Chapter 6

36 2 0
                                    


🌸🍃 Hara 🍃🌸

"Hara!" Panggil Elysia saat langkahnya mencapai tangga. "Kita kekamarku saja."

Aku melangkah mengikutinya dari belakang. Setelah kepergian Aron yang meninggalkanku disini bersama Elysia, gadis itu mengajakku menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya. Sebuah tangga membawaku ke sebuah tempat yang lebih luas. Beberapa ruangan berjajar dan tampak seperti kamar-kamar.

Elysia melangkah menuju sebuah ruangan yang berada di sisi kanan. Sebuah tulisan yang tergantung di depan pintu bertuliskan namanya. Senyumnya merekah saat ia menoleh kearahku sambil membuka pintu kamarnya.

"Masuklah.." ucapnya.

Aku melangkah masuk. Kini dihadapanku sebuah ruangan yang cukup besar untuk ukuran kamar seorang gadis seperti Elysia. Sebuah tempat tidur ukuran besar berada ditengah ruangan. Di sisi kanan terdapat lemari baju dan jendela yang menghadap ke jalan raya. Sedangkan di sisi kiri tumpukkan buku-buku dan sebuah ruangan yang aku pikir sebuah kamar mandi.

"Jangan malu-malu Hara." Elysia menarik tanganku membimbingku kearah ranjangnya. "Ceritakan padaku bagaimana kau bisa tinggal bersama Fredella?"

"Aku tersesat. Aku sedang mencari seseorang." Aku menatap Elysia yang terlihat murung ketika mendengar ceritaku.

"Kasihan sekali kau. Bagaimana dengan keluargamu? Apa mereka tau kau pergi mencari seseorang disini?"

"Tidak. Aku pergi tanpa pamit." Ada rasa sakit dihatiku saat aku mengatakan hal itu untuk yang kesekian kalinya.

Tiba-tiba aku teringat pada apa yang ingin aku ketahui tentang seseorang bernama Neal. Dalam hatiku aku berharap Neal adalah orang yang sama dengan yang aku maksud itu. Tapi sebagian dari diriku takut bahwa Elysia akan mempertanyakan bagaimana aku mengenal Neal dan bagaimana aku harus menjelaskannya.

Elysia memperhatikanku seperti ia menyadari perubahan hatiku dan kediamanku. Perlahan ia menyentuh pundakku dan tersenyum. Senyumnya sangat menenangkan membuatku sulit untuk tidak membalasnya.

"Ada apa Hara?" Elysia merangkulku lembut.

"Aku tadi mendengar tentang seseorang bernama Neal." Ucapku pada akhirnya. "Apa itu kekasihmu?"

Wajah Elysia bersemu merah. "Iya. Aku sudah bersamanya hampir lima tahun ini. Mungkin nanti dia akan datang. Aku akan memperkenalkannya denganmu."

Aku hanya diam tidak memberikan komentar apapun. Kini masalahnya adalah bagaimana aku bersikap di depan Neal? Apa ia masih ingat padaku?

"Oh ya, aku penasaran dengan seseorang yang kau cari itu? Siapa dia?"

"Namanya Alexi." Jawabku mantap. "Dia temanku. Aku hanya berniat mengunjunginya. Tapi sayangnya aku tidak tau alamat rumahnya."

Aku melihat perubahan ekspresi diwajah Elysia. Gadis itu terlihat bingung sama seperti ekspresi wajah Fredella saat pertama kali aku mengatakannya. Elysia menatap kosong kearahku. Seakan pikirannya melambung entah kemana.

Tiba-tiba aku mendengar ketukan pintu yang lembut. Sesaat aku melirik kearah pintu lalu beralih pada Elysia. Gadis itu mengerjap seperti berusaha mengembalikan pikirannya yang sempat melantur. Ia menatapku dan ekspresinya terlihat kaget.

"Itu pasti Neal!" Ucap Elysia setengah berteriak.

Secepat kilat gadis muda itu melompat turun dari tempat tidurnya. Ia berlari menuju pintu. Sesaat aku melihatnya terdiam sibuk merapihkan rambut dan bajunya yang terlihat sedikit berantakan. Kemudian ia meraih gagang pintu dan membukanya.

Seorang laki-laki berdiri di ambang pintu menghadap kearah Elysia. Laki-laki itu terlihat tersenyum manis dan pandangannya tidak lepas menatap gadis cantik dihadapannya. Sepasang manusia itu terdiam dalam tatapan yang menghanyutkan.

Laki-laki itu kemudian menunduk mensejajarkan wajahnya dengan Elysia. "Selamat siang gadis berry ku." Aku mendengar laki-laki itu berisik.

"Selamat siang juga Neal." Elysia kemudian berjinjit berusaha untuk dapat berdiri lebih tinggi dari laki-laki bernama Neal. "Senang kau datang." Elysia mendaratkan satu ciuman di pipi Neal.

"Sedang apa kau?" Neal menegakkan kembali tubuhnya. Tanpa aku sadari tatapannya sudah tertuju kearahku yang sedang duduk di atas tempat tidur Elysia.

Aku tidak berniat melakukan apapun selain menunduk karena tidak mampu membalas tatapan kaget Neal. Seketika itu aku merasa detak jantungku semakin cepat dan rasa gugup menyerangku seketika. Aku tidak dapat membayangkan tanggapan Neal saat ia menyadari kehadiranku disini sejak tadi.

"Neal, perkenalkan ini Hara." Ucap Elysia dengan mudahnya.

Aku membeku ditempatku. Aku tidak mampu bergerak apalagi berdiri dan berjalan menghampiri mereka. Seperti hujaman yang tajam Neal terus menatapku tak berkedip. Aku meyakini bahwa laki-laki itu masih mengenaliku dan mungkin mengingatku dengan baik.

"Kemarilah Hara." Panggil Elysia.

"Ini buruk. Lebih buruk dari yang aku bayangkan. Bagaimana ini?"

Setelah beberapa saat mencoba untuk menenangkan diri. Aku mulai berdiri. Langkahku perlahan menuju kearah Elysia dan Neal yang juga tak bersuara dan tak bergerak layaknya patung. Ketegangan membuatku merasakan sakit diperutku dan rasanya sangat tidak nyaman.

"Hara, ini Neal. Dan Neal ini Hara. Dia tinggal bersama Fredella sekarang." Elysia memperkenalkan kami.

Aku berusaha tersenyum kearah Neal sambil mengulurkan tangan. "Neal.." Ucapku yang lebih terdengar seperti bisikan.

Neal masih menatapku tak berkedip. Ekspresi wajahnya sangat aneh. Ia melangkah maju membuatku ingin mundur bahkan lari kebelakang. Wajahnya kaku dan ekspresinya membuatku merasa sangat tidak nyaman.

"Hara?" Ucap Neal yang terdengar seperti sebuah pertanyaan yang janggal. "Bagaimana kau mengenalnya, Ely?"

"Aron mengantarnya kemari. Dan.."

"Aron kesini?" Tatapan Neal berubah tajam kearah Elysia.

Elysia tersentak. "Dia hanya mengantar Hara lalu pergi." Jawab Elysia. Suaranya bergetar.

"Berapa kali kukatakan padamu untuk tidak dekat dengannya!" Elysia tersentak begitu juga denganku ketika mendengar suara Neal yang membentak.

"Neal, maafkan aku." Elysia tertunduk. Wajahnya memerah menahan tangisnya yang ingin pecah.

Aku menatap Neal yang masih terlihat emosi. "Aku tidak berniat ikut campur urusan kalian. Tapi bisakah kau kendalikan dirimu? Kau menyakiti hati Ely." Tiba-tiba saja aku sudah bergerak menghadap Neal. Berdiri tepat diantara mereka.

"Aku ingin bicara denganmu." Ucap Neal yang beralih menatapku.

Neal menarik tanganku memaksaku untuk berjalan mengikutinya keluar dari kamar Elysia. Ia membawaku ke sebuah ruang tamu dan mendudukanku di salah satu kursi. Neal berdiri sambil berdecak pinggang menatapku tajam.

"Apa yang kau lakukan disini putri?" Suara Neal terdengar rendah.

"Neal! Kau ingat padaku?" Aku merasa senang Neal masih ingat denganku tapi jika melihat ekspresi wajahnya membuatku merasa sedikit tidak yakin.

"Kau mencari Alexi?"

Aku mengangguk. "Kau tau dimana dia?"

Neal terdiam. Ekspresinya datar menatapku. "Aku tidak tau."

"Kau tidak tau? Bukankah kalian berteman?"

"Tidak." Neal berpaling. "Pulanglah. Keluargamu pasti menunggu."

"Neal..." Bisikku tak percaya. Aku tidak menyangka jika Neal akan berkata seperti itu. Seandainya ia tau keadaanku saat ini.

Neal melangkah keluar ruangan meninggalkanku yang tak bergerak. Ada rasa penyesalan yang tiba-tiba hinggap dihati. Aku merasa keputusanku untuk pergi ke dunia manusia adalah sebuah kesalahan. Dan rasa bersalah ini semakin membuatku menyesal dan sakit hati.

Finding Love ( New Year Eve-Part II)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang