"Lo udah denger?" Arkan masuk dengan terburu-buru ke dalam kamar rawat Abyan. Menatap Abyan dengan banyak pertanyaan disana.
"Apa?" tanya Abyan tanpa ekspresi sembari menaruh cangkirnya kembali ke atas nakas.
"Jadi ini bener ulahnya Wira?"
Abyan mendesah pelan, menatap sendu Arkan tanpa jawaban apapun.
Arkan mengangguk mengerti. Ia sudah menduga hal ini akan terjadi, hanya saja Arkan tidak pernah menyangka jika Wira benar-benar akan senekat ini.
"Tristan menyerahkan dirinya ke polisi."
Abyan melebarkan matanya detik itu juga. Ini cukup membuatnya terkejut .
Tristan menyerahkan dirinya?
Benarkah?
"Jadi, Mas Alvi belum mengatakan apa-apa?"
"Dia bahkan belum datang kesini."
"Tristan menyerahkan dirinya dan mengatakan semua yang ia lihat. Dia bersedia untuk menjadi saksi. "
Abyan tertegun. Apa mungkin Tristan melakukan hal itu? Kenapa?
Tristan sangat membencinya, lalu kenapa dia melakukan hal sejauh ini?
"Ini bukan waktunya lo untuk diem."
"Bukan Tristan yang melakukannya."
Arkan mengangkat sebelah alisnya, menunggu Abyan menjelaskan semuanya padanya.
"Tristan membanting setir dan mencoba menghindari kecelakaan. Jadi bukan dia pelakunya."
"Udah gue duga. Tapi dia udah ada di kantor polisi sekarang. Lo tau Mas Alvi nggak akan melepaskannya gitu aja. Dan yang terpenting, Ramon sudah mengirim Wira pergi dari Indonesia. Ini akan membuat penyelidikan semakin terhambat."
"Wira pergi?"
Arkan menghela napas pelan, lalu mengangguk sebagai jawabannya.
"Apa Aca tau tentang hal ini?"
"Gue rasa belum. Tapi dia akan segera tau."
"Gue nggak ingin hal itu terjadi."
"Gadis itu pasti akan merasa sangat bersalah. Lo tau, selama ini Aca bukan nggak pernah menyukai cowok manapun. Dia pernah melakukan itu, tapi dia takut kalo dia nggak bisa mempertahankannya. Dia takut, jika seseorang yang nanti dia cintai akan terluka karena dia. Karena itu dia selalu membentengi dirinya dan tidak terlalu menganggap perasaan orang-orang padanya. Tapi, setelah itu lo dateng dan menghancurkan tembok yang ia bangun. Dia pasti sangat bingung sekarang. Antara mempertahankan atau melepaskan."
Abyan menatap dalam Arkan dengan nanar. Arkan benar, jika ia ada di posisi Cahaya mungkin ia akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Cahaya.
"Sekarang apa yang bakal lo lakuin?"
"Gue nggak bisa ngelepasin dia."
"Gue tau itu bakal keluar dari mulut lo."
Tanpa dijelaskan pun. Arkan sangat tahu betapa keras kepalanya Abyan. Pemuda yang sedang terbaring di hadapannya kini adalah pemuda yang tidak akan menyerah hanya dengan masalah kecil yang menimpa dirinya. Selagi dia masih bisa berpikir, Abyan pasti akan melakukan apapun cara untuk mempertahankan apa yang dia punya saat ini.
"Hanya ada satu cara." Abyan menghela napas pelan. Pandangannya beralih menatap tajam Arkan yang kini juga tampak memicingkan matanya. Siap untuk mendengar rencana apa yang sedang di pikirkan oleh Abyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...