"Jadi dia adalah anakmu?" Mala bergetar, sekujur tubuhnya lemah seiring dengan tetes demi tetes air mata yng terus membasahi wajahnya.
Bagaimana tidak? kehancuran wanita adalah ketika lelakinya meninggalkannya demi wanita lain. Sedangkan kehancuran seorang istri adalah ketika suaminya pulang dengan membawa wanita lain.
Malangnya, di posisi Mala saat ini bukan hanya wanita yang di bawa oleh sang suami, melainkan seorang bayi lelaki yang masih sangat merah berada di gendongan wanita tersebut.
Bayangkan! Kehancuran seperti apalagi yang dialami olehnya? Suami yang sangat ia hormati, suami yang sangat ia cintai, bahkan orang yang ada di hadapannya ini merupakan lelaki yang selalu bersamanya saat suka dan duka, lelaki yang ia temani di masa mereka susah sampai lelaki itu mencapai kesuksesannya, lelaki yang menjadi ayah dari putra semata wayangnya.
Setelah semua itu, kini dia harus berbagi dengan wanita lain? Lelaki itu membawa seorang wanita dan bayi laki-laki bersamanya. Disaat yang tidak terduga, disaat yang tidak terbayangkan. Jadi, haruskah ia menerima begitu saja? Tidak! Itu tidak mungkin! Siapapun, tidak akan pernah ada wanita yang ingin berada di posisi itu.
"Aku bisa menjelaskannya, ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Wirandi mencoba mendekat, berusaha menyentuh tangan istrinya. Namun sayangnya Mala langsung menepis tangan itu.
"Apa yang bisa di jelaskan? Apa lagi yang mau kamu jelasin!!! Jika kamu mencintai wanita itu? dan anak itu benar-benar adalah anakmu? Jahat ---- kau harusnya mengatakannya. Jika kau tidak menginginkan aku lagi. HARUSNYA KAU MENGATAKAN ITU SEJAK AWAL!"
KACAU! Semuanya terlihat kacau saat itu. Tangisan Mala, getiran suaranya, amarahnya, kekecewaannya, rasa sakitnya semuanya menjadi satu. Mala menggeleng kuat, menatap suaminya dengan penuh kepedihan dan kebencian. Lalu beralih ke arah wanita yang sedang tertunduk sembari mendekap erat bayinya yang menangis.
Air mata itu terus mengalir, tidak ada yang bisa Mala katakan lagi, selain hanya diam dan menerima jika suaminya mempunyai wanita lain selain dirinya. Ia hanya bisa mengangguk mengerti, lalu melangkahkan kakinya cepat meninggalkan ruangan tamu ini.
Saat itu, semuanya hancur dengan perasaan masing-masing. Sebuah kesalahan kini menjadi bencana. Wirandi lupa akan satu hal. Saat ia membawa wanita itu pulang ke rumahnya. Bukan hanya wanitanya yang akan hancur, tapi putra sulungnya juga, Alvi. Wirandi lupa, jika ia merupakan ayah yang sangat Alvi hormati sebelum hari ini datang. Wirandi lupa jika Alvi sudah cukup besar untuk bisa menyimpulkan sebuah masalah dari apa yang ia lihat saat ini.
Seorang anak berumur 13 tahun, yang sudah cukup mengerti arti dari setetes air mata. Air mata yang jatuh dari pelupuk mata sang Mama adalah bentuk dari rasa sakit yang sulit untuk di ungkapkan. Setidaknya itu yang Alvi pikirkan saat itu. Ia hanya bisa mengepalkan erat kedua tangannya, saat Mala menangis, saat Mala marah, saat kedua orang tuanya bertengkar hebat di kamar milik mereka.
Kebencian itu tumbuh di hari itu. Alvi yang awalnya hanya anak lelaki biasa, bermain dan tertawa bersama teman-temannya, perlahan tumbuh menjadi lelaki yang sangat dingin. Tatapan sendu miliknya berubah menjadi tatapan penuh kebencian. Hari itu juga!
Tapi apa yang bisa ia lakukan? Diam dan bersembunyi --- itulah yang ia lakukan saat itu.
#
Alvi membuka matanya perlahan, ia menghembuskan nafasnya cukup dalam sembari tertunduk dengan rasa sesak yang mendera hatinya sekarang. Lagi --- mimpi itu hadir lagi untuk kesekian kalinya.
Satu hari yang ingin dilenyapkan oleh Alvi, tetapi justru menjadi mimpi yang terus menghantuinya. Bahkan Alvi tidak tau --- jelas-jelas hari itu ia melihat kehancuran yang luar biasa di diri sang Mama. Namun, dengan cepat setelah pertengkaran hebat yang mereka lalui. Mala justru menerima mereka, wanita itu dan anaknya. Mala menerima mereka dengan tangan terbuka, bahkan Mala membesarkan Abyan layaknya seperti anaknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fact of Story
Teen FictionAbyan Farel Prasaja. Seorang pemuda yang hidup di atas kebencian banyak orang. Seorang pemuda yang hadir di atas rasa sakit seseorang. Terlahir melalui hubungan yang tidak seharusnya, membuat hidupnya penuh dengan cacian. Dibenci oleh lingkungan ba...