"Tris ..." panggil Bayu dengan mata yang terus tertuju pada layar komputernya. Satu tangannya menopang dagu, terlihat masih asyik dengan aktivitasnya membaca berita-berita online di media.
Bisa dikatakan ini merupakan kata pembuka di antara mereka setelah satu jam lamanya mereka hanya berkutat pada kegiatan masing-masing. Bagaimana tidak, di ruangan besar ini, ruangan yang tidak kalah besar dari kamarnya. Tristan mendesainnya sedemikian rupa, membuat ruangan ini menjadi ruangan dimana mereka selalu menghabiskan waktu bersama.
Terdapat banyak perabotan favorit mereka yang membuat mereka semakin merasa nyaman di sini. di setiap sisi dinding sudah di penuhi dengan rak buku. Terdapat juga TV LED berukuran 46 inch lengkap dengan DVD dan PS 4 di bawahnya. Ada juga beberapa alat Gym seperti beberapa bentuk Barble, Sepeda Fitnes, Elliptical Trainer dan Jogging-Treadmil. Samsak Tinju pun terlihat tergantung di sudut ruangan besar ini, di sertai dengan sarung tinju yang berada di sebelahnya.
Semuanya terlihat sangat lengkap dengan sofa bed yang bisa mereka pakai untuk tidur melepaskan lelah, dan juga komputer yang saat ini sedang di pakai Bayu.
Satu kata yang dapat menggambarkan ruangan ini, Perfect. Karena itu, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di ruangan ini daripada harus berkeliaran seperti berandal jalanan setelah pulang kampus. Dan lagi, jika ada salah satu dari mereka yang ingin menginap di rumah Tristan. Ruangan ini menjadi ruangan favorit bagi mereka daripada mereka harus tidur di kamarTristan.
Tapi masalah utamanya, seperti yang terjadi sekarang. Mereka akan lupa ketika mereka sudah berkutat dengan aktivitas masing-masing. Cukup satu jam yang lalu mereka menyelesaikan perdebatan mereka mengenai siapa yang akan meminum jus terakhir dan setelah itu mereka seperti tenggelam di dalam dunia mereka sendiri tanpa memperdulikan yang lainnya.
Radit yang sibuk dengan komiknya, Bayu yang fokus dengan komputernya, serta Alex dan Tristan yang terus saja bertaruh mengenai siapa yang menang dari balapan mobil mereka.
"Tris .. " gumam Bayu sekali lagi saat tidak ada jawaban apapun dari Tristan. Pandangannya masih tertuju pada layar komputer tanpa menghiraukan Tristan yang masih asyik mengembungkan pipinya sambil menggerakkan cepat tangannya di analog stik miliknya.
"Hmm .. " hanya suara itu yang dapat di dengar Bayu.
"Tristan!"
"SHIIITTT!!!!" Alex membanting stiknya seketika saat di layar TV nya sudah memperlihatkan mobil merah milik Tristan yang berhasil memenangkan pertandingan. Seringaian senyum menjengkelkan terkembang sangat jelas di wajah Tristan kini, lengkap dengan kepalan tangannya yang terus dinaik turunkan, tanda jika dia sedang berjaya sekarang.
"Curang banget sih lo. Kenapa mesti motong mobil gue coba ? kenapa juga motongnya harus di tikungan terakhir ?" oceh Alex menjadikan bantal di sampingnya sebagai senjata untuk memukul keras tubuh Tristan.
"Dih .. Makhluk aneh" cibir Tristan segera beranjak dari duduknya lalu beralih pada sofa bed yang sudah menjadi singgasana paling nyaman untuk Radit sejak tadi.
"Mangkanya maen itu otaknya di pakek. Jangan cuma mau menang doang. Nggak belajar dari pengalaman sih. Mangkanya pacar lo di tikung mulu sama orang"
Alex mendengus kesal. Bagaimana tidak, hal ini adalah hal yang paling ANTI di bahas oleh Alex. Dan kini Tristan mengungkitnya. Membuat wajahnya berhasil menjadi merah padam. Nafasnya pun menjadi tidak beraturan bersamaan saat dia meluapkannya dengan melempari Tristan tumpukan Bantal yang ada di dekatnya. Tidak hanya Tristan, tapi Radit juga yang sejak tadi ikut tertawa kecil mendengar cibiran Tristan.
"Lo kayak emak tiri yee!!" terka Tristan menghentikan serangan Alex. "Mukul kita tuh dengan tinju. Bukan dengan bantal kayak gini. Nurunin derajat laki-laki aja sih lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...