Part 11

3K 284 5
                                    

Ketika Rio sedang berdiam diri di depan balkon kamarnya, begitu banyak hal berputar-putar di benaknya. Bukan hanya karena gadis yang ia sukai selama ini tidak membalas perasaan dan benci padanya, tetapi juga perubahan suasana hati gadis itu yang berubah-ubah. Pertama, ia bisa saja bersikap acuh tak acuh padanya. Maksudnya, ia selalu menganggap bahwa keberadaan Rio tidak ada dan tidak penting. Jangankan berbicara, melirik saja pun tidak akan. Kalaupun iya, itu juga hanya sebatas marah-marah dan bersikap kasar padanya seperti yang baru saja terjadi kemarin saat di sekolah.

Kedua, ia bisa saja bersikap acuh padanya, dengan cara yang tidak biasa. Seperti yang akhir-akhir ini terjadi; gadis itu bersikap sedikit acuh padanya saat Rio mengajaknya makan siang dan mengantarnya pulang. Saat itu, Lisa seakan tidak keberatan dengan keberadaannya yang tidak diharapkan. Juga, saat ia mengajaknya berangkat sekolah dan sarapan bersama.

Namun, untuk yang ketiga ini, Rio sama sekali tidak mengerti. Kadang, gadis itu seperti sebuah teka-teki yang tidak dapat dipecahkan. Ada sesuatu yang sengaja ditutupinya agar tidak ada orang lain yang tahu-menahu akan itu. Contohnya seperti alasan gadis itu yang tidak ingin teman-temannya tahu tentang kedekatan hubungan mereka. Kedekatan yang Rio sendiri tidak tahu sudah sampai mana karena tidak jelas.

Sebenarnya, kedekatan mereka yang jarang-jarang itu tidak bisa disebutnya sebagai suatu hubungan karena tidak ada perkembangan sama sekali. Rio sendiri sampai ingin menyerah, kalau ia tidak meyakinkan dirinya agar tidak kalah begitu saja.

Satu tahun. Bagi Rio, menunggu selama itu adalah sesuatu yang tidak pernah dilakukannya. Apalagi, kalau sudah menyangkut masalah hati. Sejak dulu, ia hanya mau menunggu seseorang yang ia sukai membalas perasaannya selama satu minggu. Kalau tidak ada perkembangan dalam jangka waktu tersebut, ia akan pergi mencari gadis yang lainnya. Seperti itu terus, sampai ia memutuskan untuk memacari dan mengajak pergi seseorang yang bahkan baru dikenalnya selama dua puluh empat jam. Dari sanalah, julukan playboy-nya berasal.

Hingga pada akhirnya, ia bertemu dengan Lisa. Seorang gadis yang sudah merampas paksa hatinya pada pandangan pertama. Seorang gadis yang mempu membuatnya mencetak rekor baru dengan menunggunya selama satu tahun. Menakjubkan, bukan? Rio saja sampai bingung dibuatnya. Ia tidak menyangka kalau daya tarik gadis itu menariknya begitu kuat.

Namun, yang saat ini menjadi pertanyaannya adalah, bisakah Rio memutar-balikkan fakta? Bisakah ia memutar-balikkan fakta dengan menarik gadis itu ke dalam daya tariknya dan membuat gadis itu membalas perasaannya?

•••

Di lain tempat, seorang gadis sedang menatap layar ponselnya dengan pandangan kosong dan tidak terbaca. Lima menit setelah ia mendapat pesan yang ternyata adalah sebuah gambar, hanya itulah yang bisa ia lakukan. Tidak tahu harus berbuat seperti apa karena tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.

"Hasilnya pasti benar," gadis itu menggeleng pelan saat seseorang di dalam dirinya seolah sedang berbicara. Meyakinkan dirinya bahwa apa yang baru saja dilihatnya memang benar, agar ia tidak perlu lagi merasa takut dan cemas kalau sampai seseorang kembali melakukan sesuatu yang membuat mentalnya terpukul.

Harusnya ia senang, harusnya ia lega dan harusnya ia tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi karena gambar tersebut telah menjelaskan semuanya. Namun, hatinya seakan tidak merasakan hal yang demikian. Sesuatu yang mengganjal di dalam dada, seperti meyakinkan dirinya bahwa hasil yang terdapat digambar tersebut sudah dimanipulasi dan membuatnya seolah-olah benar.

Lisa tidak ingin seperti ini. Lisa ingin sebuah kebenaran yang memang berdasarkan fakta. Ia sudah lelah, ia lelah karena seseorang yang selama ini mengganggu hidupnya bertahun-tahun, bagaikan sebuah ancaman terkait keberadaannya.

"Sayang?"

Panggilan seseorang membuat Lisa membuyarkan lamunannya. Dengan cepat dan sigap, ia mematikan ponselnya dan menaruh di bawah bantal agar tidak terlihat. "Masuk aja, engga dikunci."

Pintu kamar Lisa pun terbuka dan masuklah Rita. Dengan senyum lembut dan menenangkannya, menghampiri Lisa yang masih memancarkan pandangan tidak terbacanya."Kamu lagi apa? Udah waktunya makan malam, loh."

"Lisa lagi engga nafsu makan."

"Kamu sakit?" Rita sontak duduk di pinggir ranjang Lisa dan memegang dahinya. "Badan kamu panas, kita ke dokter, ya?"

Lisa menggeleng seraya masuk ke dalam pelukan Rita. Membenamkan wajahnya di dalam dada seorang wanita yang begitu ia sayangi dan cintai. Bahkan, begitu sayang dan cintanya, ia rela menukar kebahagiaan miliknya sendiri demi melihat wanita tersebut bahagia.

"Badan kamu panas banget, kita harus segera ke dokter," sahut Rita saat dirasakannya tubuh Lisa yang begitu panas. Ia sangat khawatir dan cemas merasakannya.

"Lisa ngga pa-pa kok, cuma butuh istirahat aja."

"Serius?"

Lisa mengangguk. "Serius, Ma."

"Yaudah, kalau gitu Mama ambilin makanan dan obat dulu. Abis itu, kamu istirahat, ya," Rita mencium kening Lisa lembut, lalu dengan berat hati melepaskan pelukannya dan keluar kamar.

Sepeninggalan Rita dari dalam kamarnya, Lisa langsung tersenyum getir dan satu butir air mata meluruh membasahi wajahnya.

•••

Rio sedari tadi tidak henti-henti menggoyangkan-goyangkan kakinya. Bahkan, sampai berkali-kali membentur meja dan mendapat teguran dari Bu Mila yang saat ini sedang ada jam mengajar di kelasnya. Saat tadi pagi mendengar kabar dari sekretaris kelas bahwa Lisa sedang sakit dan tidak bisa bersekolah, Rio langsung khawatir bukan main. Bahkan, satu pesan Line pun tidak ada yang dibalas oleh gadis tersebut. Rio jadi tidak tenang.

Rio kembali mengecek ponselnya dan pesan yang ia kirim untuk Lisa tadi. Sudah dibaca dan tidak dibalas!

Rio Lionel: Lis, lo baik-baik aja?
Rio Lionel: Sakit apa?
Rio Lionel: Perlu gue jenguk biar lo sembuh?
Rio Lionel: Lis, bales dong
Rio Lionel: Lis
Rio Lionel: Lisaaaaaaaaa bales dong
Rio Lionel: P
Rio Lionel: P
Rio Lionel: P
Rio Lionel: chat gue bukan koran woy
Rio Lionel: oke gue ga chat lagi

Rio mendengus kesal sambil menaruh ponselnya dengan kasar ke atas meja. Bel tanda istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Tentu saja hal pertama yang ia lakukan adalah membuka ponsel dan mengirim pesan untuk Lisa. Namun, sama seperti tadi, tidak ada satupun yang dibalas dan parahnya lagi, hanya dibaca!

Rio sudah berjanji untuk tidak mengirim pesan lagi untuk gadis itu, namun tangannya terasa sangat gatal dan ia jadi gelisah.

"Aaarrgghh!" Rio mengacak rambutnya frustasi sambil mengambil ponselnya kembali. Masa bodo dengan gengsi.

Rio Lionel: gue ke rumah lo nih
Rio Lionel: gue ga bohong
Rio Lionel: oke, karena cuma lo read, jadi gue menganggap kalo lo ga keberatan gue ke rumah lo.
Rio Lionel: see you there, beib.

Rio pun langsung keluar dari kelas dan menuju ke parkiran terburu-buru. Menjalankan mobilnya dan menuju rumah Lisa. Tidak peduli kalau saat ini masih jam sekolah. Dan dalam waktu yang bersamaan, sebuah pesan balasan baru saja dikirim oleh seseorang. Sayangnya, ia tidak menyadari itu.

•••

[A/N]

September 23, 2016.


Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang