Hari ini, gadis itu merasa kesal sekali. Bagaimana tidak, setelah mengetahui dirinya sekelas dengan Rio, sekarang peraturan baru dari wali kelas adalah mengharuskan para siswa dan siswi duduk sebangku. Parahnya lagi, ia dipasangkan dengan Rio-cowok yang menurutnya sok laku karena pacar dan gebetannya di mana-mana.
Belum lagi, sepanjang jam pelajaran sedang berlangsung, cowok itu hanya menggoda dan menjahilinya saja. Ia benar-benar kesal sekali. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan selain diam saja. Menganggap cowok itu tidak ada di sebelahnya dan memerhatikan materi yang sedang Bu Mila-guru biologi-ajarkan.
Sebenarnya, ia juga bukan hanya kesal karena wali kelasnya memasangkan ia dengan Rio untuk duduk bersama. Melainkan, ia juga kesal karena harus pisah kelas dengan kedua temannya-Keira dan Ivy. Pasalnya, sejak SMP sampai kelas sepuluh kemarin, mereka bertiga tidak pernah terpisahkan. Maka dari itu, ia merasa sedih sekali karena kelas sebelasnya ini tidak bersama dengan mereka.
Oiya, nama gadis itu adalah Lisa Arnanta. Nama panggilan yang biasa teman-temannya panggil adalah Lisa. Sebagian besar murid di SMA Angkasa Mirta, mengenalnya sebagai salah satu siswi yang tidak pernah akur dengan Rio. Setiap hari dan setiap ada kesempatan, pasti selalu ribut dan berantem dengan cowok itu.
Awal ceritanya seperti ini. Jadi, saat kelas sepuluh dulu, Rio secara blak-blakan mengatakan kalau dirinya suka dan tertarik dengan Lisa di tengah-tengah lapangan. Parahnya lagi, saat itu sedang ada demo ekstrakurikuler. Sudah pasti, seluruh murid di sekolah sedang berkumpul di sana.
Tentu saja, Lisa sangat malu saat itu. Apalagi, waktu itu mereka juga masih kelas sepuluh yang baru saja resmi menjadi murid di sana selama beberapa bulan. Makanya, Rio langsung saja ia tolak mentah-mentah dan ia hadiahi satu tamparan keras.
Dan setelah kejadian itu, bukan hanya seluruh murid saja yang mengetahui kejadian tersebut, melainkan para guru juga mengetahuinya. Setiap guru-guru yang mengajar di kelasnya sedang mengajar, ia tidak henti-hentinya digoda dengan embel-embel nama Rio. Kebayang dong gimana malunya Lisa saat itu?
Makanya, sekelas dan sebangku dengan cowok itu adalah mimpi terburuk dalam hidupnya.
"Mimpi apa gue semalem bisa sebangku sama bidadari gini," sahut Rio seraya menopang dagu menggunakan kedua tangannya. Menatap wajah Lisa dengan tatapan berbinar, seolah-olah di sebelahnya itu memang ada seorang bidadari cantik.
Lisa tetap diam. Tidak minat sama sekali untuk melirik apalagi merespon omongan cowok itu.
"Lisa yang cantik, manis, imut, unyu-unyu, permaisuriku, ngomong dong jangan diem aja. Hati gue sedih banget dicuekin kaya gini. Ayolah, tatap wajah gue yang ganteng ini sekali aja," Rio menundukkan kepalanya dan menatap wajah Lisa dengan tampang sedih yang dibuat-buat.
Saat itu juga, Lisa pun menoleh dan menatap wajah Rio ditambah dengan senyumnya yang begitu manis. Ah, hati Rio bergetar melihatnya. Namun, tiba-tiba...
Plak!
Satu buku modul biologi yang tebalnya melebihi dua ratus halaman pun mendarat dengan sangat mulus di wajahnya yang tampan. Rio pun langsung meringis kesakitan seraya menatap suasana kelas yang mendadak hening. Bahkan, Bu Mila saja sampai berhenti menjelaskan materi karenanya.
"Mampus lo. Makan tuh ganteng," cetus Lisa sambil tersenyum penuh kemenangan saat apa yang sedari tadi ingin ia lakukan, berjalan dengan lancar.
"Lis, kok lo jahat banget sih sama gue," sahut Rio seraya mengelus pipinya yang kini benar-benar terasa sangat sakit dan panas. Selain memukulnya dengan modul biologi dengan ketebalan yang amit-amit sekali, Lisa juga memukulnya dengan sangat kencang. Bahkan, suaranya saja benar-benar terdengar sangat mengerikan, ketika modul itu mengenai wajahnya.
"Masa bo-"
"KELUAR KALIAN BERDUA DARI KELAS SAYA!" Suara Bu Mila terdengar begitu keras dan kencang.
Lisa dan Rio pun sontak membeku di tempat dengan jiwa yang melayang-layang. Punya masalah sama Bu Mila sama saja dengan cari mati.
"Tunggu apa lagi, cepat keluar dari kelas saya atau kalian tidak ikut pelajaran biologi selama satu tahun!"
"Tapi, Bu, dia dul-"
"Masih mau membantah, ya?!" Bu Mila memotong ucapan Lisa dengan iris mata yang begitu tajam.
"Engga, Bu," Lisa menggeleng dan langsung keluar dari kelasnya. Tentu saja dengan rasa kesal, emosi dan jengkel yang bercampur menjadi satu. Oh, ingatkan dirinya untuk memberi pelajaran untuk cowok itu nanti.
Sedangkan Rio, saat ia sudah ingin membuka pintu dan ikut keluar kelas, ia berhenti terlebih dahulu di depan sana seraya memberikan senyum untuk Bu Mila. "Bu, makasih banyak, ya, udah ngeluarin saya dari kelas. Bye."
"RIO, KURANG AJAR SEKALI KAMU!"
Rio pun langsung lari terbirit-birit keluar kelas dan tertawa kencang, di saat suara Bu Mila menggelegar ke sepenjuru sekolah. Baginya, dikeluarkan dari kelas bersama Lisa adalah hadiah yang paling langka dan sulit didapatkan. Maka dari itu, kesempatannya ini tidak akan ia sia-siakan begitu saja.
•••
Lisa duduk di kantin dengan perasaan kesal, setelah ia memesan sebuah minuman dingin di salah satu penjual minuman. Hatinya benar-benar sangat panas saat ini. Sekali dalam hidupnya, ia dikeluarkan dari kelas hanya karena perbuatan seorang cowok yang sangat tidak ia sukai.
Rio sialan! Awas aja dia!
"Eh, kok bisa barengan lagi di kantin gini, sih? Apa jangan-jangan ... kita jodoh?"
Lisa memutar bola matanya begitu mendengar suara yang sudah sangat ia kenal. Dengan tatapan malasnya, ia melirik ke arah orang tersebut. "Lo ngapain ngikutin gue, hah?!"
Rio pun langsung menarik bangku di depan Lisa dan duduk di hadapannya sambil menyengir lebar. Tangannya ia topang di bawah dagu. Sama seperti yang ia lakukan di kelas tadi. "Gue emang mau ke sini, kok. Emang ngga boleh?"
Lisa hanya diam saja seraya mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja, menunggu minumannya datang yang terasa begitu lama. Sedangkan Rio yang tepat berada di depannya, menatap wajah Lisa tanpa berniat untuk melirik ke arah lain sambil nyengir tidak jelas. Tentu saja, hal itu membuat Lisa risih setengah mati.
"Ini, Neng, jus jeruknya. Silahkan diminum."
Akhirnya, setelah menunggu selama tiga menit yang terasa seperti tiga jam, minuman yang Lisa pesan pun datang. Tanpa menunggu lama lagi, ia meminumnya cepat dan menyisakan setengah gelas. Namun, saat ia menaruh gelasnya di atas meja...
"Rio!"
Lisa memekik kencang begitu Rio mengambil gelas minumannya dan meminumnya sampai habis. Bersih dan tidak tersisa sedikitpun. Lagi-lagi, Rio hanya nyengir-nyengir tidak jelas. Lisa yakin sekali kalau cowok di depannya ini adalah salah satu pasien sakit jiwa yang kabur dari rumah sakit.
"Lo ngga punya duit buat beli minum, hah?!"
Sambil menghapus sisa-sisa minuman di bibirnya dengan tisu kantin, Rio menjawab, "Punya. Tapi, gue pengen aja minum dari sedotan yang barusan lo pake. Soalnya, dari apa yang gue denger, secara ngga langsung kita itu abis cium-"
"Stop!!!" Lisa mengarahkan telapak tangannya tepat di depan wajah Rio. Mengisyaratkan agar cowok itu menghentikan ucapannya. "Lo emang udah gila, ya!"
Saat itu juga, Lisa langsung meninggalkan kantin dengan langkahan kakinya yang begitu cepat dan Rio yang sedang memekik girang di tempat duduknya.
••••••
Hai semua, selamat membaca cerita ini, ya! Aku sayang kalian!❤❤❤
August 15, 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Over Reality
Teen FictionRio Lionel, merupakan gangguan terbesar bagi Lisa dalam menjalani kehidupan sekolahnya di SMA Angkasa Mirta. Setiap hari selalu membuat dirinya kesal dengan berbagai macam tingkah konyol dan bodoh yang dibuat oleh cowok itu. Masalah utama yang membu...