The Fact of Story - 56 (ENDING)

1.7K 94 41
                                    

Abyan mendesah pelan. Berulang kali pandangannya berkeliling pada ruang kosong yang hanya dikelilingi dengan dinding putih, 1 meja dan dua kursi yang saling berhadapan dimana dirinya duduk di salah satu kursi itu saat ini.

Hari ini .. Setelah banyak yang sudah mereka lewati. Setelah luka-luka itu mengering dan mereka memulainya dengan hari-hari baru yang lebih bahagia bersama satu hubungan yang disebut dengan 'KELUARGA'. Selama itu dan hari ini, untuk pertama kalinya Abyan memikirkan satu hal dan membuka hatinya untuk hal-hal yang sangat dia benci.

Tidak ada rencana pada awalnya. Tadi pagi, saat mereka sedang berada di meja makan yang sama. Saat itu juga Abyan mengatakan pada Alvi jika dia ingin bertemu dengan Ramon. Mungkin untuk terakhir kalinya? Atau mungkin ini akan menjadi sebuah awal yang baru?

Entahlah ....

Alvi hanya terdiam saat mendengar hal itu. Tidak banyak yang dia katakan, selain hanya anggukan pelan tanda setuju. Sehingga saat ini Abyan berakhir disini. Sebuah ruangan yang disiapkan Alvi untuknya bisa berbicara secara leluasa dengan Ramon tanpa ada batas waktu.

Abyan menghentikan aktivitasnya setelah beberapa lama. Ia lebih menegapkan tubuhnya dan membuat dirinya setenang mungkin saat sebuah pintu di hadapannya terbuka perlahan.

Pemuda itu terdiam dengan mata sendunya yang terpancar saat Ramon sudah memasuki ruangan ini dan duduk di hadapannya dengan borgol yang masih terpasang di kedua tangannya.

Abyan sempat melirik sebuah benda berwarna putih tersebut dan mendesah perlahan sebelum ia kembali menatap Ramon yang sangat jauh berbeda dari terakhir mereka bertemu.

"Semua sudah baik-baik saja sekarang kan?" tanya Ramon membuka pembicaraan di antara mereka.

Tidak ada jawaban apapun. Cukup lama, Abyan hanya menatapnya dalam dan mengangguk pelan setelah itu.

"Aku tau ini bukan hal yang baik. Tapi, terima kasih karena kamu sudah datang. Aku akan mendengarkan apapun yang ingin kamu katakan. Jadi, katakanlah. Jangan diam seperti ini."

Abyan tertunduk, senyum tipis mulai terukir di sudut bibirnya. Ia kembali menatap Ramon dengan tatapan yang lebih tajam dari sebelumnya.

"Ada satu hal yang ingin ku tanyakan padamu."

Ramon mendengarkan dengan baik, ia menunggu pertanyaan itu.

"Sekali saja, apa kau pernah menyesal karena meninggalkan Bunda?"

Ramon tertegun dengan matanya yang sedikit melebar.

"Aku tau ini bukan hal penting lagi. Awalnya, aku hanya berpikir ini adalah masa lalu kalian dan aku tidak berhak untuk ikut campur di dalamnya. Tapi, bagaimanapun aku ada diantara kalian kan? Jadi, aku ingin mendengar hal itu. Apa kau pernah menyesal karena meninggalkan Bunda?"

Ramon terdiam. Pertanyaan yang dilontarkan Abyan benar-benar sulit untuknya.

"Aku tidak akan bertanya kenapa kau menyuruh Bunda untuk menggugurkan kandungannya saat itu. Aku hanya ingin tau, apa arti Bunda untukmu. Hanya perempuan yang kau temui dalam satu malam? Seorang wanita yang mampu memuaskan kebutuhanmu disaat kau sedang bosan? Karena itu kau membuangnya saat dia tidak berguna lagi?"

"Tidak hanya sekali. Tapi ribuan kali," jawab Ramon parau. Jujur saja, pertanyaan yang baru saja dilontarkan Abyan tentang Bundanya. Itu sangat menyakitkan untuk Ramon, bahkan itu terlalu menusuk dan membuatnya kembali membuka luka masa lalu di antara mereka.

"Aku menyesalinya ribuan kali. Aku tidak akan memaksamu untuk percaya. Tapi aku benar-benar menyesalinya bahkan sampai saat ini."

Abyan tertegun dengan air mata terkembang. Ia menatap Ramon dalam mencari sebuah kebohongan disana, tapi beruntung dia tidak menemukannya sedikitpun.

The Fact of StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang