Chapter 33

18 1 0
                                    


🌸🍃 Hara 🍃🌸

Mataku tertutup saat aku merasakan mobil yang dikendarai oleh Aron berhenti. Perlahan aku membuka mata dan mencuri pandang kearah kursi dibelakang kemudi. Aku tidak mendapati apapun selain kursi yang kosong.

Aku menegakkan posisi dudukku. Memastikan lagi bahwa aku tidak sedang bermimpi. Tapi Aron memang tidak berada di kursinya. Sesaat kemudian pintu disampingku terbuka. Aku tersentak saat Aron mengulurkan tangannya padaku.

Aku mengangkat kepalaku menatapnya. Perlahan turun pada tangannya yang terulur tanpa mengucapkan kata-kata apapun. Tanpa memperdulikan Aron aku keluar dari mobil dengan mudah.

Kami sudah sampai entah sudah berapa lama perjalanan kami tadi. Didominasi oleh kediaman diantara kami. Aku benar-benar tidak berniat bicara apapun dengan Aron. Karenanya aku merasa hampir mati karena tegang. Dan karenanya juga suasana hatiku berubah menjadi buruk.

"Hara." Aron menahan tanganku saat aku melangkah masuk. "Maafkan aku soal tadi."

Aku meliriknya sekilas lalu kembali berpaling. "Aku lelah. Aku ingin istirahat."

Aku menarik tanganku memaksanya melepaskan genggamannya. Aku tidak menoleh lagi kebelakang dan tidak juga mengatakan apapun. Setelah aku sampai didalam rumah Fredella dan menutup pintu rapat-rapat, aku baru bisa menarik nafas dalam-dalam.

Aku bergeming hingga samar-samar aku mendengar suara mobil milik Aron melaju dan kian menghilang. Aku berbalik mengintip dari celah pintu dan mendapati pekarangan kosong di luar sana. Laki-laki itu mempermainkan perasaanku seperti yang lainnya. Dan seperti aku tidak pernah belajar dengan apa yang sudah terjadi dan berulang padaku.

"Kau bodoh atau apa Hara!" Makiku pada diri sendiri.

"Kau sudah kembali." Suara wanita tua yang aku kenal menyadarkanku.

Aku memutar tubuhku menghadapnya. "Hai Fredella." Sapaku. "Aku membawakanmu sesuatu. Semoga kau menyukainya." Ucapku dengan senyum tulus. Menyembunyikan perasaanku yang sebenarnya.

Aku melangkah masuk diikuti Fredella tak jauh dariku. Kuletakkan barang-barang di atas meja lalu menatap wanita tua itu dengan wajah lebih ceria.

"Bagaimana perjalananmu? Di mana Aron? Mengapa dia tidak masuk dulu?" Fredella membombardirku dengan pertanyaan.

"Dia sibuk. Dan mungkin lelah." Aku tidak berniat membicarakan laki-laki itu saat ini. Sikapnya padaku selama perjalanan pulang itu sudah membuat perasaanku berubah buruk.

"Sayang sekali. Padahal aku berniat menitipkan sesuatu untuk Clara." Fredella menarik kursi dan duduk perlahan. "Pasti liburan kalian menyenangkan sekali ya?"

Aku mengangguk lemah. "Fredella, bolehkah aku pergi kekamarku? Aku lelah sekali. Butuh istirahat."

"Tentu nak. Aku akan membangunkanmu saat makan malam."

Aku membawa semua barang-barangku. Beberapa tas berisi pakaian dan barang-barang yang aku beli selama diperjalanan. Aku melangkah gontai menuju kamarku. Sebuah ruangan yang begitu terlihat nyaman dan sangat aku rindukan.

Kulemparkan semua barang-barangku kesembarang tempat. Aku tidak memperdulikan bagaimana keadaan kamarku yang berantakan. Kubanting tubuhku keatas tempat tidurku yang empuk dan nyaman. Kubenamkan wajahku di bantal sambil menenangkan diriku yang mulai kalut.

Aku berguling menatap lurus kearah langit-langit kamar yang tinggi. Pikiranku melayang entah kemana. Aku sendiri tidak yakin dengan apa yang sedang aku pikirkan. Tapi perasaanku saat ini jauh lebih baik.

Aku berusaha memejamkan mataku yang terasa lelah. Selama perjalanan pulang aku benar-benar kurang beristirahat hingga mataku berubah kehitaman. Terlebih lagi karena cara Aron mengendarai mobil yang berubah seperti orang gila mengamuk di jalan raya.

Beberapa saat aku sudah terlelap dalam tidurku. Dan untuk yang kesekian kalinya aku bermimpi. Entah kenapa tapi aku selalu bermimpi setiap kali aku tertidur.

Aku berjalan di sebuah lahan kosong yang penuh dengan ilalang. Sejauh mataku memandang tidak ada apapun selain hamparan luas hingga ujung. Aku terus berjalan tak perduli kemanapun. Hingga aku tiba pada sebuah bangunan mirip kastil tua yang berumur ratusan tahun.

Aku mendekatinya hingga berada di ambang pintu gerbangnya. Tidak ada siapapun. Suasana kastil begitu sepi dan seram. Aku memberanikan diri memasuki kastil. Dan nyatanya keadaan didalam kastil begitu indah. Warna warni dinding dan lantai marmernya begitu menyilaukan mataku. Lampu-lampu menggantung dengan indah dan cantik.

"Inikah istanaku?" Ucapku tanpa sadar. Aku benar-benar merindukan rumah.

Aku melangkah lagi hingga kesebuah tangga menuju lantai atas. Tapi tiba-tiba saat aku sudah mencapai tangga paling atas apa yang aku lihat berubah seketika. Beberapa orang berkerumun di sebuah kamar berukuran besar.

Di sudut kamar itu sebuah tempat tidur besar dengan seseorang terbaring tak berdaya. Aku menebak siapa orang itu dan apa yang terjadi padanya hingga semua orang menatap dan berkumpul di sekelilingnya.

Aku berusaha mendekat mencari celah untuk melihat kearah tempat tidur itu. Mataku terbelalak disaat mataku menangkap siluet wajah seorang yang aku kenali. Aku memaksa diriku mendekat berdiri tepat disampingnya menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

Aku jatuh bersimpuh membekap mulutku yang tiba-tiba mengering. Nafasku tersengal menahan tangis. Ini tidak mungkin terjadi dan aku tidak ingin membayangkannya sama sekali.

Seorang laki-laki tua yang tak berdaya dan disampingnya seorang wanita yang tak jauh usianya. Aku menjerit saat mengetahui mereka sudah tak bernyawa. Kedua orang itu, sepasang suami istri itu, Ayah dan Ibuku. Terbaring kaku dan tak bernyawa.

Aku menjerit memanggil mereka lagi dan lagi. Tapi tidak ada jawaban apapun. Bahkan orang-orang disekelilingku seketika menghilang entah kemana. Aku tidak perduli, karena yang aku inginkan hanya mereka. Orang yang aku kasihi berada dipelukanku dengan kehangatan.

"Harusnya kau kembali." Seseorang berbisik.

Aku membuka mata karena kaget. Kini aku berada di sebuah lorong panjang yang buram. Tidak ada siapapun, tidak ada orangtuaku tidak ada orang-orang yang berkerumun. Aku sendirian.

"Harusnya kau kembali." Suara itu kembali terdengar.

"Siapa itu?" Aku memandang berkeliling tapi tetap tidak menemukan apapun.

Aku melangkah perlahan menyusuri lorong panjang yang buram. Tidak ada apapun tidak ada siapapun. Aku seperti melewati lorong waktu yang hanya aku didalamnya.

"Kembalilah." Suara itu kembali terdengar dan kali ini lebih jelas dan keras.

Aku berbalik merasakan seseorang mengikutiku dari belakang. "Kau?"

Mataku terbelalak. Seseorang berdiri dihadapanku dengan raut wajah memohon. Aku mengenalinya bahkan sangat mengenalnya. Siluet wajahnya yang tegas, mata biru dan rambut keemasan. Seseorang yang sempat aku harapkan dan seringkali pula menyakiti hatiku. Seseorang yang selalu hadir dalam hati, pikiran dan mimpiku.

"Kau menyuruhku kembali? Kembali kepada siapa?" Aku menatapnya tak berkedip. Sungguh aku lebih takut tiba-tiba ia menghilang dan aku kembali sendiri.

"Kembalilah. Itu jauh lebih baik." Laki-laki itu melangkah mendekat. Semakin dekat denganku dan sesaat kemudian tangannya terulur padaku. "Kembalilah.."

Tangannya yang kekar itu menyentuhku. Aku benar-benar dapat merasakannya dengan sadar. Rasa hangat menjalar didalam diriku saat kulitnya bersentuhan denganku. Tatapanku beralih pada jari-jarinya yang menggenggam sesuatu.

Tatapanku beralih padanya. "Apa yang ditanganmu?"

Setelahnya ia menarik tangannya yang menggenggam sesuatu itu. Perlahan membuka tangannya. Aku tertegun melihat sebuah liontin yang aku kenali. Sebuah liontin yang dahulu sempat kuberikan padanya. Liontin yang ia gunakan sebagai kunci membuka jalan menuju kerajaanku.

"Kau masih menyimpannya? Tidak. Kau mengambilnya dariku." Aku menatapnya tidak percaya. "Apa yang kau inginkan?"

"Kembalilah pada keluargamu."

Aku menatapnya tepat ke kedua bola matanya yang kebiruan. Mencoba mencari sesuatu yang mungkin tersembunyi didalamnya. Sesuatu yang mungkin tidak bisa ia katakan. Tapi tidak ada. Tidak ada apapun selain kejujuran dari perkataannya.

"Alexi, seperti itukah kau tak menginginkanku?" Bisikku dalam perasaan penuh kekecewaan.

Finding Love ( New Year Eve-Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang