The Fact of Story - 19

802 85 43
                                    


2 – 2

3 – 2

4 – 3

4 – 4

5 – 4

.

.

.

10 – 9

Teriakan Abyan mengisi ketegangan ini dalam seketika. Ia terus menggenggam tangannya, seraya menaik turunkannya dengan antusias. Senyumannya terkembang lebar. Tidak – ia bahkan tertawa atas kemenangan ini.

"Gue menang Ca," ucapnya dengan sebelas alis yang terangkat.

Abyan berjalan perlahan, mendekat ke arah Cahaya yang sedang menatapnya kesal saat ini.

"Ada sesuatu yang nggak bisa lo kalahi dari seorang cowok. Tekadnya!" Abyan menyeringai kembali. "Gimana? Lo nggak berniat untuk ingkar janji kan?"

Dengan nafas yang masih memburu, Abyan berusaha untuk mengaturnya perlahan. Menatap Cahaya yang masih terdiam di tempatnya, menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja ia lontarkan.

"Cukup tunggu gue di parkiran pulang sekolah ini," jawab Cahaya akhirnya. Tidak perduli betapa senangnya Abyan saat ini. Gadis itu dengan cepat pergi, meninggalkan lapangan ini, meninggalkan Abyan yang tengah berteriak keras.

Baginya ini hanya hukuman untuknya, tidak ada yang lain. Meskipun tidak bisa di pungkiri. Senyumannya pun ikut terkembang saat ia sudah menjauh dari lapangan basket tadi.

***

Cahaya mendesah, ia mengangguk pelan seraya meyakinkan dirinya sendiri.

'Tidak akan ada masalah, semua akan baik-baik saja.'

Berulang kali ia terus mengucapkan sebuah kalimat itu di dalam hatinya. Ia hanya akan pulang bersama Abyan, tidak lebih. Tidak untuk sebuah hubungan dan tidak untuk apapun.

Cahaya kembali melangkah mendekat ke arah Abyan yang sedang menunggunya di parkiran, sesuai dengan permintaannya tadi. Tangannya terulur, untuk menyentuh pundak Abyan saat pemuda itu sama sekali tidak menyadari akan kehadirannya.

"Udah pulang Ca?"

Cahaya mengangguk.

"Lo cuma mau anter gue pulang ke rumah kan?"

Abyan terdiam, menatap dalam sosok gadis di hadapannya ini. Lalu mengedikkan bahunya tanpa mengatakan apapun.

"Naiklah Ca."

Dan lagi, tanpa berniat mendengar apapun yang mungkin saja akan membuat Cahaya berubah pikiran. Dengan cepat, Abyan menghidupkan motornya, lalu mengisyaratkan Cahaya untuk naik dengan anggukan kepalanya.

Untuk kesekian kalinya, Cahaya kembali menghela nafas. Ia melirik ragu ke arah sekitar. Tatapan-tatapan itu kembali membuatnya risih. Semuanya, penghuni Pelita Harapan ini selalu menatapnya dengan ingin tahu ketika apa yang Cahaya lakukan berhasil mencuri perhatian mereka. Terutama sekarang, pulang bersama Abyan yang notabennya masih berstatus murid baru di sekolah ini. Tentu! Ini akan menjadi buah bibir, gosip yang akan terjadi di hari-hari selanjutnya.

Abyan mengulurkan tangannya, berniat untuk menyambut tangan Cahaya saat melihat gadis itu masih terdiam di tempatnya. Abyan sadar – sangat sadar bahkan, saat ini ia dan Cahaya tengah menjadi perhatian. Tapi bukan Abyan, jika ia perduli. Baginya, bisa mendapatkan kesempatan pulang bersama Cahaya, itu sudah keuntungan yang luar biasa.

The Fact of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang