Suara gesekan roda-roda dari sebuah sepatu biru berukuran sekitar 33 berhasil mengisi suasana sore di komplek perumahan ini menjadi sedikit lebih riuh dibanding dengan suasana yang sesungguhnya. Menghasilkan goresan-goresan putih di aspal hitam yang mungkin akan terus ada hingga mereka sampai di tempat tujuan. Yaitu Taman Perumahan Griya.
Senyuman Abyan terangkat melihat Panji dengan lihainya terus meluncur sempurna dengan sepatu roda yang melengkapi kedua kakinya yang belum bisa dikatakan panjang. Bisa dia pastikan, bocah ini sudah cukup terlatih untuk anak seusia dirinya. Atau bisa dikatakan, mungkin saja ini adalah salah satu hobinya.
Beralih pada perhatiannya pada Panji yang berada tepat di dekatnya.
Abyan tampak mengedarkan pandanganyya ke sekeliling.
Benar ..
Rumah-rumah tingkat dua di balik pagar-pagar besar berjajar rapi beberapa langkah dari trotoar. Bahkan rumah tingkat tiga pun ada di antara rumah-rumah yang lainnya. Tidak hanya itu, jelas sekali terlihat jika Perumahan ini sangat terawat. Tidak hanya rumah-rumahnya yang bagus, tapi rumput disekitar trotoar yang juga sudah tumbuh dengan baik bahkan tidak ada sedikitpun kotoran yang terlihat, di jalan sekalipun.
"Aku boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Panji membuyarkan fikiran Abyan mengenai tempat ini.
Dan sesuai dengan kebiasaan Abyan, ia hanya membalasnya dengan sebelah alis yang terangkat, tanpa sebuah perkataan.
"Apa Om akan pindah sekolah?" lanjut Panji dengan langkah mundur membuat dirinya berhadapan dengan Abyan.
"Kamu bisa jatuh," ucap Abyan memperingatkan.
"Kalau jatuh bisa bangun lagi kok," jawab Panji cepat.
"Jadi apa benar Om akan pindah? Dimana? Apa SMA Pelita Harapan?"
Abyan mengangguk membenarkan disertai dengan senyuman manis miliknya.
"Aku juga akan sekolah di sana nanti," gumam bocah itu pelan.
"Emang kamu kelas berapa sekarang?" tanya Abyan kini lebih merespon perkataannya.
"Kalau Om kelas berapa?"
"Ditanya kok malah nanya balik . Om baru kelas 2."
"Sama. Aku juga."
Panji terkekeh geli, begitupun dengan Abyan.
Tapi memang tidak salah. Abyan menjawab kelas 2, dan Panji juga menjawab jika dia berada di kelas 2. Hanya saja, tingkatan mereka berbeda. Itu yang membuat keduanya saling tertawa.
Tidak lucu memang.
Tapi berada di dekat bocah lelaki ini, dan mencoba untuk berkomunikasi dengannya. Jujur, ini membuat Abyan sangat bahagia. Seperti dia menemukan teman baru di dalam tubuh seorang Panji.
Panji berbalik, kembali mendorong sepatu rodanya dengan sangat sempurna. Kini di banding sebelumnya, Panji tampak mempercepat pergerakannya. Karena kebetulan mereka juga sudah sampai di tempat tujuan.
Dan benar sekali, Abyan dapat melihat para anak-anak Komplek Perumahan Griya sedang berkumpul. Bukan bersama tapi berkelompok lebih tepatnya.
Selain taman, Dia juga melihat sebuah lapangan Bola kaki yang bersebelahan dengan lapangan basket yang kini justru lebih banyak diminati. Hanya anak-anak seumuran Panji di taman.
Sedangkan sisanya berkumpul untuk menonton permainan bola dari cowok-cowok idola para gadis.
Cowok idola ..
Abyan banyak mendengarkan teriakan-teriakan para gadis, sehingga dia memastIkan jika mereka mungkin saja idola di perumahan ini.
"Om aku kesana ya, kalau Om mau pulang, panggil aku aja. Oke!" teriak Panji menunjuk sebuah tempat dengan beberapa anak-anak lelaki yang sudah menunggunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...