"Balon udah dibeli belum?"
"Udah. Balon udah lengkap."
Aline menconteng list tulisan 'Balon' di kertas miliknya.
"Nama?"
"Nama juga udah ada."
"Ucapan Happy Birthday?"
"Udah dong."
"Aksesoris?"
"Semuanya udah lengkap deh kayaknya. Mungkin tinggal kue nya aja. Kita mau buat sendiri atau mau mesen aja?"
"Mesen aja lah biar nggak repot," sahut Arkan dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.
"Eh Kera! Lo udah kasih tau Bang Tristan belum?"
"Apa?"
"Tentang tempat?"
"Halaman belakang mereka luas kan? Kata Bang Tristan sih di situ aja."
"Sip. Berarti semuanya udah siap ya. Tinggal kita dekorasi aja."
"Terus, Byan ngapain? Enak banget tuh anak nggak dikasih tugas apapun."
Nesya tersenyum kecil, ia beranjak dari duduknya dan mendekat pada Arkan yang sedang bersandar di pagar atap sekolah ini.
"Jika kamu jadi Byan. Kamu bakal ngapain? Nggak mungkin ikut nyiapin dekorasi di rumahnya Aca kan?"
Arkan tertawa malu sembari meminum habis botol aqua miliknya. "Iya juga sih."
Aline menggeleng pelan dan menertawakan Arkan yang terkadang suka bersikap bodoh dan gaya sok polosnya yang sangat menjijikkan.
"Mereka datang. Buruan masukin semuanya." Nesya berlari, membantu Aline memasukkan semua barang yang berkaitan dengan ulang tahun Cahaya. "Cepetan Lin."
Nesya bangkit seketika, tersenyum lebar saat Abyan dan Cahaya datang tepat saat mereka sudah membereskan semuanya.
"Sudah lama?" tanya Cahaya.
"Cukup untuk buat perut gue keroncongan. Gimana? Pesenan gue ada nggak?"
Cahaya mendekat dan memberikan sekantong makanan yang dipesan oleh Aline.
"Udah di bilang kita makan dulu di kantin. Siapa suruh nggak mau ikut," ucap Cahaya kemudian.
"Tapi kata Aca biarin lama-lamain aja. Biar lo nya kelaperan."
"By ---" Cahaya mendelik, menatap kesal Abyan yang tampak tertawa di samping Arkan.
"Oooo." Aline membulatkan matanya. "Udah biasa sih. Aca emang terkadang suka jahat banget sama temen sendiri."
"Eh Lin tau nggak. Tadi Abang tukang Mie Ayam nanyain lo di kantin," lanjut Cahaya tanpa memperdulikan sindiran Aline.
"Emangnya dia jualan? Kemarin gue nyariin dia tapi dia nggak jualan." Aline tampak tertarik, Nesya mendekat sedangkan Arkan dan Abyan tampak saling melihat sembari menaikkan sebelah alis mereka.
"Dia jualan tadi. Tapi langsung nanyain lo. Rugi banget sih. Coba lo ke kantin tadi. Kan bisa dapet Mie Ayam gratis dari dia."
"Harusnya lo BBM kita tadi. Kita pasti akan langsung meluncur kesana," timpal Nesya menyikut lengan Cahaya.
"Males banget. Itu kan bukan urusan gue."
"Dih!" Aline menatap sinis Cahaya. "Kita ke kantin sekarang aja yuk." Aline tersenyum lebar menatap Cahaya dan Nesya satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...