Wira mengepalkan tangannya erat, memukul keras setir kemudinya beberapa kali. Tatapannya tajam, menyiratkan kekesalan yang amat dalam di sana. Andai saja jika kegilaan itu mengusiknya, mungkin tanpa pikir panjang Wira sudah menginjak dalam gas mobilnya dan menabrak Cahaya serta Abyan yang tengah berada di hadapannya.
Dua orang yang saat ini cukup untuk membuat harinya buruk di pagi hari. Dua orang yang tengah saling bercanda dan tertawa bersama tepat di hadapannya. Niat baik Wira sirna dalam seketika. Ia yang awalnya ingin menjemput Cahaya untuk mengantarnya ke sekolah justru malah bertemu dengan Cahaya di depan komplek dan Abyan yang datang untuk menjemputnya.
Wira mendesah keras, matanya nyalang saat melihat gadis itu memeluk erat tubuh Abyan, membiarkan kepalanya bersandar di punggung pemuda itu dengan tawa lepas yang terpancar di wajahnya.
Untuk kesekian kalinya, Wira kembali memukul setir kemudinya. Lalu dengan kecepatan tinggi memutar kembali mobilnya dan melesat menuju ke suatu tempat.
#
Ramon tampak serius memperhatikan satu persatu dokumen lalu menandatangani dokumen itu setelah ia memastikan apa yang tertulis di dokumen tersebut sesuai dengan keinginannya.
"Mr. Jack baru saja menyetujui perihal kerja sama kita Pak. Beliau bilang, ia ingin membangun salah satu cafenya di indonesia. Dan lahan kita adalah pilihannya. Kemungkinan lusa ia akan datang untuk melihat langsung lahan tersebut dan tentunya ingin membicarakan hal ini dengan Anda untuk membangunnya segera," ucap seorang pria bertubuh kekar yang berada di sisi meja Ramon.
Ramon tersenyum simpul seraya mengangguk pelan.
"Apa Arya sudah mengetahui hal ini?"
"Belum Pak, Saya akan memberitahukannya segera."
Ramon menggeleng cepat. "Tidak, biar Saya yang memberitahukannya. Tugasmu hanya urus semua keperluan Mr Jack selama ia ada disini. Buat dia sepuas mungkin."
Pria itu mengangguk pelan, lalu mengambil kembali dokumen yang sudah di tanda tangani Ramon sebelum ia kembali beralih saat tiba-tiba pintu terbuka tanpa sebuah ketukan.
Mereka berdua terdiam, menatap sosok Wira yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan tajamnnya. Pria itu mengangguk dan beranjak pergi saat Ramon meliriknya mengisyaratkan jika ia bisa pergi sekarang.
Hembusan napas pelan terdengar saat Pria itu sudah menutup pintu kembali dan Wira yang berjalan mendekatinya.
"Tidak biasanya kau datang terburu-buru seperti ini. Kenapa? Ada sesuatu yang terjadi?"
"Pertunangan kami – Aku ingin itu dilaksanakan secepatnya."
Ramon mengernyitkan dahinya. Ia menyandarkan tubuhnya dengan tatapan tajam yang terarah pada Wira.
"Kenapa?"
"Kenapa harus menunggu Aca tamat sekolah? Apa itu tidak terlalu lama? Aku tidak bisa menunggunya."
"Kau bisa membatalkannya jika kau tidak bisa menunggunya."
"Aku juga tidak bisa membatalkannya. Aku menyukainya Pa – Aku sangat menyukainya."
"Karena itu kau tidak rela jika dia dimiliki oleh orang lain?"
Wira mendesah tanpa jawaban apapun. Membuat Ramon cukup mengerti dan mengangguk pelan.
"Tugasmu – bukan hanya memilikinya. Tapi juga mampu untuk membuatnya menerimamu? Harusnya kau melakukan itu sebelum kau meminta pertunangan ini dilaksanakan secepatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...