Part 38

2.5K 125 12
                                    

Lisa tidak salah memercayakan dirinya pada Rio kemanapun cowok itu akan membawanya. Setelah mereka berdua selesai makan siang di salah satu restoran seafood yang rasanya memang enak dan tidak mengecewakan itu–bahkan Lisa sampai menambah porsi nasinya dua kali–Rio kembali membawanya jalan-jalan ke salah satu kebun stroberi yang letaknya tidak begitu jauh dari villa mereka. Kurang lebih hanya memakan waktu dua puluh menit untuk sampai di sana kalau keadaan lalu lintas sedang tidak macet.

Sebenarnya Rio tidak ada niatan sama sekali untuk mengunjungi kebun stroberi tersebut, hanya saja tiba-tiba ia ingin memakan buah stroberi yang langsung dipetik dari pohonnya. Tapi, hal itu justru membuat Lisa senang bukan main. Rio saja sampai mengucap syukur dan rasa bahagianya berkali-kali dalam hati. Tentu saja ia akan melakukan hal tersebut, mengingat tujuannya membawa gadis itu jauh-jauh ke Puncak adalah untuk membuatnya senang. Kalau tidak, untuk apa ia buang-buang waktu seperti ini.

Rasanya bahagia saja tidak cukup untuk menggambarkan apa yang sedang Rio rasakan sekarang. Melihat Lisa yang tidak kunjung berhenti menunjukkan senyumnya di saat gadis itu sedang memetik buah stroberi dan berkali-kali mengambil foto dirinya sendiri di tengah-tengah kebun tersebut membuat hati Rio berdesir hangat. Ya, walaupun berkali-kali pula Lisa meminta Rio untuk membantunya mengambil foto. Tapi tidak masalah, selama itu membuatnya bahagia, apapun akan Rio lakukan. Sumpah.

"Lo tau gak, sebenernya gue gak suka makan buah ini loh." Lisa mengangkat keranjang buahnya yang berisi begitu banyak stroberi yang sedang dipetiknya ke arah Rio.

Rio tidak bohong kalau dirinya mengatakan bahwa buah stroberi yang dipetik oleh Lisa itu terbilang cukup banyak. Terlalu banyak malah. Sampai-sampai, ia bingung apakah gadis itu mampu menghabiskan semuanya seorang diri. Maka dari itu, begitu mendengar ucapan Lisa, respon awal yang Rio berikan adalah mengernyitkan dahinya. Tentu saja karena bingung.

"Terus buat apa dipetik sampe sebanyak itu?" tanya Rio.

"Buat dibikin smoothie."

"Lo yakin gak kebanyakan?"

Lisa menggeleng mantap. Seakan-akan ia memang yakin bahwa buah stroberi yang akan disulapnya menjadi sebuah minuman di villa nanti tidak akan kebanyakan dan berakhir dengan yang namanya mubazir. Ia sudah cukup sering membuatnya kalau sedang di rumah, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Sedangkan Rio hanya bisa mengikuti apa yang akan diperbuat Lisa dengan semua buah stroberinya itu. Lagi pula, ia rela kalau disuruh menampung semua buah tersebut di dalam perutnya. Toh, ia juga memang sedang ingin memakannya.

Dan tidak lama setelah itu, Lisa memutuskan untuk menimbang seluruh buah yang dipetiknya untuk dibayar.

"Udah nih gak mau nambah lagi?" Pertanyaan Rio termasuk sarkastik, soalnya jumlah total buah yang dipetik oleh Lisa setelah ditimbang tadi hampir mencapai tiga kilogram. Iya, segitu banyaknya hanya untuk membuat smoothie. Untung saja Rio suka dan sayang sama Lisa, kalau tidak, sudah ia buang dan tinggal pergi di tengah-tengah pegunungan mengingat betapa borosnya gadis itu.

Lisa cuma bisa diam sambil memasang wajah super semangatnya. Mengeluarkan uang dua ratus ribu bukanlah suatu hal yang besar selama ia senang. Makanya, tanpa peduli efek apa yang akan ia berikan pada Rio setelah menggamit erat lengan cowok itu lengkap dengan senyum manisnya yang mampu mengundang semut-semut nakal yang sedang kelaparan, Lisa berkata:

"Yuk, kita pulang."

Duh, kalau kayak gini, boleh tidak sih Rio menganggap kalau dirinya adalah suami yang baru saja mengantarkan istrinya belanja bulanan?

***

Rio dan Lisa baru sampai di villa setelah dua jam lamanya terjebak di tengah-tengah kemacetan. Hari ini adalah hari jumat, semua orang pasti berlomba-lomba untuk datang ke Puncak hanya untuk menghabiskan akhir pekan mereka dengan bersenang-senang. Sialnya Rio lupa dan tidak mengetahui hal tersebut karena begitu semangatnya mengajak Lisa pergi.

Broken Over RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang