ranjang kabin yang menjadi milik Abyan sekarang.

Tidak bisa di pungkiri, Abyan tampak menyunggingkan senyumannya.

Ada banyak pertanyaan di benaknya saat ini.

Bagaimana wanita seperti Ziya ini bisa menaklukan Alvi yang menurutnya mempunyai tempramen tingkat tinggi.

The Fact of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang