🌸🍃 Hara 🍃🌸Aku terdiam di atas tempat tidurku di rumah Fredella. Melipat kedua kakiku hingga bersila. Kedua tanganku menopang dagu seperti kepalaku tidak mampu aku tegakkan lagi.
Sudah lewat waktu makan malam. Aku dan Fredella sudah menghabiskan waktu makan malam bersama beberapa jam yang lalu. Seperti biasa aku menghabiskan sisa malam dengan berdiam diri di kamar jika tidak ada hal menarik yang ingin aku lakukan.
Pikiranku melayang kebeberapa waktu lalu. Lagi dan lagi saat kesendirianku seperti ini selalu mengingatkanku pada seseorang yang tidak pernah bisa pergi dari pikiranku. Seseorang yang sudah berkali-kali menyakiti hatiku menghancurkannya hingga berkeping-keping, tapi mampu menyatukannya kembali dalam sekejap.
"Alexi.. apa yang ia lakukan sekarang?"
Aku memejamkan mataku membayangkan siluet wajah dan dirinya. Ada rasa hangat yang seperti memelukku saat aku membayangkannya. Betapa aku menginginkannya tapi aku tidak sanggup mengatakannya.
Wwwuuuuussssshhhhhhh...........
Aku tersentak. Seketika bangkit dan mengedarkan pandanganku keseluruh sisi ruangan. Seperti angin kencang yang memaksa masuk melewati celah kecil dijendela. Begitu ribut dan mengagetkan.
Aku melangkah mendekati jendela kamar yang mengarah ke sebuah kebun milik Fredella. Keadaan diluar sudah sangat gelap dan sepi. Tidak ada seorangpun yang terlihat dijalan yang dingin itu.
Beberapa saat aku masih memandangi gelapnya malam. Hingga aku kembali berbalik menuju tempat tidurku. Sambil menghela nafas berat aku mencapai tempat tidurku dan angin itu berhembus lagi.
"Apa itu sebenarnya?" Gumamku. Aku kembali mengedarkan pandanganku tapi tidak menemukan apapun.
Aku kembali berbalik hendak menghadap jendela. Seketika itu mataku terbelalak saat arah pandangku tepat menuju jendela kamar. Jendela kaca itu terbuka dan beberapa sisinya tampak retak hampir-hampir membuat kacanya pecah.
Tenggorokanku terasa begitu kering. Lidahku kaku tak mampu mengeluarkan suara apalagi berteriak. Tapi setelah aku pikir baik-baik aku juga tidak mungkin berteriak di tengah malam seperti ini.
Tubuhku membeku menatap lurus kearah jendela. Aku tidak mempercayai penglihatanku sendiri. Hingga aku merasa aku sedang berhalusinasi.
"Apa aku sedang bermimpi?" Pikirku.
Tanpa aku sadari sekelilingku berubah hangat. Angin dingin yang berasal dari luar jendela tak lagi terasa. Walau suhu kamarku sudah kembali normal tapi tubuhku masih juga tidak bisa bergerak hingga aku mendengar sebuah bisikan.
"Aku merindukanmu." Suara yang begitu berat. Suara yang begitu menenangkan dan juga aku rindukan.
Aku masih tidak bisa bergerak. Bahkan aku tidak bisa berpikir sama sekali. Akankah aku bermimpi? Akankah ini hanya menjadi sebuah halusinasi? Akankah jika aku membuka mata semuanya akan hilang?
Aku melingkarkan kedua tanganku yang terasa berat dan kaku. Merasakan kehangatannya di tubuhku. Mencium aroma khas yang aku rindukan. Aku ingin menjerit dengan keras memohon agar ini bukanlah mimpi. Aku memeluknya erat.
"Adlan... aku.. ak.." aku tak mampu mengatakannya. Tangisku pecah saat ia memelukku mengusap lembut punggungku.
"Aku merindukanmu, Putri kecil." Ucapnya lagi dan aku tidak mampu menahannya lagi. Aku menangis dalam peluknya.
Aku menangis seperti aku bisa menumpahkan segala rasa yang ada dalam hatiku. Aku menjerit seperti dengan itu semua aku mampu menenangkan kegalauanku. Aku tidak perduli walaupun saat ini tiba-tiba Fredella membuka pintu dan melihatnya. Aku benar-benar tidak perduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love ( New Year Eve-Part II)
RomansaKeputusan yang berat bagiku untuk memilih satu diantara dua hal yang aku cintai. Tapi disetiap malam-malamku tak tenang saat bayang wajahnya tak juga hilang. Terutama tanda manis dibibirku saat terakhir bersamanya. Aku hanya ingin dia tau bahwa ia j...