The Fact of Story - 11

935 89 35
                                    


"Kera naik ke atas lagi deh, banyak yang merah-merah disana," pinta Aline setengah teriak dengan kepala yang mendongak menatap Arkan.

Arkan mendengus kesal, meskipun ia tetap mengindahkan permintaan Aline untuk naik ke dahan yang lebih tinggi. Bagaimana tidak? Saat ini perkumpulan mereka di dominasi dengan panen jambu air yang tumbuh subur di sekitar taman perumahan Aline.

Jarang memang, di perumahan seperti ini tidak banyak ditemukan tanaman buah-buahan yang masih tumbuh. Kebanyakan dari mereka, hanya memlihara taman dan menyuburkan bunga-bunga untuk memperindah halaman mereka. Bisa dikatakan, rumah Aline --- sebagai satu-satunya rumah yang masih ditumbuhi tanaman buah-buahan. Seperti tanaman pisang yang tumbuh di halaman belakang rumahnya, ada juga pohon nangka, dan salah satunya pohon jambu air yang sudah di panjati oleh Arkan saat ini.

Karena itu ketika mereka memilih untuk berkumpul, pilihan pasti akan selalu jatuh di rumah Aline. Selain mereka bisa menghabiskan waktu bersama, disini mereka juga bisa merasakan angin sejuk yang hadir lalu seperti yang mereka lakukan sekarang, memanen buah jambu yang tampak segar dengan warna merah pekatnya. Daun-daun lebat berwarna hijau ini bahkan tampak sangat indah saat warna merah itu sudah menyatu bersama.

Dan di saat seperti ini, hanya Arkan yang akan dimanfaatkan untuk mengambil buah tersebut. Selain Arkan adalah laki-laki. Arkan juga mempunyai kemampuan memanjat yang terbaik. Sebenarnya Aline pun sama, karena saat ini ia juga sudah berada di atas pohon tersebut. Namun sayangnya, Aline tidak pernah berani untuk naik ke dahan yang paling tinggi. Ia hanya berani di beberapa dahan saja. Lalu duduk di salah satu dahan yang kokoh sebagai posisi nyamannya.

"Pantesan disebut Kera," sindir Abyan dengan setengah tersenyum. Memang tidak heran, melihat keahlian Arkan dalam hal memanjat. Tidak butuh hitungan menit, dalam hitungan detik pun tubuh tingginya sudah berhasil duduk di dahan tertinggi pohon besar ini.

"Kera memang yang terbaik By, kagak ada yang bisa ngalahin dia dalam hal memanjat," sahut Aline dengan sedikit tawanya.

"Cowok itu harus bisa manjat kali," bela Arkan dengan sinisnya di atas sana. "Beda sama cewek, kalo cewek bisa manjat itu rada aneh rasanya."

Aline kembali mendongak dengan tatapan acuh. "Itu namanya strong, cewek strong itu langka loh."

Arkan tertawa kecil. "Strong tenaga sama strong hati itu beda loh. Kalo lo strong tenaga doang. Hatinya ciut. Dan lo tau sendiri, cewek sekarang itu pada strong hati."

"Yang jelas gue tau, itu terjadi karena ulah cowok. Sembarangan nyakitin hati cewek, terus si cewek mewek-mewek dan si cowok tetep ninggalin. Ujung-ujungnya si cewek berusaha untuk kuat dan itu disebut dengan strong hati. Gue paham."

Cahaya tertawa di posisinya yang sedang duduk di atas motor scoopy merah milik Aline tanpa menimpali apapun. Begitupun dengan Abyan yang hanya bisa menggeleng saat Aline mengatakan 'itu terjadi karena ulah cowok.'

Apa cowok selalu disalahkan? Pemikiran wanita itu memang 'sesuatu'.

"'Ulah cowok?'" Arkan menekankan kata-kata tersebut dengan tatapan tajam. "Nggak semua cowok kayak gitu kali!"

Aline tampak mengedikkan bahunya dengan lirikan sinis. "Yang pasti lo salah satunya," jawabnya kemudian. "Lo nggak inget apa? Dulu lo pernah buat satu cewek patah hati, sampe akhirnya dia pindah dari sekolah." Aline menggeleng dengan wajah miris. "Gue masih kepikiran, apa tuh cewek masih suka sama lo ya?"

Arkan mendengus pelan sedangkan Abyan tampak tertarik dengan kedua alis yang terangkat. Dan di tempatnya Nesya hanya terdiam tanpa ekspresi apapun.

The Fact of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang