Chapter 15

35 0 0
                                    


🌸🍃 Hara 🍃🌸

Aku membuka mata yang terasa berat sekali saat tubuhku terasa lemas dan membeku karena dingin. Banyak hal yang aku tidak mengerti di dunia manusia ini. Dan ketidaktahuanku membuatku mendapat kejutan-kejutan yang cukup menyakitkan.

Aku masih ditempatku berada sejak sore itu. Di sebuah sudut di gudang yang sepi milik Joe. Sore itu terakhir kali aku bertemu dengan Alexi dan pada akhirnya aku mengetahui kenyataan yang menyakitkan itu. Laki-laki yang selalu aku pikirkan setiap saat nyatanya tidak mengingatku sedikitpun. Entah apa yang terjadi padanya aku pun tidak mengerti. Sudah berapa lama sejak pertemuanku dengannya dulu. Tapi mengapa ia tidak sama sekali mengingatku bahkan temannya masih mengingatku dengan baik.

Aku menegakkan posisi dudukku. Tubuhku terasa kaku dan sakit. Semalaman aku berada ditempat seperti ini tanpa seorangpun mengetahuinya. Yang lebih buruk dari ini tak seorangpun memperdulikannya. Aku bukan siapapun bagi mereka, hanya orang asing yang bodoh dan tidak tau apapun tentang dunia ini.

"Andai aku bisa kembali.." ucapku lirih membayangkan ketika aku berada dikerajaanku bersama keluargaku.

Aku bangkit berdiri dengan sisa kekuatan yang ada. Mencoba melangkah keluar meninggalkan gudang kotor yang menjadi tempatku tidur malam tadi. Udara sejuk langsung menyambutku saat langkahku terhenti di rerumputan halaman rumah Joe. Matahari bersinar cerah setelah hujan malam tadi.

Aku terus berjalan semakin jauh meninggalkan kediaman Joe dan Luis. Sungguh aku tidak berniat bertemu mereka dulu saat ini. Rasa sakit dihati ini hanya akan membuat pekerjaanku menjadi berantakan. Aku sudah tidak perduli lagi dengan penampilanku saat ini. Mungkin aku lebih seperti gelandangan daripada mantan putri kerajaan.

Langkahku terseret karena lemas. Sejak kemarin aku belum sempat makan apapun. Bahkan aku lebih tidak berselera melihat makanan dan sekarang aku merasa kelaparan. Jalan setapak yang berliku menuju jalan yang lebih besar sudah berada dihadapanku. Aku mengingat jalan itu saat aku melaluinya bersama Aron dan Neal.

Sesampainya aku dijalan beraspal yang lebih lebar mataku memandang kesegala arah mencoba mencari sesuatu yang mungkin bisa mengingatkanku pada jalan kembali pulang. Aku berniat kembali kerumah Fredella tapi apa yang aku ketahui tentang jalan yang rumit seperti ini menuju kesana. Aku hampir putus asa jika saja aku tidak melihat seseorang yang kukenali.

Dari kejauhan aku melihat seseorang seperti Neal bersandar disebuah mobil yang aku ingat adalah mobil miliknya. Betapa aku merasa lega mengetahui ada yang bisa aku andalkan disini. Dengan langkah terburu-buru aku berjalan menuju kearah Neal yang sibuk menatap kearah benda kecil ditangannya.

Mobil Neal berada di seberang jalan sedikit jauh dari jangkauanku. Setelah melewati jalan kecil aku berbelok ke arah kiri melewati satu blok menuju mobil Neal yang terparkir didepan sebuah toko. Aku berharap ia tidak pergi sebelum aku sampai karena hanya dia yang mampu aku andalkan saat ini.

"Neal!" Teriakku setelah aku berada beberapa meter darinya. Namun sepertinya suaraku tidak cukup besar untuk menjangkaunya.

Aku terus berjalan melewati jalan kecil yang lurus menuju kearah Neal yang masih bergeming. Tapi tiba-tiba perasaanku mengatakan ada hal yang tidak baik disini. Aku memperlambat langkahku dan bersikap lebih waspada pada sekelilingku.

Langkahku terhenti saat dua orang laki-laki menutup jalanku. Mereka tersenyum dengan ekspresi aneh kearahku. Seketika itu aku merasa tubuhku berubah pucat dan kedinginan. Mereka terus menatapku sambil melangkah semakin mendekat. Tinggal beberapa meter lagi aku sampai pada Neal. Seandainya mereka melakukan hal-hal yang tidak baik, aku harap teriakanku mampu terdengar oleh Neal.

"Hai manis." Salah satu laki-laki bertubuh kekar tersenyum padaku. Tubuhnya tidak cukup tinggi dengan rambut kemerahan bergelombang. Matanya bermain-main denganku membuatku ingin sekali melemparnya dengan sepatu.

"Jangan takut kami hanya ingin membantu. Sepertinya kau orang baru disini ya?" Kali ini laki-laki lain menyahut. Ia tampak lebih keren dari temannya. Tubuhnya tinggi dan atletis. Rambutnya coklat gelap dan lurus. Terutama senyum manisnya dengan mata tajam dan alis tebal.

Aku mengangguk lemah. Seperti ada yang lucu mereka berdua tertawa begitu geli saat menatap wajahku. Aku mundur selangkah demi selangkah mulai merasa tidak nyaman dengan mereka. Tapi seperti menyadari pergerakkanku mereka ikut melangkah maju setiap kali aku mengambil langkah mundur.

"Aku tidak butuh bantuan." Ucapku lantang berusaha menghilangkan ketakutanku.

"Kau tidak butuh bantuan?" Ulang laki-laki berambut lurus. "Tapi kami membutuhkanmu."

Ia melangkah maju semakin cepat hingga tiba-tiba ia sudah berada di sampingku. Tangannya terulur dan menggapai lenganku. Ia menggengam lenganku kuat hingga aku tersentak karena kaget. Hampir saja aku berteriak namun ketika aku sadar tangannya yang bebas itu sudah membekap mulutku kuat-kuat.

Sekuat tenaga aku meronta berusaha melepaskan diri dari laki-laki itu. Tenaganya begitu kuat hingga tangan dan wajahku terasa sakit. Aku tidak sanggup melawan dan jeritanku terbenam dalam bekapan tangannya.

"Ssstt... jangan ribut. Tenang saja kau aman bersamaku." Bisiknya.

Aku meronta lagi. "Kau keras kepala sekali gadis cantik." Laki-laki itu mempererat pelukannya ditubuhku hingga aku tidak bisa bergerak sama sekali.

Aku mulai merasa sesak karena sulitnya bernafas. Tenagaku habis karena terus berusaha melawan. Tapi semakin aku bergerak semakin kuat laki-laki itu memelukku sambil menyeringai. Seperti tontonan yang lucu temannya tertawa terpingkal-pingkal dihadapanku.

"Mau kita apakan dia?" Tanya laki-laki berambut bergelombang.

"Beri dia sedikit kode dari sini."

Aku tidak lagi melawan malah lebih berpusat pada apa yang laki-laki itu lakukan. Ia memutar tubuhnya membelakangiku lalu mulai berjalan. Langkahnya santai menuju kearah Neal yang masih sibuk dengan benda kecil di tangannya.

Tiba-tiba laki-laki itu berteriak. "Neal!" Suaranya menggema hampir memenuhi sudut jalan kecil hingga terdengar oleh Neal.

Neal seketika itu mengangkat kepalanya menatap lurus kearah laki-laki yang berteriak memanggil namanya. Aku dapat melihat kekagetan dimata Neal dan ekspresinya berubah kaku. Terlihat jelas emosi diwajahnya ketika tatapannya beradu denganku yang tak bisa bergerak dalam bekapan laki-laki yang sepertinya ia kenal juga.

"Sudah lama kita tidak bertemu Neal." Ucap laki-laki berambut bergelombang itu lagi. "Sampai kau punya teman secantik ini tidak memperkenalkannya dengan kami? Kau curang sekali!"

Neal melangkah maju. Matanya tajam menghujam kearahku dan kedua laki-laki itu. Aku yakin Neal sedang berusaha keras menahan emosinya tapi ekspresi wajah dan gestur tubuhnya tidak terlihat demikian.

"Apa maumu?" Neal berhenti tepat dihadapan laki-laki itu.

"Hanya ingin menyapa teman lama." Laki-laki itu menyeringai. "Siapa si cantik ini? Kekasihmu?"

"Lepaskan dia. Dia bukan siapa-siapa." Jawab Neal membuatku terbelalak.

"Apa maksud Neal dengan aku bukan siapa-siapa? Dia tidak berniat menolongku?" Perasaanku mulai panik. Jika Neal tidak memperdulikanku sama sekali maka ini bisa jadi akhir hidupku di dunia manusia.

"Wow! Benarkah? Kalau begitu kau tidak keberatan bukan jika gadis cantik ini untukku saja?"

Aku meronta lagi saat laki-laki yang membekapku membelai pipi dan lenganku yang tak tertutup pakaian. Seketika itu Neal membentak membuatku dan kedua laki-laki itu terkejut. Satu hal yang aku lihat Neal sudah memukul laki-laki yang berada dekat dengannya hingga jatuh. Dan aku hanya diam terpana melihatnya.

"Lepaskan dia sekarang!" Bentaknya lagi.

"Kau bilang dia bukan siapa-siapa. Mengapa kau harus semarah itu?"

"Itu bukan urusanmu!"

Laki-laki itu menyeringai. "Kau lucu sekali Neal. Egois sekali kau mau memiliki semuanya. Aku jadi penasaran dengan gadis ini."

Aku merasa bekapan tangan di wajahku mulai mengendur. Sekuat tenaga aku meronta berusaha melepaskan wajahku dari tangannya. Aku gigit jari-jarinya hingga ia mejerit.

"Neal! Lepaskan dia dariku!" Teriakku sekencang-kencangnya.

Finding Love ( New Year Eve-Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang