"Semuanya terjadi berawal dari 18 tahun yang lalu. Saat itu, Ramon menikahi seorang gadis melalui perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka. Ramon menikahinya dan memiliki Wira setelah satu tahun menikahi. Tidak ada cinta, bisa dikatakan kehadiran Wira adalah kesalahan bagi Ramon. Tapi karena hubungan mereka yang sudah sah. Ramon menerima anak itu dan menyayanginya. Bersikap seperti Ayah yang baik padanya. Tapi, semuanya berubah saat ia mengenal Alya. Ibu yang melahirkan Abyan."
Arya mendesah pelan, lalu mulai melanjutkan penjelasannya. "Alya adalah satu dari banyaknya pegawai yang bekerja di rumah perjudian Ramon. Istana pertama yang membuat Ramon berhasil sampai saat ini. Papa tidak terlalu tau, tentang siapa wanita itu. Dan bagaimana dia bisa berakhir di rumah perjudian milik Ramon. Yang pasti, berawal dari pekerjan, lama kelamaan mereka menjadi dekat dan semakin mendekat. Semuanya dimulai sejak hari itu, kisah cinta mereka, tidak ada satu orang pun yang tidak tahu."
"Ramon mencintai Alya, tapi Ramon menyembunyikan kenyataan jika dia sudah menikah. Sehingga wanita itu tidak mengetahui apapun dan menjalani hubungan mereka tanpa takut sedikitpun. Hanya itu yang Papa tahu. Kenyataan jika Abyan adalah anaknya Ramon, Ramon lah yang baru memberitahukan pada Papa beberapa waktu yang lalu. Ramon menyembunyikan rahasia besar itu, bahkan dari Papa sekalipun. Dia tidak pernah mengatakan jika Alya mengandung anaknya. Sedikitpun Papa tidak tahu hal itu."
"Tapi satu hal yang Papa mengerti, saat itu Ramon berniat untuk membuang Abyan. Dia berniat untuk melenyapkan darah dagingnya sendiri. Namun, tanpa sepengetahuan Ramon. Alya tetap mempertahankan kandungannya. Mungkin di saat itulah ia bertemu dengan Wirandi dan berakhir dengan pernikahan mereka sekarang."
#
Cahaya meremas erat roknya dengan tangan yang mengepal. Air matanya terus mengalir, tidak perduli jika dia berusaha menahannya.
Ramon! Takdir seperti apa ini? Kenapa mereka terlibat di dalam hubungan erat seperti ini?
Apa yang harus Cahaya lakukan sekarang? Bersikap baik-baik saja dan menyembunyikan semuanya dari Abyan?
Pemuda itu pasti akan sangat terluka jika dia mengetahui hal ini.
Cahaya mengangkat pandangannya, menatap nanar Tristan yang mendekat dengan membawa dua cangkir teh hangat mereka.
"Minumlah dulu. Ini akan membuatmu lebih baik."
Cahaya mengangambil satu cangkir teh di tangan Tristan. Ia meminumnya perlahan lalu menaruhnya di atas meja.
"Abang tau perasaan kamu. Gimana bisa tiba-tiba Abyan menjadi anaknya Om Ramon? Itu tidak masuk akal."
"Benar kan? Itu nggak mungkin kan Bang?"
Tristan menatap dalam Cahaya. Ia berusaha menguatkan gadis itu melalui tatapannya.
"Jika kamu lemah kayak gini. Gimana kamu bisa berada di sisinya Abyan? Saat ini, Byan butuh seseorang yang kuat untuknya. Sehingga, jika dia terjatuh nanti. Dia mempunyai seseorang untuknya bersandar."
Tristan mendesah, ia menatap lurus ke depan dengan senyum kecil yang sedikit terkembang di sudut bibirnya.
"Siapa yang tau akan takdir Ca? Hidup kita adalah sebuah permainan. Kadang kita menang, kadang kita kalah. Kadang kita berada di atas dan suatu saat kita akan ada di bawah. Awalnya benci tapi berakhir dengan suka. Awalnya saling tidak mengenal hingga berakhir menjadi keluarga. Tidak ada yang tau Ca. Kita hanya bisa menjalaninya dan berjuang untuk kembali bangkit."
Cahaya terus menatap Tristan, mendengarkan kata demi kata yang dilontarkan Tristan dengan tenang dan mencoba untuk memahami maksud dari semua yang dikatakan Tristan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...