"Gue denger Tristan udah keluar dari kantor polisi tadi pagi." Arkan menutup majalahnya, lalu duduk di kursi dekat ranjang Abyan. "Apa ini yang lo bilang, lo akan melakukan sesuatu?"
"Gue coba bicara sama Mas Alvi semalem. Dia nggak jawab apa-apa. Tapi gue yakin ini semua karena dia."
"Jadi, Mas Alvi dateng lagi semalem?" tanya Aline mendekat.
Abyan mengangguk pelan sebagai jawabannya. "Dia bahkan bermalam disini."
"Kabar baik dong By? Udah ada perubahan dari dia?" tanya Nesya kini.
Abyan mengangkat kedua bahunya. Tanda jika ia pun tidak tahu atau lebih tepatnya pemuda itu juga belum yakin jika Alvi sudah benar-benar menerimanya.
"Tapi, bukankah setidaknya ini lebih baik?" lanjut Nesya.
"Mas Alvi tidak mengatakan apapun, tentang bagaimana dia menganggap gue sekarang. Tapi, setidaknya sekarang dia udah berbicara lebih banyak. Gue nggak denger nada kebencian lagi yang dia ucapkan. Lo bener, itu lebih baik." Abyan tersenyum lebar.
"Lo seneng sekarang? Mungkin bentar lagi kalian akan jadi keluarga yang paling bahagia. Lo tau? Di luar sana, banyak orang-orang yang tergila-gila dengan sosok Alvian Zikri Prasaja. Kenapa gue bilang gitu? Karena nyokap gue juga mengagumi Kakak lo."
Aline menyemburkan minumnya seketika. Ia tertawa terbahak-bahak setelah itu. "Lo kagak bercanda kan?"
"Gue serius, bahkan kalo aja gue cewek. Mungkin dia berharap Mas Alvi bakal jadi mantunya dia."
"Emak-emak bisa gitu yee?"
"Mama bilang, dia pernah ketemu sama Mas Alvi dulu. Nggak banyak yang dilakuin Mas Alvi. Tapi ya tau sendiri lah namanya emak-emak. Dia tau banget sosok cowok yang penyayang dan bertanggung jawab. Dan dia lihat itu di Mas Alvi," ungkap Nesya.
"Mas Alvi itu banyak penggemarnya, mangkanya lo bakal jadi keluarga bahagia banget kalo sampe dia bener-bener membuka hatinya buat lo," sambung Arkan.
"Benarkah? Gue nggak nyangka dia sepopuler itu," gumam Abyan tersenyum kecil.
"Iya bener. Orang mah liat dari luarnya doang. Nggak tau apa? Yang mereka sukai itu 'Rajanya Harimau'. Tukang marah iya, dinginnya ngelebihin es batu cair, sinisnya nggak ketolongan. Gue aja hampir copot jantung kalo liat matanya dia." Aline mengangguk-ngangguk pelan.
"CATET! Gue bakal kasih tau ini semua ke Kak Ziya." Nesya tertawa pelan.
"Bodo amat! Gue bicara berdasarkan fakta yang ada. Batin gue sendiri yang ngerasain."
"Ck!" desis Arkan sembari menggeleng.
"Tapi By, selama lo disana. Lo pernah ngeliat mereka berantem nggak sih?" tanya Aline menaik-turunkan alisnya.
"Gue kebanyakan Baper malah. Mereka so sweet banget."
Arkan mendengus dengan tawanya yang terdengar. "Lo cowok bukan sih? Kebanyakan Baper jadi orang. Malu gue."
"Kenapa? Yang Baper gue yang sewot lo."
"Abyan kan muka aja cowok tulen. Tapi hatinya, Hello Kitty." Nesya tertawa diikuti dengan Aline yang juga tak bisa menahan tawanya.
"Hello Kitty yang suka ngganggu suami orang itu?" Aline semakin tertawa kencang.
"Gue tau nya Hello Kitty cuma boneka doang," jawab Abyan dengan wajah sepolos mungkin.
"PLEASE! Nggak usah sok polos!" ungkap mereka bertiga secara bersamaan dengan mata yang sama-sama mendelik ke arah Abyan. Membuat Abyan semakin terpaku, lalu tertawa setelah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...