🍁🍃 Alexi 🍃🍁Aku bersama teman-temanku menghabiskan malam dengan pergi ke pusat kota. Keramaian dan hiruk pikuk dunia malam kota ini sangat menggiurkan. Aku jarang sekali datang ke pusat kota terutama malam hari.
Bersama Neal, Eezar, Elysia dan Hara, kami akan menghabiskan waktu sampai pagi di sini. Tidak sesuai rencana awal memang tapi cukup menyenangkan bagi awal malam panjangku bersama mereka. Aku memang sengaja tidak mengajak Cristine karena aku ingin bebas bersama teman-temanku tanpa gangguan dan rengekannya disampingku.
Yang tidak masuk dalam hitungan adalah keberadaan Hara. Entah kenapa aku merasa tidak asing dengannya. Walau hanya beberapa kali aku bertemu dengannya, tapi sepertinya aku sudah lama mengenalnya. Selain itu seperti banyak rahasia antaraku dengan gadis cantik itu.
"Hara.." panggilku padanya. Gadis itu menoleh. "Apa kau tidak masalah malam-malam seperti ini berada diluar? Maksudku tidakkah kau memberi kabar dulu pada ayah dan ibumu atau bagaimana?"
"Alexi.. kenapa kau tidak juga mengerti." Hara menatapku. Jelas sekali dimatanya terlihat kesedihan dan kekecewaan.
"Apa maksudmu?"
"Kau. Aku tidak mengerti apa yang sudah terjadi beberapa tahun ini denganmu. Tapi.. tapi tidakkah kau ingat sedikitpun tentangku? Tentang apapun yang sudah terjadi di antara kita?" Suaranya seperti sebuah jeritan yang tertahan. Aku mengerti ia tidak ingin menarik perhatian orang-orang disekelilingnya.
Mataku berkeliling mencari keberadaan yang lainnya. Mereka cukup jauh tapi masih dapat terjangkau olehku. Mungkin ini bukan saat yang tepat untuk mencari tau tentang gadis ini. Tapi aku benar-benar penasaran tentang masa lalu yang tidak juga kuingat.
Aku menunduk menatapnya dikedua matanya yang jernih. "Jelaskan. Apa yang aku tidak ingat itu?"
"Kalau begitu jelaskan dulu padaku apa yang terjadi padamu?" Ada nada amarah dalam kata-katanya. Aku tidak mengerti mengapa ia begitu berubah dalam sekejap.
Kami terus berjalan tanpa berhenti dan hanya mengikuti arah langkah yang lain. Aku tidak berniat untuk menikmati malam ini dengan berbelanja atau apapun. Aku hanya tertarik pada satu hal, mengerti siapa Hara dan apa hubungannya denganku.
"Aku tidak berubah. Dan yang aku ingat aku tidak pernah menderita sakit kepala ataupun gangguan otak. Sungguh." Jawabku berusaha terdengar meyakinkan.
"Tidak mungkin. Bahkan kau ingat teman-temanmu tapi kenapa kau melupakanku?" Hara seketika itu berhenti berbalik menatapku dengan tatapan tajam yang menusuk.
"Aku tidak tau!" Tanpa aku sadari suaraku meninggi. "Katakan saja apa hubunganmu denganku dan apa yang terjadi antara kita dan apa yang terlupakan dari itu. Sudah!"
Hara terdiam. Aku melihatnya bergeming menatapku dengan ekspresi pucat. Sesaat kemudian aku benar-benar menyesali sikapku. Entah kenapa aku merasa mulai sering terbawa emosi sejak bersama Cristine dan pekerjaanku yang tidak ada habisnya.
"Kau.. beraninya kau membentakku seperti itu?" Hara melangkah mundur.
Tubuhnya bergetar. Aku benci saat seperti ini terutama melihat seorang gadis menangis dihadapanku. Aku melangkah maju tapi setiap aku mengambil langkah Hara pun mengambil langkah mundur yang sama.
Aku mempercepat langkahku. Kutarik tangannya agar tidak semakin menjauh. Ini terlihat bodoh tapi aku benar-benar menyesal sudah melakukan hal ini padanya. Ia tampak pucat dan gemetaran.
"Maafkan aku." Ucapku tanpa melepaskan tangannya. Ia membeku tidak memberikan jawaban apapun. "Hara.. aku tidak tau beberapa waktu ini aku merasa mudah emosi. Aku minta maaf. Tidak seharusnya aku bersikap kasar padamu."
Aku merasakan usahanya menarik tangannya dari genggamanku. "Lepaskan Alexi." Suaranya bergetar dan yang lebih buruk dari itu aku membuatnya menangis.
"Kumohon jangan menangis." Bisikku padanya. Kutarik ia lebih dekat hingga aku dapat mencium aroma tubuhnya yang manis. Dan lagi-lagi aku tidak asing dengan keadaan seperti ini.
Aku mengulurkan tanganku mencoba menghapus air matanya yang menetes. Aku melihatnya memalingkan wajah berusaha menutupinya dariku.
Dibawah sinar lampu yang redup kami berdiri berhadapan. Ia menolak menatapku dan terus tertunduk dengan tetesan air mata yang jatuh satu persatu. Ku usap pipinya yang basah oleh air mata. Entah sejak kapan tapi aku mulai tidak memperdulikan sekelilingku. Tak seorangpun selain aku dan dia dihadapanku.
"Hara.. aku mohon jangan menangis lagi."
"Aku menyesal telah mengambil keputusan ini. Seharusnya aku tidak disini. Tidak denganmu."
"Kenapa? Apa yang terjadi sebenarnya?" Terlalu banyak hal yang ingin kutanyakan padanya. Karena setiap kali aku bertanya tentang Hara pada Neal dan Eezar, mereka seperti enggan menjelaskan dan lebih memaksaku untuk bertanya langsung pada Hara.
"Apa kau akan percaya? Tentang semua yang aku katakan nanti?" Hara menatapku.
Aku mengangguk membelai pipinya yang terasa begitu halus dipunggung tanganku. "Ceritakan."
"Hari itu, saat kerajaanku diambang kehancuran kau ada disana. Lewat sebuah jalan rahasia yang aku buka untuk kalian. Kau bersama Neal dan Eezar membantuku merebut kembali kekuasaan kerajaanku. Disana kita bertemu, disana kita saling mengenal dan disana kau juga.."
"Aku juga apa?" Hara tampak ragu. Kugenggam tangannya erat berusaha menguatkan dan meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lakukan adalah benar.
"Entahlah Alexi. Aku tidak bisa menjelaskannya. Itu hanya sebuah perasaan yang tidak aku yakin ada."
"Perasaan seperti apa? Apa kita pernah membuat suatu komitmen?" Aku masih belum benar-benar mengerti dengan apa yang terjadi.
"Kau Alexi. Kau yang berjanji padaku untuk tidak akan melupakanku. Tapi nyatanya sekarang?" Hara menyentak tangannya hingga genggamanku terlepas.
"Aku bersumpah dihadapanmu Hara. Aku tidak ingat apapun. Aku tidak tau tentang kerajaanmu atau perebutan kekuasaan apapun itu aku tidak ingat. Berhentilah menyalahkanku seperti aku mengkhianatimu Hara."
"Oh Tuhan!" Jeritnya frustasi. Ia kembali menangis dan isak tangisnya semakin kencang membuat beberapa orang disekeliling kami memperhatikan.
Kutarik ia mendekat dan ku peluk ia erat. Entah apa yang meracuniku hingga aku berani melakukan itu. Tapi sungguh aku melupakan dimana aku berada dan dengan siapa aku berada. Yang aku tau hanyalah aku tidak ingin melihat gadis cantik itu menangis lagi.
Kurasakan tubuhnya bergetar karena isak tangisnya. Perasaan seperti menusuk didalam dadaku begitu menyesakkan saat tangisnya semakin menjadi dalam pelukku.
"Ku mohon Hara bantu aku mengingat semua. Bantu aku mengingatmu lagi." Bisikku di telinganya.
"Benarkah?" Keraguan dihati gadis itu begitu nyata.
"Iya. Entah apa yang terjadi padaku. Entah karena apa aku bisa melupakanmu. Aku ingin mengingatmu lagi. Sama seperti dulu." Ku usap pucuk kepalanya. Hara masih dalam pelukanku walau ia sudah tidak lagi menangis. "Dan jangan sesali apapun. Termasuk keputusanmu berada disini."
Hara mengangguk lemah. Aku baru saja menyadari dimana aku berada sekarang. Seperti runtuhnya dinding penyekat antara kami dengan orang-orang disekeliling. Tiba-tiba aku merasa malu sudah berani melakukan hal ini didepan umum. Tapi seketika perasaan itu menghilang saat kulihat senyum manis diwajahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/67234670-288-k413897.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love ( New Year Eve-Part II)
RomansaKeputusan yang berat bagiku untuk memilih satu diantara dua hal yang aku cintai. Tapi disetiap malam-malamku tak tenang saat bayang wajahnya tak juga hilang. Terutama tanda manis dibibirku saat terakhir bersamanya. Aku hanya ingin dia tau bahwa ia j...