🌸🍃 Hara 🍃🌸
Mataku terpana memandang langit biru yang nampak jauh di atas. Angin yang berhembus memainkan rambutku yang kekuningan. Dedaunan bergoyang mengikuti laju angin yang berhembus.
Ini langkah pertamaku menginjakkan kaki di tanah yang kering. Rerumputan hijau bergerak lembut disela kakiku yang sengaja tak beralas. Jantungku berdebar saat membayangkan langkah-langkahku yang akan aku ambil.
Demi mencari dan menemukan apa yang selama ini tidak pernah luput dari pikiranku, disetiap malam-malamku. Hati ini sudah mantap memilih hal yang mungkin penuh dengan resiko. Tapi demi sebuah jawaban pasti aku memilih resiko itu.
Sebelum akhirnya aku menginjakkan kakiku di dunia ini. Dunia yang terasa sangat asing ini. Banyak hal yang menggangguku dalam mengambil sebuah keputusan. Orang-orang yang aku sayangi yang harus aku tinggalkan demi hal yang belum pasti.
Kadang aku merasa begitu bodoh sudah memilih jalan ini sekarang. Tapi tak ada penyesalan dan tidak boleh ada. Karena kenyataannya penyesalanku akan berakhir sia-sia. Sesulit apapun aku takkan bisa kembali dan aku takkan bisa mundur mulai saat ini.
Aku melangkahkan kakiku menuju sebuah tangga. Beberapa saat aku menoleh kebelakang kesebuah lorong gelap yang baru saja aku lewati. Untuk yang kesekian kalinya aku merasa bimbang. Tapi aku harus meyakinkan diri bahwa aku takkan bisa kembali.
"Ayolah Hara! Ini keputusanmu!" Aku mencoba memantapkan hati ini untuk terus melangkah.
Langkah kakiku semakin jauh menuju jalan beraspal yang cukup sepi. Ada beberapa benda besi yang berlalu lalang. Aku bertambah bingung saat orang-orang yang berada disekelilingku memandangiku dengan tatapan yang aneh.
"Apa yang salah denganku?" Pikirku tak mengerti.
"Apa kau sedang mencari sesuatu?"
Tiba-tiba seseorang menyapaku. Seorang wanita tua dengan rambut sudah beruban menatapku penuh prihatin. Aku merasa tidak enak pada wanita tua itu. Dia tampak kepayahan membawa kantung yang berisi banyak sayuran.
"Aku.. aku tersesat." Ucapku pada akhirnya. Aku sendiri tidak yakin dengan kata-kataku itu.
"Kau tersesat gadis muda?" Wanita tua itu tampak semakin khawatir. "Dari mana asalmu?"
Aku tidak tau harus bicara apa. Tidak mungkin aku mengatakan hal yang sebenarnya pada wanita tua itu. Ia takkan percaya dan aku pun tidak mungkin menjelaskan padanya. Dengan berat hati aku harus menambahkan sedikit kebohongan didalamnya.
"Aku berasal dari negara lain. Jauh dari sini. Aku tidak tau dimana tepatnya." Jawabku dengan senyum.
"Kasihan sekali kau. Ikutlah denganku nak." Wanita tua itu menatapku dengan penuh senyum yang ramah. "Beristirahatlah di rumah kecilku. Diujung jalan sana."
Aku tidak tau bahwa manusia di dunia ini sangat baik. Aku merasa diterima dengan baik dan ini membuatku berfikir untuk tidak menyesali keputusanku. Aku berjalan perlahan sambil membantu membawakan kantung berisi sayuran milik wanita tua itu.
"Aku Fredella dan ini gubuk kecilku." Ucap wanita tua itu sesampainya kami di depan sebuah rumah sederhana.
Aku tersenyum ramah pada wanita tua bernama Fredella. Dia sangat baik padaku. Ia memintaku memasuki rumah kecilnya. Didalam rumah itu terdapat beberapa perkakas yang sudah sangat tua. Rumah itu sepi seperti tidak ada orang lain selain diriku dan Fredella.
Mataku mengamati setiap sisi ruangan. Dari arah masuk rumah, aku disambut oleh sebuah kursi yang membingkai meja tamu di sisi kiri ruangan. Jauh agak dibelakang aku melihat sebuah ruangan yang sedikit gelap. Diruangan itu banyak sekali barang-barang yang aku sendiri tak tau apa namanya apalagi cara kerjanya.
Aku menatap Fredella dengan tatapan bingung. "Kau tinggal sendiri di sini?"
"Oh.. iya. Oh tidak, tidak." Fredella sibuk membereskan belanjaannya di atas meja. "Cucuku dan anakku sering berkunjung. Akan aku perkenalkan kau nanti."
Aku mengangguk. Ada hal yang menarik perhatianku. Sebuah gambar yang terpajang di dinding. Aku yakin itu adalah lukisan keluarga Fredella. Tanpa aku sadari setetes air mataku jatuh.
"Kau merindukan keluargamu nak?" Fredella menyentuhku lembut.
"Tidak apa-apa."
"Istirahatlah dulu." Fredella memelukku. " aku akan menyiapkan makan malam untuk kita."
Aku tersenyum. Fredella menemaniku memasuki salah satu ruang kamar yang kosong. Sebuah kamar dengan ukuran yang lebih kecil dari kamarku sebelumnya. Sebuah tempat tidur barukuran pas denganku dan sebuah lampu tidur diatas meja kecil di sampingnya.
"Kamar ini nyaman sekali. Terima kasih." Ucapku.
"Jangan sungkan jika kau membutuhkan sesuatu." Fredella melangkah keluar kamar diiringi pintu yang tertutup.
♡ ♡ ♡
Ini adalah lanjutan buku New Year Eve dengan tokoh utama Putri Hara. Perjalanannya dimulai dari rumah sederhana di pinggir kota milik Fredella. Enjoy for reading this.
KAMU SEDANG MEMBACA
Finding Love ( New Year Eve-Part II)
RomantizmKeputusan yang berat bagiku untuk memilih satu diantara dua hal yang aku cintai. Tapi disetiap malam-malamku tak tenang saat bayang wajahnya tak juga hilang. Terutama tanda manis dibibirku saat terakhir bersamanya. Aku hanya ingin dia tau bahwa ia j...